Setelah memesan makanan, waitress dan koki meninggalkan mereka berdua. Mat juga pergi sehingga tak terlihat oleh Rashid tapi juga tak jauh, hanya memberi mereka berdua ruang privasi. Mat siap siaga memasang telinga apabila dipanggil oleh tuannya dan melihat secara seksama sekelilingnya dari hal yang mencurigakan yang akan mengancam keselamatan tuannya.
Walau bagaimanapun Rashid adalah seorang pangeran, dan hanya dia seorang yang gegabah dalam perlindungan diri dengan jumlah pengawal yang sedikit dibandingkan dengan pangeran lainnya di seluruh dunia. Bahkan tuannya terlalu baik, pengawalnya saja dianggap sebagai teman, tidak memperlakukannya semena - mena. Oleh sebab itu Mat harus menjamin keselamatan tuannya.
Di sekitar taman itu hanya ada Rashid dan Ayu yang sedang duduk menunggu makanan tiba, mereka malah saling diam. Walau Ayu diam, Mat melihat raut wajah Ayu yang cemberut, ia bingung apa yang membuatnya marah. Apakah pilihan restorannya yang salah? Ya pasti itu, seharusnya kencan pertama mereka di tempat yang romantis dengan cahaya yang redup dihiasi lilin - lilin dan bunga - bunga yang cantik, pikirnya dalam hati.
Sedangkan Ayu dalam hati tak suka dengan sikap arogan Rashid yang menggunakan kekuasaannya seenak hati yang sebelumnya mengusir pelanggan restoran dari tempat duduknya. Pasti dia juga sok kuasa di segi lainnya yang tak diketahuinya.
Ayu juga malu akan ketidaktahuannya dengan menu masakan restoran Arab hingga kokinya dipanggil untuk menjelaskannya secara langsung, bagaikan orang tua yang menjelaskan anak balita mereka tentang makanan dan rasanya. Malunya ditutupi dengan sempurna oleh marah, ditambah dengan kemarahannya sebelumnya.
Rashid yang penasaran dengan maksud Ayu dapat bicara dengannya dan kemarahannya yang tak ia tahu alasannya, berkata "Katanya kamu ingin bicara? Ayo katakan sekarang!" Bujuk Rashid.
"Mengenai tawaranmu, masih berlaku kan?" tanya Ayu.
" Tawaran yang mana?" tanya Rashid pura - pura lupa.
"Itu lho kamu janji mau menjebloskan si germo kalau aku bersedia jadi istrimu. Gimana sih masih muda ko pikun" jawab Ayu dengan kesal yang dianggapnya Rashid menggampangkan hal itu, padahal yang sangat penting bagi Ayu.
"Oh itu, tentu saja masih berlaku. Jadi bagaimana?" tanya Rashid yang penasaran dengan jawabannya sehingga merubah sedikit posisi duduknya, badan bagian atas dan wajahnya sedikit maju ke depan.
Ayu yang kaget dengan gerakan Rashid yang tiba - tiba jarak wajah mereka semakin dekat sehingga dikiranya ia akan dicium, segera bereaksi menjauhi, dengan badan atas dan kepala Ayu ke belakang sehingga punggungnya menempel di sandaran kursi.
"Mau apa kau? Ini ditempat umum tau! Dasar mesum" bentak Ayu.
"Ish kegeeran, siapa juga yang mau cium?" tanya Rashid.
"Lantas kenapa badannya mendekat? Kan kaget" jawab Ayu.
"Jangan - jangan, kalau bukan di tempat umum berarti boleh cium donk ya?" goda Rashid.
"Eh bukan maksudku begitu tau" jawab Ayu kelabakan dengan raut wajah yang memerah.
Rashid yang melihat wajah Ayu yang memerah, membuat gemas ingin mencubit pipinya. Tapi ditahannya karena ia penasaran dengan jawaban Ayu.
"Jadi bagaimana tawaran kemarin? Kau mau?" tanya Rashid mendesak.
