Chereads / Terjerat Kawin Kontrak / Chapter 44 - Kencan ke Mall

Chapter 44 - Kencan ke Mall

Mereka pergi ke kota Bogor yang banyak pertokoan dan mallnya. Mereka berbelanja ke mall Botani Square, dan mall BTM Bogor untuk berbelanja kaus, kemeja dan celana jeans untuk Ayu dan Rashid yang warnanya senada atau modelnya mirip walaupun tak khusus baju berpasangan.

Awalnya Rashid akan ke butik mahal, tapi Ayu menolak dan mengancam kalau tidak berbelanja di mall seperti masyarakat kebanyakan, maka Ayu tak mau memilih pakaian dan tak akan mau dipakainya sehingga Rashid menurutinya.

Sewaktu berbelanja, Ayu berkomentar "Memangnya kau boleh memakai baju seperti ini?" tanya Ayu yang menunjukan rak pakaian yang dipajang di mall.

"Memangnya aku tak boleh memiliki kaus dan kemeja? Bukankah pakaian ini yang dipakai sehari - hari di sini?" tanya balik Rashid.

"Tapi kan kamu adalah seorang pangeran dan ini bukan model pakaian yang seharusnya dikenakan oleh kaummu" kata Ayu dengan heran

"Memangnya kenapa kalau aku pangeran? Pangeran juga manusia kan? Lagipula ini bukan di Qatar jadi aku bebas memakai pakaian apapun yang ku mau" jawab Rashid.

"Terserah kaulah" jawab Ayu yang kehabisan bahan debat.

Mereka memilih pakaian hingga 2 jam lamanya.

Setelah itu, mereka berpindah ke Bogor Trade World untuk membelikan Ayu handphone baru. Dalam memilih hp pun mereka mesti berdebat dulu.

"Hp merk iphone saja" saran Rashid.

"Sekarang model hp sama saja. Kegunaannyapun sama saja, intinyakan untuk telepon, sms dan foto saja. Jadi buat apa hp mahal - mahal? Yang murah saja. Lagipula tadi kita sudah banyak belanja kan?" komentar Ayu.

Rashid yang mendengar kata KITA dalam percakapan Ayu, membuat Rashid senang karena mereka seperti pasangan kekasih sehingga Ayu memakai kata kita.

"Tetap ada bedanya donk. Kualitas foto iphone bagus, lagipula apple adalah pencetus fitur touchscreen pertama kali jadi kualitasnya dijamin karena sudah berpengalaman lama" komentar Rashid, lagi.

"Kata siapa kamera hp lainnya jelek? Hasil fotonya bagus - bagus kok. Kalau iphone malah securitynya ketat banget, kalau lupa pasword nanti hpnya kekunci dan tak dapat digunakan kembali. Kan sayang tuh hp mahal malah gak bisa dipakai" komentar Ayu

"Itu kan demi keamanannya dijamin sehingga susah bagi hacker menyadap hpnya sayang" jelas Rashid.

"Lagipula kalau mengenai touchscreen, kau salah. Memang apple yang mempopulerkan penggunaan fitur touchscreen, tapi itu bukan yang pertama kali karena sebelumnya di tahun 1994 perusahaan komputer IBM meluncurkan ponsel layar sentuh bernama IBM Simon Personal Communicator, tapi ukurannya memang besar dan berat sih" Ayu mengkritik komentar Rashid sebelumnya.

"Oh ya? Ko tidak terkenal ya?" tanya Rashid.

"Entahlah, mana ku tahu. Beredarnya hanya 6 bulan saja" jawab Ayu.

"Oh iya ada lagi, aplikasi iphone juga banyak yang berbayar, sedikit yang gratis" keluh Ayu lagi.

"Biarkan saja bayar juga, nanti akan ku bayar semua" kata Rashid.

"Iya sih yang mentang - mentang kaya. Horang kaya mah bebas" komentar Ayu dengan nada mengejek.

"Biarin, uangnya juga hasil jerih payahku sendiri kok. Nanti juga semua uang dan hartaku otomatis akan menjadi milikmu setelah kita menikah nanti" jawab Rashid dengan penuh bangga.

