Chereads / Terjerat Kawin Kontrak / Chapter 25 - Telepon dari Sang Adik

Chapter 25 - Telepon dari Sang Adik

Walaupun ibunya dulu berasal dari Indonesia, namun baru pertama kalinya ia mengunjungi tanah kelahiran ibunya. Ia tak begitu mengingat akan ibunya karena mendiang ibunda telah wafat saat melahirkan adiknya ketika ia berusia 4 tahun. Bahasa ibunya pun dipelajarinya dari tutornya karena saat ibunya masih hidup, hanya sedikit kosa kata bahasa indonesia yang dikuasainya akibat kesibukan beliau menemani ayahandanya dalam politik pemerintahan.

Itulah sebabnya ia membenci politik, ia dipisahkan oleh politik saat Ibunya masih hidup dan ia juga jarang bertemu dengan Ayahandanya karena kesibukannya yang tiada hentinya mengurusi negrinya, sehingga ia tak ingin kehilangan saudaranya juga gara - gara politik. Namun akhirnya ia sekarang mau tak mau harus terjun ke dunia politik demi membantu kakaknya dan warga Qatar yang mengalami kesulitan. Karena ternyata masalah politik bisa berdampak juga terhadap perekonomian.

Rashid dikelilingi oleh 3 pria berwajah sangar dengan tubuh lebih tinggi darinya yang memakai pakaian kandura putih dan gutra putih dengan gaya ular kobra di kepalanya itu. Mereka bertiga adalah pengawal pribadinya, bernama Mat, Toshio dan Ahmad.

Mat berkebangsaan Inggris yang berada dibarisan paling depan dengan tinggi badan 186 cm. Ia adalah mantan pasukan elit Inggris yang menyelamatkan adiknya dari penculikan ketika mereka berada di Inggris yang akhirnya direkrut Rashid menjadi ketua tim pengawal pribadinya. Ia menguasai socp dan kick boxing.

Toshio berkebangsaan Jepang berada disamping kirinya dengan tinggi badan 177 cm. Ia adalah mantan pembunuh bayaran yang dulu diutus untuk membunuh Rashid, namun malah berakhir diselamatkan nyawanya oleh targetnya dari pembunuh bayaran lain yang menembak mereka dari jarak jauh. Setelah peristiwa itu ia bersumpah setia kepada Rashid karena bagi prinsipnya sebagai orang Jepang bahwa hutang nyawa dibalas dengan nyawa. Keluarganya pemilik dojo Kendo dan ia juga menguasai Ninjutsu.

Ahmad berkebangsaan Qatar berada di belakangnya dengan tinggi 188 cm. Keluarganya merupakan pengikut setia keluarga kerajaan. Ia tak mempermasalahkan statusnya yang berada di bawah Mat walaupun Mat bukan orang Qatar namun menjadi ketua tim. Ia menguasai Krav Maga dan pencak silat. Diantara para pengawalnya, ia lah yang paling ingin mengunjungi Indonesia karena Pencak Silat yang dikuasainya berasal dari sini. Ia mempelajarinya ketika kuliah di Mesir, di sana ada perguruan pencak silat.

Sedangkan seorang lagi berkacamata minus membawa tas laptop memakai kemeja putih berdasi coklat dan jas hitam serta celana panjang bahan kain warna hitam tanpa Gutra dengan tinggi badan 184 cm adalah asisten pribadinya bernama Fahd yang berada di sebelah kanannya. Ia adalah sahabat Rashid sejak masa sekolah hingga kuliah pasca sarjana, berkebangsaan Qatar yang yatim piatu. Walaupun berbeda kasta namun Rashid tak mempermasalahkannya, bahkan dipercaya sebagai tangan kanannya.

Semenjak mendarat dari pesawat pribadinya, Rashid menelepon rekan bisnisnya dengan mengenakan earphone sambil berjalan di bandara bercampur baur dengan masyarakat lain yang sedang berjalan. Sebenarnya dengan statusnya sebagai seorang pangeran, ia bisa bebas dari pemeriksaan rutinitas rakyat biasa dan mobil jemputannya bisa menjemputnya langsung dekat landasan pesawat mendarat di tempat yang khusus, akan tetapi ia tidak suka dengan fasilitas seperti layaknya pangeran dan pejabat pemerintah mendapatkannya.