"Bukannya aku mau, tapi terpaksa menerimanya" jawab Ayu.
Akhirnya jawaban Ayu yang ditunggu - ditunggu terjawab sudah. Walaupun jawabannya sudah diduganya tapi mendengar bahwa Ayu terpaksa, membuat perasaannya menjadi sakit karena wanita pujaannya menerima lamarannya karena unsur terpaksa oleh keadaan, bukan karena perasaannya yang cinta kepadanya.
Rashid menjadi sedih tapi kesedihannya ditutupinya dengan wajah topeng yang biasa ia perlihatkan ketika berurusan dengan dunia bisnis, sehingga terlihat dingin dan tak berperasaan.
"Oh begitu. Baguslah, kita segera akan menikah" jawab Rashid.
Wajah Rashid yang terlihat datar dan dingin ketika Ayu melihat respon jawabannya sehingga ia mengira bahwa pernikahan itu sesuatu hal yang biasa saja bagi Rashid.
Mereka terdiam hingga makanan tiba. Dan makanpun dalam keadaan diam, pura - pura sibuk dengan aktifitas makannya sehingga waktu makannya cepat selesai.
- * * * -
Ketika dalam perjalanan hampir tengah malam dan perut dalam keadaan kekenyangan yang tadi makan dalam porsi besar sehingga membuat Ayu tertidur di dalam mobil.
Selama perjalanan Rashid melirik mencuri - curi pandang wajah Ayu yang duduk di sebelahnya, mata Ayu sayu antara menutup dan membuka kelopak matanya yang akhirnya terpejam dan kepalanya disandarkan di sandaran kursi. Rashid menunggu waktu sampai akhirnya Ayu benar - benar terlelap.
Ketika mobil berbelok ke kiri, kepala dan badan Ayu otomatis ke kiri dan kepalanya hampir membentur kaca mobil, tapi untungnya Rashid dengan sigap menangkap kepala Ayu dan digesernya kepala Ayu ke kanan dan disandarkan kepalanya di bahu Rashid. Senyum puas terukir dibibir Rashid.
Jarak restoran tak begitu jauh sehingga tak lama kemudian mereka sampai di depan villa. Rashid yang menyesalkan cepat berakhirnya perjalanan, hanya bisa mengeluhkannya dengan menarik napas dalam - dalam satu kali lalu keluar mobil dengan menggendong Ayu dalam pelukannya ala Bridal Style yang kepala Ayu disandarkan ke pundaknya.
Tak masalah baginya menggendong Ayu menaiki tangga ke lantai 2, karena berat badan Ayu terasa ringan bagaikan anak kecil.
Diletakannya tubuh Ayu di tempat tidurnya, dan ditunggunya bi Romlah datang karena bi Romlah dan bi Tuti tidak menginap di villa, mereka tetangga villa yang dipekerjakan pemilik villa untuk merawat dan melayani penyewa villa.
Tadi di perjalanan Rashid menyuruh Mat untuk memanggil mereka berdua datang supaya pakaian Ayu diganti dengan daster atau piama karena dirasakannya Ayu pasti tak nyaman memakai baju yang sedang dipakainya untuk tidur.
Selama menunggu, Rashid terus memandangi wajah Ayu yang cantik dan sempurna baginya. Tak hentinya ia bersukur dapat menemukan Ayu walaupun ia sedikit terlambat, tapi itu tak disesalinya. Ia yang terbiasa kehidupan di luar negeri apalagi tinggal bertahun - tahun lamanya saat kuliah S 1 di London dan S 2 di Amerika, masyarakatnya menganut pergaulannya bebas, sehingga tak masalah baginya kalau Ayu sudah tak perawan lagi.
Negerinya Qatar walaupun termasuk negara yang berpikiran maju karena masyarakatnya dari berbagai negara dengan jumlah pendatang yang lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk pribumi, tapi penduduk pribumi apabila mencari calon pengantin dan calon ibu bagi anak - anak mereka, maka mereka masih mementingkan keperawanan pasangannya.
