Chereads / Terjerat Kawin Kontrak / Chapter 29 - Transaksi Antar Muncikari

Chapter 29 - Transaksi Antar Muncikari

¤ [ Kisah Ayu ] ¤

- * * * -

Sudah 3 bulan lamanya semenjak peristiwa penculikan itu, sekarang Ayu paham mengapa ia diculik. Ternyata pelaku penculikan adalah kelompok penculik yang di sewa oleh bibinya, kemudian ia dijual sehingga berpindah tangan ke germo atau muncikari dengan bosnya si gendut yang menjual tubuh wanita sebagai alat pemuas nafsu bagi pelanggan setianya.

Beberapa kali ia lolos dari para hidung belang dengan melayani mereka minum - minum di bar yang berlanjut booking kamar, namun sebelum hubungan badan berlangsung terjadi, Ayu membuat mereka mabuk dengan menuangkan minum berkali - kali hingga tak sadarkan diri. Apabila belum mabuk maka di dalam kamar akan dibuatnya pingsan dengan menuang serbuk obat tidur ke dalam minumannya ketika pelanggan lengah atau memukul mereka di bagian pelipis kepala sehingga pingsan dan tanpa meninggalkan jejak luka memar apalagi berdarah.

Setelah pelanggan mabuk atau pingsan, maka ia akan melucuti pakaian pelanggannya dan membuat kasur berantakan serta bajunya dan rambutnya dibuat kusut seakan - akan telah terjadi percintaan panas di kamar itu.

Pernah beberapa kali ia mencoba kabur menyelamatkan diri tapi sayangnya selalu ada algojo yang mengawasi. Ya algojo merupakan kata yang tepat bagi pesuruh bosnya yang preman dan lihai bela diri serta kejam tak segan menghajar para tahanan wanitanya dengan mengeroyok lebih dari seorang, apalagi setelah percobaan kaburnya sebanyak 2x sehingga pengawasannya lebih ketat.

Hukuman terakhir yang diterimanya membuatnya babak belur dengan luka lebam membiru di sekujur tubuh sehingga membuatnya tak dapat bergerak hanya tidur di kasur selama seminggu akibat luka yang dideritanya, tapi ada untungnya jadi harus tinggal di markas tahanan mereka selama 3 minggu untuk menghilangkan warna memar di kulit.

Ya tempat ini pantas disebut markas tahanan karena semua wanita dikumpulkan disini sebagai tahanan. Tapi kalau dibandingkan dengan penculik dulu, di sini lebih baik karena para tahanan bebas berkeliaran di dalam area markas, walaupun tak dapat keluar dari markas itu karena dijaga para algojo kecuali kalau ia keluar untuk melayani tamu di suatu tempat.

Bentuk markas itu bagaikan sekolah yang membentuk huruf O dengan 4 gedung didalamnya yang tengah - tengahnya lapangan kosong untuk menjemur pakaian dan olahraga pagi para tahanan ataupun parkir mobil dengan luas lapangan yang dapat menampung parkir 9 mobil. Di markas terdapat tahanan wanita sebanyak 30 orang. Apabila dilihat sekilas oleh masyarakat luar, markasnya bagaikan kos - kosan campuran pria dan wanita.

Gedung paling depan terdiri 2 lantai khusus buat kamar para penjaga dan algojo, lantai 1 terdiri dari 2 kamar, kiri dan kanan dengan bagian tengahnya bolong untuk akses keluar masuk mobil, dan lantai atasnya 5 kamar. Gedung paling belakang hanya 1 lantai terdiri dari 1 ruangan luas untuk ruang tamu plus ruang tv penghuni tahanan, 1 ruang dapur, 1 ruangan meja makan yang dapat menampung 8 orang makan sekaligus, dan 2 toilet.

Sedangkan gedung kanan dan kirinya masing - masing 2 lantai terdiri dari 5 kamar bawah dan 5 kamar atas yang masing - masing kamarnya dirancang untuk 2 orang penghuni plus ada kamar mandi di dalam, diperuntukan untuk tahanan wanita dengan jumlah kamar 20 sehingga cukup dihuni 40 orang tahanan.