Ia hanya merasa sebagai seorang pengusaha, pesawat yang ditumpanginyapun miliknya pribadi, bukan pesawat kenegaraan. Selain itu, ia tak memberitahu secara protokol kepada penguasa negara ini bahwa ia akan mengunjunginya agar ia tak disambut layaknya apabila seorang pangeran tiba dengan berjabat tangan dengan para pejabat setempat lalu berfoto dan wawancara dengan reporter serta mobilnya diiring - iringi oleh polisi setempat, sungguh hal yang merepotkan dan tak ada ruang privasi baginya.

Tak apa - apa berjalan agak jauh antara pesawat dengan mobil yang akan menjemputnya, anggap saja sebagai ganti olahraga yang biasa rutin ia lakukan. Biasanya apabila tak sempat olahraga disaat kesibukannya yang padat, maka ia akan menggantikannya dengan naik tangga sebagai pengganti lift apabila hanya 5 lantai saja. Apalagi di pesawat ia hanya duduk diam selama perjalanan, walaupun ada ruang kamar tidur namun tetap tak senyaman tidur di daratan, sehingga membuat tubuhnya kaku.

Makanya ia lebih suka memilih perjalanan pesawat ketika siang hari, waktu selama di pesawat dipakainya untuk bekerja daripada dipakainya untuk tidur. Oleh sebab itu ia berangkat dari Doha (kota tempatnya tinggal di Qatar) jam 8 pagi, jarak tempuh 9 jam dan perbedaan waktu 4 jam, maka sampai disini jam 9 malam.

Tanpa disadarinya mereka menjadi pusat perhatian di bandara walaupun ia sebisa mungkin berperilaku layaknya orang biasa, namun tetap saja kharismanya terpancar keluar yang membuat semua pandangan mata tertuju kepadanya. Selain itu mereka tak membawa koper satupun yang menjadi ciri khas orang yang sedang bepergian. Hal ini dikarenakan barang - barang mereka sudah dikirim duluan dan diurus oleh tim yang datang lebih awal sebelum mereka.

Setiap wanita jatuh hati kepadanya dan ingin mendekatinya namun pria - pria yang mengelilinginya sungguh seram layaknya preman, hanya Rashid dan Fahd yang yang berwajah tampan. Sedangkan setiap pria kagum akan wibawanya padahal jika dibandingkan pria disekelilingnya ia termasuk pendek, namun ada aura kekuasaan terpancar walaupun tidak memakai baju layaknya pengusaha kebanyakan seperti apa yang Fahd pakai. Mereka penasaran siapakah gerangan rombongan yang melewati mereka? Apabila pejabat dari negeri Arab yang datang, pasti mereka tidak akan lewat jalur biasa ini, pikir mereka.

Akhirnya rombongan Rashid sampai juga ke 2 mobil yang menjemput mereka yang sudah dipersiapkan tim pengawal pribadinya. Mobilnya dengan merk Range Rover Sentinel terbaru dengan model mobil SUV yang cocok di medan Offroad yang dilapisi lapisan baja dengan akurasi keamanan tinggi dari serangan ekstrim mampu menahan peluru senapan serbu AK-47, dan ledakan dari bom granat.l

Ia lebih menyukai model tipe ini daripada tipe Mercedes Benz yang sering dipakai para pejabat maupun pemimpin negara yang akan terlihat mencolok dijalanan. Walaupun tipe Range Rover yang dipakainya tidak ada yang memakainya di negeri ini, tapi dapat berbaur dengan mobil lainnya dijalanan. Hal ini karena sebelum ia datang, mobil ini dibeli khusus dan dikirim ke negara ini oleh timnya yang mempersiapkan keperluannya selama di sini.

Setelah selesai memberi instruksi jaringan perusahaannya via telepon, ia menutup teleponnya. Tak lama kemudian teleponnya berdering kembali, ternyata adiknya Fatima yang menelepon.