Apalagi bagi orang Arab yang pikirannya masih kolot, mereka lebih ekstrim lagi. Walaupun misalkan ia berasal dari negeri Arab sekalipun, tak akan ada yang dapat menghalanginya untuk mempersunting Ayu sebagai istrinya.
Percakapan sebelumnya dengan Ayu, ia sudah berkata jujur bahwa ia menginginkannya, tapi respon Ayu malah tak percaya. Bahkan memberi banyak alasan untuk tak memilihnya sehingga membuat Rashid malas untuk menjelaskan secara lebih jelas.
Kalau ia harus menunggu lama supaya Ayu menerimanya, ia tak yakin akan pengendalian dirinya yang selalu menginginkannya apabila jarak mereka berdua dekat. Bahkan jarak jauhpun ia akan merindukannya, selalu terbayang akan dirinya dan ingin cepat - cepat berada disisinya.
Seperti yang dialaminya tadi siang ketika harus menemui pejabat UEA dan mereka bernegosiasi, pikirannya tak fokus sehingga gagal meyakinkan untuk terjalin kerjasama. Pertemuan selanjutnya tak boleh pikirannya berkelana kemana - mana, bahkan Ayu harus menemaninya supaya ia bisa fokus bernegosiasi.
Ia takut lama - lama akan kehilangan akal sehatnya sehingga melakukan perbuatan maksiat yang bertentangan dengan ajaran agama yang diyakininya. Walaupun ia berpikiran terbuka dengan dunia luar yang modern tapi keyakinannya tetap dipegang teguh.
Maka satu - satunya jalan yaitu sesegera mungkin menjadikan Ayu sebagai miliknya. Walau bagaimanapun ia adalah seorang pangeran yang terbiasa dengan selalu mendapatkan apapun keinginannya sejak kecil. Walaupun konsekuensinya Ayu tak merasakan apa yang dirasakannya, dan hal ini menyakitkannya. Tapi daripada ia tak memilikinya yang akan lebih membuatnya menderita.
Biarlah ia seorang yang merasakan cinta atau hanya nafsu sesaat ini, ataukah keputusannya ini akan disesalinya dikemudian hari, segala konsekuensinya akan ditanggungnya.
Selain itu, ia takut nanti anaknya lahir di luar pernikahan. Kasihan nanti seumur hidup calon anakku akan dicap sebagai anak haram padahal yang salah adalah ayahnya yang tak bisa menahan dirinya. Makanya di negerinya disahkan pria beristri lebih dari satu daripada berbuat mesum diluar pernikahan.
Hal inilah yang dimanfaatkan oleh germo di sini yang mengetahui prinsip pria Arab yang memilih kawin daripada berbuat mesum diluar pernikahan. Walaupun sebenarnya kawin kontrak disini bukanlah kawin beneran yang sah dimata hukum dan agama.
Selama ia melamun, akhirnya bi Romlah dan bi Tuti datang juga. Walaupun pintu kamar Ayu tak ditutup, Mat tetap mengetuk pintu
'tok tok tok', "Tuan Rashid, mereka sudah tiba" Mat memberitahunya.
"Langsung saja masuk" perintah Rashid.
Setelah bi Romlah dan bi Tuti masuk kamar, Rashid berkata "Tolong ganti pakaian Ayu dengan yang lebih nyaman. Hati - hati dan pelan - pelan jangan sampai bangun!" Perintahnya.
"Baik tuan" jawab serempak mereka berdua.
Sebelum Rashid meninggalkan kamar tidur Ayu, Rashid mencium kening Ayu lalu berkata
"Selamat tidur sayang, bermimpilah yang indah".
Dengan perasaan berat hati, ia meninggalkan kamar itu dan ditutupnya pintu kamar Ayu sehingga bi Romlah dan bi Tuti dapat segera melakukan tugasnya.