Kamar tahanan hanya ada kaca dan jendela yang menghadap ke lapangan itu, selain itu semua ditembok termasuk kamar mandinya tak ada kaca dan ventilasi udara. Belakang gedung belakang ruang tamu yang hanya berlantai satupun ditembok tinggi, sehingga penghuni gedung para tahanan yang lantai 2 tak dapat mengintip tetangga luar sebelahnya.

Gedung belakang juga tak ada jendela dan pintu selain menghadap lapangan itu. Sedangkan gedung depan dan gerbang markas dijaga ketat oleh penjaga sehingga tak ada celah tahanan dapat kabur.

Apabila berteriak minta tolong ke masyarakat terdekat dan mencoba melarikan diri, maka tahanan akan dihajar babak belur hingga membekas berhari - hari. Dan Ayu pernah merasakan hajaran mereka yang menyakitkan itu. Hilang sudah harapannya untuk bisa kabur dari genggaman si bos gendut itu. Hingga suatu hari harapan itu datang juga.

- * * * -

Saat siang hari sewaktu si bos gendut mendapat telepon dari temannya yang berprofesi sama yaitu sama - sama muncikari.

"Hallo.. Uzza kawanku, sudah lama tak ada kabar. Bagaimana kabarmu?" Tanya bos gendut lewat hpnya.

"Hai Teja, kabarku baik. Kau bagaimana? Masih subur seperti dulu?" Tanya temannya yang bernama Uzza itu.

"Tentu saja baik. Ada kabar apa sampai teringat kawanmu ini, sudah 3 tahun kita tak jumpa" Tanya bos gendut yang ternyata bernama Teja

.

"Iya sudah lama ya, waktu cepat sekali berlalu. Kau masih usaha yang sama kan?" Tanya temannya itu.

"Iya masih lah, darimana lagi cara mudah dapatkan uang? Lagipula hanya ini usaha yang ku tahu. Kau pun masih sama kan? Atau jangan - jangan kau sudah insaf?" tanya bos gendut.

"Masih donk. Ngomong - ngomong aku ada bisnis nih, ada pelanggan tajir menjanjikan imbalan yang besar pula, tapi mintanya macam - macam. Kalau di saat sepi sih ada beberapa wanita muda yang masuk kriterianya. Tapi masalahnya sekarang kan lagi musim liburan banyak pelanggan yang sudah booking, tentu saja bibit (wanita) yang bagus sudah dipilih duluan oleh pelanggan lain, jadi sisanya hanya kelas teri" keluh teman si bos.

Si bos langsung paham maksud temannya itu "Jadi kamu minta bantuanku?" Tanya bos gendut.

"Kau tahu saja apa yang ku mau. Iya begitulah, jadi apakah kau punya barang bagus?" Tanya temannya.

"Kau kan tahu, bisnis kita mirip tapi tak sama. Barangku dipoles secantik dan seseksi mungkin dan hanya semalam saja. Sedangkan kau asalkan wanita lokal yang bisa berbicara bahasa Arab, siapapun bisa. Memangnya kriteria apa yang diinginkan pelangganmu?" tanya balik bos gendut.

"Kau masih ingat saja perbedaan bisnis kita.

Pelanggan request wanita berpakaian sopan dengan memakai kerudung, masih muda usia tak lebih dari 25 tahun, berpendidikan dan berwawasan luas, serta dapat berbahasa asing" jawab temannya.

"Lah, bukannya itu kriteria wanita yang biasanya tersedia di tempatmu?" Tanya bos dengan nada heran.

"Justru itu, barang disini casingnya seperti itu, tapi nyatanya pelanggan ini tidak puas dengan poin pendidikan dengan wawasan luas karena bukan hanya tampang luar yang dipilih, tapi dalemnya juga melalui interview dulu, bawahanku sudah bertemu 2x tapi ditolak dengan alasan tidak nyambung dengan apa yang diobrolkan. Buat apa wanita berotak pintar kalau hanya tubuhnya yang dinikmatin?" tanya temannya itu dengan heran tak habis pikir.

