Chereads / Terjerat Kawin Kontrak / Chapter 47 - Kedatangan WO

Chapter 47 - Kedatangan WO

Selesai sarapan, Ayu ke kamar lagi untuk mandi karena tadi ia bersih - bersih rumah dulu sebelum sarapan. Ketika selesai mandi dan sudah memakai baju, pintu kamarnya diketuk oleh seseorang, maka Ayu bergegas membuka pintu kamarnya.

Ternyata di luar ada seorang wanita berusia kira - kira 30an tahun memakai setelan baju syar'i warna orange yang berdandan cantik dan berkacamata. Tapi Ayu tak kenal wanita ini karena baru pertama kalinya bertemu dengannya.

"Maaf siapa ya?" tanya Ayu.

"Selamat pagi. Perkenalkan saya Farah dari Varaweding. Saya ditugaskan untuk melayani nona Ayu dalam mempersiapkan pernikahannya" Sapa mba Farah sambil membungkukan badannya ke Ayu sambil tersenyum ramah.

"Pagi juga. Pernikahan saya? dengan siapa?" tanya Ayu yang telunjuknya menunjukan dirinya sendiri dengan ekspresi terbengong - bengong.

"Iya nona Ayu bersama tuan Rashid" jawab mba Farah dengan sabar tanpa senyumnya terputus.

"Tapi ini terlalu cepat. Tak lama waktu kami membicarakan pernikahan" jawab Ayu yang masih tak percaya.

"Maaf nona, kalau itu tolong tanyakan sendiri kepada beliau. Tapi menurut pengalaman saya, calon pengantin pria yang ingin mempercepat waktu pernikahannya, mungkin beliau takut nona berubah pikiran karena betapa besarnya rasa cintanya terhadap nona. Maka bersukurlah nona dicintai sedemikian besar, apalagi tuan Rashid sangat tampan dan gagah. Kalau saya belum menikah, mungkin akan jatuh hati padanya" jawab mba Farah yang tersenyum malu.

Ayu yang mendengarnya hanya dapat berkomentar didalam hatinya 'tapi sayangnya kenyataannya tidak seperti itu'.

"Sekarang mba Farah kenapa datang pagi - pagi sekali? Baru juga jam 7.30 " komentar Ayu.

"Maaf nona Ayu, kedatangan saya mengganggu waktu istirahatnya, tapi jadwal kita akan sibuk seharian mempersiapkan pernikahan nona yang akan diselenggarakan esok hari" jawab mba Farah.

"Apa besok?" tanya Ayu dengan nada tinggi yang tak percaya dengan pendengarannya.

"Iya besok nona" jawab mba Farah.

"Maaf mba Farah, tolong mba tunggu dulu sebentar ya! Aku mau berdiskusi dulu" pinta Ayu

"Oke nona, saya tunggu di ruang tv" jawab mba Farah.

Ayu bergegas ke ruang kerja Rashid karena biasanya waktunya dihabiskan di situ. Tapi setelah diketuk berkali - kali tak ada jawaban sehingga memberanikan diri membuka pintunya, namun orangnya tak ada di tempat.

Ayu yang tak enak mengetuk pintu kamar Rashid, memutuskan turun ke lantai bawah, siapa tahu bertemu orangnya atau pengawalnya di bawah.

Setelah turun, Ayu bertemu Toshio yang sedang sarapan.

"Pagi Toshi, dimana tuanmu berada?" tanya Ayu.

"Pagi juga nyonya Ayu, tuan tadi turun tapi sekarang kembali lagi ke kamarnya" jawab Toshio.

"Kalau sudah selesai sarapan, Tolong bisakah kamu mengantarkan?" pinta Ayu

"Sekarangpun bisa nyonya. Mari silahkan" jawab Toshio yang siaga mengantarkannya.

"Tidak usah buru - buru. Santai saja, silahkan lanjutkan sarapannya" jawab Ayu yang tak enak hati.

"Tidak apa - apa. Tak masalah buatku. Ini kewajiban dan tugasku sebagai pengawal" jawab Toshio.

"Ok deh, maaf ya mengganggu" usap Ayu sungkan.

"Tidak apa - apa, mari!" kata Toshio yang menunjukan jalannya.