"Kau tak takut akan jatuh miskin?" tantang Ayu.

"Tidak, coba saja kau setiap hari belanja berapapun yang kau inginkan, hartaku tak akan habis 7 turunan" jawab Rashid tetap dengan nada bangganya.

"Ya sudahlah, cape berdebat mulu denganmu, aku tak pernah menang" komentar Ayu dengan nada lelah.

"Jadi hp mana yang kau mau?" tanya Rashid yang mengalah.

"Hp merk samsung juga bagus ko atau blackberry atau Oppo juga lumayan bagus dengan harga yang murah" jawab Ayu yang bingung pilih yang mana.

"Pilih aja semuanya" jawab Rashid.

"Ngapain semuanya? Perlunya hanya 1 saja kok. Lagipula ribet bawa - bawa hp lebih dari 1, cukup 1 hp dual simcard aja" jawab Ayu

"Kalau gitu, tanya aja pegawai tokonya yang mana yang bagus?" saran Rashid.

"Baiklah itu ide bagus" komentar Ayu dengan wajah cerah.

Akhirnya mereka memilih hp Samsung Galaxy S8 warna coral blue. Awalnya Ayu milih hp yang murah dan ketinggalan zaman, yang penting baginya bisa untuk menelepon dan sms serta foto. Sedangkan kelebihan hp lainnya, tak penting baginya, seperti internet karena tak memiliki akun media sosial.

Tapi Rashid meyakinkan Ayu untuk memilih Samsung Galaxy S8 Active yang baru rilis supaya hpnya awet dan akan jarang ganti - ganti hp karena ketangguhannya smartphonenya. Selain tahan air sejauh 1,5 meter selama 30 menit, juga tahan banting dengan layar anti pecah serta berbagai kondisi lingkungan ekstrim yang panas maupun dingin.

Tapi Ayu menolaknya karena harganya mahal sekali, sehingga ia memilih Samsung Galaxy S8 yang tak terlalu tangguh seperti Samsung Galaxy S8 active. Walaupun begitu, pilihan Ayu tetaplah bagus dengan kelebihan kamera belakang 12 MP, kamera depan 8 MP, penyimpanan internal 64 GB, tahan air dan warnanya yang bagus.

- * * * -

Setelah memilih hp, mereka ke gerai operator seluler untuk menonaktifkan nomor di hp lama dan mengaktifkan nomor yang sama di hp yang baru dengan alasan hp lama dicuri sehingga sang operator menggantikan sim card lama dengan sim card yang baru tapi nomornya tetap yang lama karena agar orang terdekatnya yang sudah mensave nomornya dapat dengan mudah menghubunginya kembali.

- * * * -

Setelah itu, mereka makan dulu sebelum pulang ke villa walaupun di jam makan yang nanggung jam 4 sore tapi Ayu lelah belanja yang dianggapnya sangat menguras tenaga padahal ia memakai sendal Wedges yang ukuran tingginya sedang, bukannya sendal hak tinggi yang lancip mirip seperti pemecah es batu. Kedepannya kalau belanja lagi harus memakai sendal teplek saja atau sandal jepit yang nyaman dibawa jalan berjam - jam.

Sedangkan Rashid malah senang, waktu bersama Ayu menjadi lebih panjang.

Di antara jejeran resto yang ada di mall BTW, mereka memilih Warung D'Luwuk. Ketika mereka duduk di kursi restoran yang meja kursinya berbahan kayu dengan kursi model papan panjang seperti di warteg. Ayu dan Rashid duduk saling berdampingan yang awalnya Ayu duluan di bagian pojok yang duduk menghadap arah luar restoran yang sebelah kanan dan belakangnya tembok, lalu disusul oleh Rashid duduk disampingnya sehingga Ayu terjebak diantara 2 tembok, meja dan Rashid. Ingin ia protes tapi waitrees keburu datang.

"Selamat sore, ini silahkan dilihat dulu menu - menu kami. Apakah mau pilih - pilih dulu atau langsung pesan?" tanya si waitress restoran.

"Langsung pesan saja" jawab Ayu

"Menu apa yang menjadi andalan di sini?" tanya Rashid.

