Chereads / Terjerat Kawin Kontrak / Chapter 42 - Mengetahui Masa Lalu Ayu

Chapter 42 - Mengetahui Masa Lalu Ayu

Beberapa lama kemudian, airmata Ayu berhenti juga. Tanpa ada tissu, Rashid menyeka sisa - sisa air mata Ayu yang berada di pipinya dengan handuk kecil yang sebelumnya untuk menyeka keringat.

"Maaf, bajumu jadi basah" komentar Ayu yang melihat kaus depan Rashid basah oleh air matanya.

"Tak apa. Anggap saja basah dari keringat. Bagaimana apakah aku terlihat lebih sexy dengan kaus yang basah?" goda Rashid yang mencoba menghibur Ayu dari kesedihannya.

"Dasar kau" kata Ayu yang memukul ringan pundak Rashid sambil tersenyum.

Rashid terpana dengan wajah Ayu yang tersenyum. Untuk pertama kalinya ia melihat Ayu tersenyum dengan sangat manisnya, terlihat lesung pipi yang tak kentara di kedua pipi Ayu, dengan hidung merah dan mata yang sembab malah semakin ingin rasanya ia mencium Ayu, tapi ditahannya karena ia tak ingin mengambil kesempatan disaat Ayu sedang sedih dan mereka juga berada di tempat umum.

Tempat umumpun tak membuat nafsunya padam. Rashid bagaikan anak ABG ingusan yang tak dapat mengontrol nafsunya.

"Kau tahu, sebenarnya kalau orangtuaku dan keempat saudaraku tak wafat di Aceh, kehidupanku kini pastilah akan berbeda" kata Ayu yang tiba - tiba berbicara mengenai keluarganya.

Rashid hanya diam dan mendengarkan dengan baik karena baru pertama kali Ayu bercerita mengenai keluarganya, walaupun akhirnya Rashid akan mengetahui mengenai Ayu dari tim penyelidiknya.

"Ibuku berasal dari Rusia yang jatuh cinta ketika Ayah mengunjungi temannya yang berada di Rusia. Hingga akhirnya ibu mengikuti ayah ke Indonesia. Mereka menikah dan dikaruniai 5 anak dan aku anak ke 4. Kami tinggal di Jakarta, tapi saat usiaku hampir 6 tahun kami sekeluarga liburan ke Aceh tahun 2004 dan ternyata disana terjadi gempa bumi disertai tsunami dahsyat yang menyapu hampir seluruh Aceh dan kawasan sekitarnya. Diantara keluargaku, hanya diriku yang selamat. Keadaan sekitar sangat hancur, pohon dan tiang listrik runtuh, semua bangunan rata dengan tanah dan mayat dimana - mana. Kalau aku tak ingat nomor hp pamanku, mungkin aku akan dibesarkan di panti asuhan karena pamanku tak tahu bahwa kami berlibur di sana".

"Lalu paman datang menjemputku dan membawaku ke rumahnya di Bogor hingga usiaku 13 tahun paman juga meninggal karena sakit. Selanjutnya bibiku yang merawatku dan kami pindah ke rumah lamaku di Jakarta. Saat usiaku 16 tahun, aku kabur dari rumah dan tinggal di rumah Nenek Siti di Menes Banten melanjutkan SMA di Madrasah Aliyah MALNU dan terakhir aku ngekos di kota Serang Banten karena kuliah di UNTIRTA hingga 3 bulan yang lalu aku diculik dan dijual ke germo di Bandung hingga akhirnya pindah ke germo di wilayah sini yang bertransaksi denganmu" cerita Ayu yang menceritakan kisah hidupnya secara singkat.

"Aku turut berduka atas musibah yang menimpamu Ayu" komentar Rashid yang memeluk Ayu untuk memberinya penghiburan disaat sedih.

"Owh berarti pernah tinggal di Bogor ya" komentar Rashid.

"Ya ketika pamanku masih hidup" jawab Ayu

"Sekolah SD dan SMPnya dimana?" tanya Rashid.

tanpa pikir panjang Ayu jawab "SDN Kebon Pedes 5 Bogor dan SMPN 5 Bogor, dekat dengan rumah paman"

Dalam hati, Rashid menghapalkan lokasi sekolah Ayu yang nantinya akan dimintai berkas Ayu sebagai syarat pernikahan mereka di KUA karena Ayu hanya punya KTP saja.

"Lalu bagaimana dengan keluarga dari pihak ibumu di Rusia?" tanya Rashid.

"Mereka mengalami kecelakaan ketika menaiki kapal pesiar" jawab Ayu

"Malang sekali kau Ayu. Oh iya ada yang tak ku mengerti, kenapa kau melarikan diri dari rumah saat usiamu 16 tahun? padahal kan itu rumah dari mendiang orang tuamu di Jakarta" tanya Rashid yang heran.