- * * * -

Ketika sampai di lantai 2, pintu kamar diketuk Toshio.

'tok tok tok' "Maaf tuan Rashid, nyonya Ayu ingin menemui tuan"

"Silahkan masuk, tak dikunci" jawab Rashid dari dalam kamar.

Pintu kamar di buka, terlihat Rashid sedang duduk sambil membaca koran dan minum kopi di beranda yang menghadap pemandangan gunung.

"Kemarilah Ayu, mau minum kopi?" tawar Rashid.

"Tidak terima kasih. Nanti saja ambil sendiri ke dapur" jawab Ayu sambil masuk menghampiri Rashid ke beranda.

Setelah Ayu masuk, pintu kamar ditutup dari luar oleh Toshio, sehingga hanya mereka berdua di kamar itu.

"Apakah kau kangen padaku sampai ingin menemuiku lagi di pagi hari" goda Rashid.

"Ish.. siapa yang kangen? Aku cuma ingin nanya kenapa pernikahan kita buru - buru sekali?" tanya Ayu langsung ke inti masalahnya.

"Ah itu.. Memangnya kenapa? Tidak boleh? Atau kamu ingin pernikahan yang megah dengan persiapan berbulan - bulan dan mengundang tamu ribuan orang?" tanya Rashid.

"Bukannya begitu. Aku di daerah sini tak punya siapa - siapa, kenalanpun tak banyak dan berada di ibukota" jawab Ayu.

"Kalau begitu, tinggal suruh pengawalku saja yang menjemput mereka, jaraknyapun tak begitu jauh. Bisa bolak balik dalam sehari" jawab Rashid.

"Eh tunggu, jangan mengundang mereka! Aku tak ingin mereka sampai tahu bahwa kita kawin kontrak" jawab Ayu.

"Memangnya siapa yang kawin kontrak?" tanya Rashid dengan raut wajah yang marah.

"Bukankah kita akan melakukan kawin kontrak?" tanya Ayu dengan agak takut.

Tersadar bahwa Rashid sudah menakuti Ayu, dan hubungan mereka memang bukan berlandaskan saling cinta tapi karena terpaksa, maka terserah Ayu menganggap pernikahan mereka apa. Lalu ia menarik nafas panjang, setelah dihembuskan barulah berkata "Kau benar. Tapi kawin kontrak kita akan sah dimata hukum dan agama dan kau akan menjadi istriku selama yang ku mau"

"Yah nanti juga kau akan cepat bosan denganku" jawab Ayu.

"Heh yakin sekali. Berdasarkan apa kau seyakin itu" tantang Rashid.

"Aku tak mau dikekang harus di rumah terus dan aku belum siap memakai cadar yang biasa dipakai orang - orang Arab dan aku tak mau kelakuanku diatur bagaikan seorang puteri karena aku hanyalah rakyat biasa" jawab Ayu.

"Oke tak masalah, ada lagi?" tanya Rashid.

"Selama kita menikah, kita akan pisah ranjang dan kau tak boleh menyentuhku" jawab Ayu.

Mendengar hal itu, ditariknya Ayu yang sedari tadi berdiri dekat pintu beranda dan kursi yang diduduki Rashid sehingga Ayu jatuh terduduk diatas pangkuan tubuh Rashid. Sebelum Ayu merespon kekagetannya, dipegangnya kepala Ayu dengan kedua tangan Rashid walaupun tidak ditekan kuat menggunakan kekuatannya, hanya supaya kepala Ayu terperangkap dalam genggamannya lalu diciumnya bibir Ayu dengan ganas oleh Rashid.

Awalnya gigi Rashid mengigit bibir bawah Ayu sedikit keras sehingga otomatis Ayu membuka mulutnya sebagai tanda protes tapi itulah tujuan Rashid supaya Ayu membuka mulutnya dan juga sebagai hukuman karena mereka tak boleh tidur bersama.

Setelah mulut Ayu terbuka, dengan sigap dimanfaatkan oleh Rashid dengan memasukan lidahnya ke dalam mulut Ayu dan digodanya lidah Ayu. Sedangkan tangan Ayu yang meronta - ronta dan suara tak jelas yang keluar dari tenggorokannya sebagai isyarat minta dibebaskan, direspon oleh Rashid dengan tangan kirinya berubah posisi mendekap punggung Ayu sehingga tangan kanan Ayu terperangkap oleh dekapan Rashid.