"iya juga ya, interview bagaikan melamar pekerjaan saja. Kau tahulah pria kaya jaman sekarang banyak maunya" komentar bos gendut.

"Betul juga sih. Kalau bukan karena tawaran uangnya yang menggiurkan, aku juga tak mau ambil pusing" komentar temanya.

"Memangnya berapa uang yang dijanjikan pelangganmu itu?" Tanya si bos gendut.

" Rp 50 juta permalam selama 3 bulan full dibayar dimuka. Kalau kurang dari waktunya tapi pelanggan pulang ke negaranya, maka tak ada uang kembali. Bagaimana? Menggiurkan bukan? Berminat tidak?" Tanya pendapat temannya itu.

"Wow fantastis. Pantas saja kau masih betah berbisnis itu" komentar si gendut yang membayangkan hujan uang yang jatuh dari langit.

"Begitulah, tapi bisnisku kan musiman. Tak seperti kau yang tak kenal musim, jadi penghasilanmu pasti lebih banyak dariku" komentar temannya dengan merendah diri.

"Ah kau bisa saja. Kalau berminat, bagaimana pembagian bagi hasilnya?" Tanya bos gendut.

"Setengah - setengahlah bagi hasilnya" jawab teman si bos.

"Masa setengahnya sih? Barangnya kan dari aku. Tanpa barang, bagaimana bisa bertransaksi? Lagipula aku kan harus bagi hasil juga dengan si punya barangnya, kalau bagiannya sedikit nanti service pelanggannya kurang maksimal lagi. Alhasil pelanggan kurang puas, nanti kau yang dituntut sama pelanggan, atau pelanggan itu akan menyebarkan berita tak puas kepada teman - temannya yang lain. Akhirnya bisnismu malah hancur tak ada pelanggan sama sekali. Mau terjadi begitu?" Ancam bos gendut yang secara halus memperingati temannya itu.

"Oke - oke santai aja bro. Mengingat pertemanan kita yang sudah lama, maka kalau begitu kau dapat 60 %, aku 40 %. Kalau tak puas maka cari saja pelanggannya sendiri" Ancam temannya tak mau kalah, ingin dapat jatah yang besar.

" Hah 60 %? Sedikit sekali. Setidaknya 75 % lah" Bujuk bos gendut yang ingin menaikan jatahnya.

"Maaf kawan, tidak bisa. Kalau tidak setuju, aku masih banyak chanel yang lain yang bisa menyediakan wanita dari seluruh negeri". Ancaman terakhir temannya itu.

"Oke - oke baiklah, kau menang, aku tertarik. Soal perbedaan mengenai cara berpakaian sih gampang bisa diatur, tapi pelanggan request wanita muda usia tak lebih dari 25 tahun, sopan santun, berpendidikan, berwawasan luas, dapat berbahasa asing.. hmm.. nanti dicarikan barangnya sesuai apa yang pelangganmu minta" komentar bos gendut dengan membayangkan wanita yang sudah dikoleksinya.

"Sekarang saja jawabannya, ada atau tidak?" desak temannya.

"Kenapa buru - buru? Santai saja kawan" bujuk si gendut.

"Tapi si pelanggan hanya memberi waktu 3 hari, sedangkan sekarang sudah hari ke 2, jadi sisa waktu terakhir besok. Kalau melewati tenggat waktu, nanti si pelanggan keburu mencari yang lain" desak temannya yang ingin segera mengetahui koleksi si gendut ada atau tidak sesuai kriteria.

"Baiklah sore ini akan ku beri tahu jawabannya. Aku cek dulu" Kata si gendut.

"Baiklah aku tunggu jawaban secepatnya. Ok Bye" kata temannya yang mengakhiri sambungan teleponnya.

"Oke bye" jawab si gendut lalu menutup telepon.

Bos gendut segera pergi ke markas tempat para wanita koleksinya berada.