"Kau jeli juga rupanya" komentar Ayu.

"Apakah bibimu berlaku buruk padamu?" tanya Rashid.

Tapi Ayu tak menjawab pertanyaan Rashid, tapi kebisuannyalah yang menjawab pertanyaan Rashid sehingga tanpa jawabanpun Rashid dapat mengerti.

Lalu Rashid berkata dengan nada sedih "Seandainya aku tahu bahwa kau diculik, aku akan segera datang kemari menyelamatkanmu" kata Rashid dengan sungguh - sungguh.

Namun tanggapan Ayu yang menganggap bahwa Rashid hanya berupa omongan kosong belaka hanya untuk menghiburnya saja.

"Tidak apa - apa, tidak usah khawatir. Itu sudah berlalu dan aku dapat mengatasinya" komentar Ayu

"Kalau bukan berkat ke 3 sahabatku beserta keluarga mereka serta guru SMPku dan istrinya, aku tak mungkin dapat hidup mandiri" tambah Ayu yang merasa bersukur bertemu mereka yang menyayanginya seperti keluarga mereka.

Selanjutnya Rashid diam saja memberi Ayu waktu untuk mengenang masa lalunya. Tapi lama kelamaan hari semakin siang, cuaca semakin panas dan keadaan sekitar semakin ramai oleh pengunjung Kebun Raya Cibodas yang bermain air maupun foto - foto di kawasan air terjunnya sehingga Rashid memutuskan bahwa sudah saatnya mereka pulang.

Rashid menelepon Fahd dan Mat untuk segera berkumpul di tempat semula. Walaupun ia tak mencari mereka berdua, tapi ia tahu mereka pergi tak jauh, hanya memberi dirinya privasi.

Tak lama Fahd dan Mat datang, Fahd membawakan kentang goreng, hamburger dan pop mie serta minuman karena ia kuatir mereka tak ada tenaga untuk bersepeda lagi pulangnya akibat kelelahan sehabis olahraga tadi. Daritadi ia nongkrong di kantin. Setelah mengisi tenaga, mereka berempat pulang bersepeda.

- * * * -

Ketika mereka sampai di villa, hari sudah siang hari, tak terasa mereka menghabiskan waktu 3 jam bersepeda dan bersantai di Kebun Raya Cibodas. Di villa ternyata ada tamu yang menunggu Rashid di ruang tv.

Rashid dan tamu itu pergi ke ruang kerjanya, diikuti Fahd yang dipanggil Rashid melalui telepon. Sedangkan Ayu ke kamarnya untuk mandi, badannya terasa lengket dari keringat dan gerah setelah melakukan aktifitas fisik olahraga pagi yang melelahkan tapi menyenangkan dan menyegarkan tubuhnya.

Di ruang kerja, Rashid, Fahd dan tamu itu yang bernama Wilson duduk di kursi meja kerja Rashid. Tempat duduk Fahd dan Wilson menghadap Rashid. Wilson merupakan salah satu tim mata - mata Rashid yang disewa dan dipercayainya karena sudah bertahun - tahun ia menggunakan jasanya yang berprofesi sebagai detektif. Walaupun Wilson tinggal di Amerika, tak masalah bagi Rashid untuk memanggilnya dan menggunakan jasanya.

Wilson mengeluarkan folder yang berisikan biodata dan kisah hidup Ayu dari dalam tasnya.

"Tuan Rashid, dalam folder ini berisikan apa yang tuan minta" kata Wilson yang menyerahkan folder itu ke Rashid.

"Terima kasih. Cepat juga hasilnya" komentar Rashid.

"Ini bagian dari tugas saya" jawab Wilson.

Lalu Rashid membaca berkas di folder itu selama beberapa menit, beserta dipandanginya foto Ayu dari media sosial teman - temannya, ketika ia SMP - kuliah. Foto Ayu bersama teman - temannya hanya ketika dia SMP dan SMA di Jakarta, sepertinya teman Ayu sedikit. Selebihnya foto dari akun media sosial teman pria Ayu yang mengambil foto Ayu diam - diam, sepertinya Ayu banyak pengagumnya. Hal ini sedikit membuat Rashid marah karena privasi Ayu terganggu oleh para pengagum ini yang bagaikan paparazi saja . Sedangkan Ayu sendiri tak memiliki akun media sosial.

Tak terasa Rashid berkata dengan suara pelan "Kasihan sekali kau sayang, hidupmu penuh derita tapi kau tegar. Tapi setidaknya kau beruntung bertemu teman akrab yang bersedia membantumu dikala susah".

"Ya nona Ayu memang malang nasibnya. Semoga kedepannya nona Ayu menemukan kebahagiannya" komentar Wilson.

"Kau benar. Ayu pasti akan bahagia, aku yang akan memastikannya" jawab Rashid.