Tangan kanan Rashid berubah posisi memegang tengkuk Ayu supaya mereka tetap dalam keadaan berciuman. Sedangkan tangan kiri Ayu yang bebas tak dapat melepaskan diri karena tenaganya tak cukup untuk dapat melepaskan diri dari dekapan dan ciuman Rashid yang kuat walaupun sudah berkali kali tangannya yang bebas itu memukul - mukul pundak dan punggung Rashid.

Lama - kelamaan akhirnya Ayu luluh dan menyerah juga akibat kelelahan dan kekurangan oksigen sehingga pikirannya tak fokus serta terbuai oleh ciuman Rashid yang menggodanya sehingga nafsunya terbangkitkan, lidah mereka saling beradu dan saling mengait.

Entah berapa lama mereka berciuman hingga nafas mereka kehabisan dan memerlukan udara sehingga mereka menghentikan ciumannya, akhirnya Rashid melepaskan dekapannya.

Melihat rona pipi Ayu yang memerah dan bibirnya juga sedikit bengkak dan merah sehingga membuat Rashid tak kuasa untuk menciumnya kembali.

Kali ini kedua tangan Ayu yang bebas dipegang kembali oleh kedua tangan Rashid lalu diarahkan ke lehernya Rashid sehingga tangan Ayu melingkari leher Rashid. Sedangkan kedua tangan Rashid merangkul pinggang dan bahu Ayu sehingga mereka berangkulan erat.

Lalu kedua mata mereka saling menatap sambil kepala mereka berdua saling mendekati sehingga ciuman mereka terulang kembali dengan keadaan Ayu yang ikut berpartisipasi aktif dalam ciuman mereka.

Dalam keadaan saling berciuman, kedua mata mereka akhirnya tertutup sehingga lebih terasa intensitas ciumannya. Lidah mereka saling beradu dan saling mengaitkan sehingga terdengar erangan kenikmatan dari kedua belah pihak. Setelah udara menipis, mereka beristirahat sebentar yang diteruskan dengan ciuman ganas berikutnya.

Hingga Bibir Rashid berpindah menciumi seluruh wajah Ayu dan akhirnya bibir Rashid menempel di telinga Ayu yang ditutupi hijab bergo, dibisikinya Ayu

"Kau lihat kan, kau selalu merespon dan menikmati tiap sentuhanku. Jadi mana mungkin kita tidak tidur bersama? Dan kau pikir kau dalam posisi bisa tawar menawar? Sedangkan akulah pihak yang dapat mengabulkan permintaanmu untuk menjebloskan si germo itu?" tanya Rashid sehingga membuat Ayu tersadar dan mematung tanpa dapat menjawab pertanyaan Rashid.

Mereka saling bertatapan dengan posisi Ayu dalam pangkuan Rashid dan dekapan pelukan yang longgar di beranda kamar Rashid dalam waktu yang lama. Rashid lalu menggoda Ayu "Apakah kau ingin dicium lagi? Aku bersedia berapapun ciuman yang kau inginkan. Bahkan lebih dari itu pun dengan senang hati akan ku lakukan" kata Rashid disertai senyuman jahil.

Ayu yang sadar akan posisi mereka yang intim, segera berdiri.

"Kau... kau.." kehabisan kata - kata yang akan diucapkan oleh Ayu saking marah sekaligus malunya yang lagi - lagi luluh oleh ciumannya.

"Apa sayang? Jangan kebanyakan marah donk! Seharusnya kan calon mempelai itu berwajah bahagia. Apa kata orang - orang nanti? Daripada marah - marah, sebaiknya kau ikuti saja jadwal yang sudah Farah rangkum" bujuk Rashid untuk meredakan amarah Ayu.

"Terserahlah. Tapi ingat kau harus segera menjebloskan mereka ke penjara dan bebaskan semua tawanan wanita!" kata Ayu yang mengingatkan perjanjian mereka dan masih kesal atas kejadian barusan, lalu bergegas keluar kamar meninggalkan Rashid tanpa mendengar jawabannya karena pintu kamar keburu dibanting olehnya.