"Tergantung selera tamu, tuan. Tapi kami jamin rasa di sini enak semua" kata waitress itu dengan yakin

Setelah Ayu lihat - lihat menunya, diputuskannya pilihan menu yang akan dimakannya "Aku mau makan pepes ikan mas, tahu isi seuhah, bakwan jagung, tumis toge ikan asin jambal dan sambal kemangi"

"Menu apa itu? Baru kali ini dengar" tanya Rashid yang belum merasakan masakan yang Ayu pilih.

"Menu ala orang kampung. Lagi kangen aja. Hehehe" cengir Ayu

"Kamu pilihnya serba ayam dan sop aja. Udah biasa tuh bi Romlah masak itu" jawab Ayu.

"Gak mau ah, pengen nyoba yang beda" jawab Rashid.

"Yakin? kalau sakit perut, resiko tanggung sendiri" kata Ayu.

"Memangnya pedas banget ya?" tanya Rashid

"Gak juga sih, tergantung sambalnya gimana. Kalau yang lain gak pedas" jawab Ayu.

"Aku juga pesan yang sama" kata Rashid yang memesan makanan ke waitress.

"Kalau gitu, tumis toge ikan asin jambalnya jangan dobel, satu saja. Tapi ditambah Genjer Cobek dan lalapan ya!" pesan Ayu.

"Ok siap. Tapi maaf, minumannya bagaimana?" tanya waitress.

"Teh manis saja" jawab Ayu

"Es lemon tea dan kopi hitam panas" jawab Rashid

"Ok semua sudah tercatat. Ada pesanan tambahan lainnya?" tanya waitress

"Tidak, terima kasih" jawab Ayu sambil senyum.

Ketika waitress sudah pergi, Rashid berkata

"Kenapa ke orang asing kau tersenyum? Sedangkan padaku calon suamimu tidak?" Tanya Rashid.

"Habisnya kau menyebalkan" jawab Ayu lalu kepalanya menghadap ke arah Rashid sambil usil menjulurkan lidah sebagai isyarat meledeknya.

Tapi tanggapan Rashid tidak seperti Ayu duga. Ayu menduga Rashid akan cemberut, tapi ternyata berkomentar "Kau beruntung di sini tempat umum. Kalau saja di tempat privasi, akan ku terkam kau. Lidahmu menggodaku" jawab Rashid dengan nada santai bagaikan mengobrol tentang cuaca saja.

Ayu yang mendengarkan segera mendekap mulutnya dengan tangannya sendiri dengan mata terbelalak dan melirik ke kiri dan ke kanan, takut pembicaraan mereka disadari oleh orang lain.

Mat pun duduknya agak jauh di bagian pintu masuk restoran tapi jarak pandangnya mengarah ke arah mereka, serta arah matanya melirik ke segala arah mengamati keadaan sekeliling untuk menjamin keselamatan mereka berdua.

Walaupun sore hari, restorannya tetap ramai dikunjungi pelanggan yang makan makanan berat seperti mereka, maupun bersantai menikmati kopi seperti di kafe dan makanan ringan lainnya hingga pizzapun tersedia di menu.

Ayu teringat kembali akan protes mengenai tempat duduk mereka "Kenapa duduk di sebelahku?" kata Ayu dengan raut muka cemberut dan alisnya dikerutkan.

"Memangnya kenapa? Tidak aku apa - apakan kan? Lagipula disini ramai, jadi kau aman" komentar Rashid yang merasa wajar dengan posisi duduk mereka

"Di depanku kan kosong kursinya. Kenapa tidak pindah? Sempit tahu" keluh Ayu padahal tempat duduk mereka muat 3 orang.

"Malas pindah, sudah pewe nih" kata Rashid yang badannya disandarkan ke tembok belakang dan kepalanya disangga berbantalkan tangannya yang dilipat ke belakang, sedangkan lutut kakinya diluruskan ke depan.

Ayu hanya menarik nafas panjang yang dapat meredakan kekesalannya. Dan Rashid tak mungkin dapat berbuat macam - macam di tempat umum sehingga ia diam saja tanpa dapat berkomentar lagi.

Tak lama makanan pun datang. Rashid yang pertama kali merasakan menu barunya itu, dan ia menyukainya.