"Hallo Fatima, ada apa menelepon?" tanyanya

"Hallo kakak? Bagaimana penerbangannya? Apakah indah di sana sesuai pemandangan di film Indonesia dan acara wisata di tv yang pernah kita tonton?" Fatima nanya balik dengan rasa penasaran yang tinggi.

"Baru saja tiba disini, jadi bagaimana aku bisa tahu?" jawabnya.

"Oh begitu ya?" Nada Fatima kecewa.

Diantara keduanya, yang sangat ingin mengunjungi Indonesia adalah adiknya, namun ibu tiri mereka aka ibu kandung kakak pertama aka istri pertama Syeikh Emir dulu melarang keduanya untuk mengunjungi negara asal ibu mereka, sedangkan ayah mereka tak peduli dan menuruti kemauan istri pertamanya itu. Walaupun sang ayah dan ibu tiri mereka jarang ditempat untuk mengawasi mereka, namun mata - mata ibu tirinya ada di mana - mana.

Pernah sekali waktu ketika Rashid berusia 18 tahun, Fatima mengunjungi kakaknya yang sedang kuliah di London. Sesampainya disana, adiknya memintanya untuk mengantarnya jalan - jalan ke Indonesia sehingga Rashid mengantarkan adiknya. Namun ternyata pesawat yang mereka tumpangi bukan mengarah ke negara yang dituju, malah mengarah ke negaranya Qatar dan ibu tirinya menunggu mereka di bandara. Adiknya kemudian dihukum larangan keluar negri selama setahun.

Walaupun saat itu Rashid bisa terlepas dari pengaruh ibu tirinya dengan hidup mandiri sejak kuliah, namun adiknya masih terkekang oleh pengaruh sang ibu tiri yang merupakan ibu pengganti bagi adiknya karena adiknya tak pernah mengenal kasih sayang ibu kandungnya yang telah meninggal sejak adiknya itu lahir.

Jika saja ibu tirinya melakukan kekerasan fisik pada adiknya, tak mungkin akan ia biarkan. Namun ibu tirinya hanya mengatur adiknya dengan segala peraturan tetek bengek bagaimana menjadi seorang putri bangsawan yang dapat berperilaku anggun. Maka ia tak ada alasan untuk dapat membebaskan adiknya, karena semua bentuk peraturan itu demi kebaikan adiknya yang dijalani setiap putri penguasa suatu negeri.

Pernah sang ibu tiri mencoba mengaturnya sehingga menjadi pangeran berkelas namun sejak awal ia sudah menegaskan bahwa pangeran dirumah mereka hanyalah kakaknya, dan hanya kakaknya lah satu - satunya pewaris tahta sehingga sang ibu tiri berhenti mengaturnya.

"Hallo kakak? Hallo.. Anybody home?" teriak Fatima.

Rashid yang melamun teringat akan masa lalu, seketika tersadar dan telinganya sakit akibat teriakan adiknya diujung telepon.

"Maaf melamun, tadi ngomong apa?" tanyanya.

"Ya sudahlah, adikmu ini memang tidak penting. Waktu menelepon pun tak didengarkan" terdengar nada kecewa adiknya.

"Maaf bukannya begitu. Justru Fatima satu - satunya saudara kandungku yang ku miliki. Maafkan kakak yang sibuk dan jarang menemui dan meneleponmu" permintaan maafnya.

"Ok deh, kakak dimaafkan. Tapi sebagai hukumannya, kakak harus sering - sering meneleponku ya! Awas kalau tidak!" Ancamnya.

"Insya Allah, aku janji" katanya.

"Hore.. Makasih kakakku sayang" ucap adiknya dengan riang gembira.

"Sama - sama. Sudah dulu ya, sudah sampai di tujuan" katanya.

"Ok deh, hati - hati, semoga berhasil. Bye.." ucap adiknya lalu menutup telepon.

Rashid pun menutup telepon lalu turun dari mobil ke hotel tempatnya menginap, namun ia langsung menjadwalkan meeting bersama timnya yang akan berlangsung sesaat lagi.