Keesokan paginya Ayu bangun dan keluar kamar tanpa mandi setelah terlebih dahulu shalat subuh, ia ke dapur membantu mengiris bawang merah dan cabe merah untuk nasi goreng sarapan mereka sedangkan bi Romlah menggoreng telur mata sapi. Setelah mengiris, Ayu disuruh diam karena bi Romlah bisa melanjutkannya membuat nasi goreng.
Karena Ayu tak mau diam, maka ia membantu bi Tuti yang sedang mengelap perabotan rumah. Walaupun sudah dilarang tapi Ayu menyapu lantai rumah.
Rashid keluar kamar tepat saat Ayu sedang membungkukan badannya menyapu lantai yang berada di bawah sofa ruang tv hingga terlihat pemandangan pantatnya Ayu yang sedang menungging. Walaupun ia memakai pakaian setelan piama yang terdiri dari baju tangan panjang dan celana panjang tapi masih terlihat lekuk bentuk tubuhnya apalagi ketika sedang menungging. Walaupun bahan piama itu tak menerawang, tapi terlihat bentuk pantatnya tercetak jelas dan terlihat garis celana dalam yang sedang dipakainya.
Rashid yang masih berada di ujung tangga lantai 2 terpaku diam ditempat. Pemandangan di bawah tangga sangat menggoda iman. Pikirannya mengembara ke suatu ranjang yang didalamnya hanya ada dia dan dirinya.
Di sana Ayu yang dalam posisi tidur tengkurap di atas kasur yang kakinya ditekuk ke dalam sehingga pantatnya menungging ke atas, lalu ia mendekat dan mengelus pantat Ayu dengan kedua telapak tangannya yang posisinya berdiri di pinggir ranjang.
Perlahan - lahan elusannya bergerak ke atas punggung Ayu hingga ke bahu lalu menyusuri kedua tangannya hingga ke buku jemarinya saling mengait, sambil tubuh Rashid semakin mendekat dan ikut naik ke ranjang hingga menutupi tubuh Ayu dari belakang. Lalu ia menciumi, menjilat dan menggigit belakang telinga Ayu dengan mulut, lidah dan giginya dengn gerakan sensual.
Terdengar desahan yang merdu keluar dari mulut Ayu yang menggoda itu sehingga membuatnya semakin berani. Kedua ibu jarinya mengaitkan ke karet celana piamanya Ayu lalu menurunkannya secara pelan - pelan sambil 8 jari tangannya yang lain membelainya dari pinggulnya turun sampai ke ujung jari kakinya sehingga hanya celana dalamnya saja yang tersisa.
Setelah celana piyamanya terlepas, segera ia kembali keposisinya yang tadi menutupi tubuh Ayu dari belakang. Kini tangannya merangkul Ayu dari belakang dan jemari tangannya mulai melepas satu persatu kancing piayama yang dipakai Ayu sehingga terlepas semua. Sebelum bajunya di lepaskan seluruhnya dari tubuhnya, tiba - tiba terdengar ucapan orang lain
"Selamat pagi Rashid" kata Fahd yang berada di belakangnya yang baru keluar dari kamarnya sehingga buyarlah sudah lamunannya itu.
Sesaat ia bingung akan keberadaannya disitu, baru tersadar bahwa barusan tadi hanyalah khayalannya semata. Buru - buru tubuh Rashid berbalik arah dan mencegat Fahd yang berada di belakangnya yang akan turun ke bawah, supaya tak ikut melihat pemandangan di bawah tangga itu.
Mereka diam ditempat. Fahd yang bingung akan raut wajah temannya itu seperti orang yang kelabakan, bertanya "Ada apa?" tanyanya.
Dengan gugup Rashid menjawab "Tidak ada apa - apa, ayo kita ke ruang kerja" ajaknya buru - buru.
Didorongnya tubuh Fahd ke arah ruang kerjanya. Fahd yang bingung akan tingkah temannya itu, nurut saja didorong dari belakang, lalu mereka masuk ke ruang kerja.
Setelah masuk, Fahd hanya memdekapkan kedua tangan didadanya dan alis serta matanya diangkat tinggi sebelah sebagai isyarat minta penjelasan darinya.
Rashid yang melihat gerak - gerik temannya itu, segera ke meja kerja dan mengambil dokumen - dokumen yang kemarin telah ia kerjakan lalu diserahkannya ke tangan Fahd.
Fahd yang menerima dokumen itu hanya diam saja tanpa berkata apa - apa sehingga suasana terasa canggung. Lalu Rashid berkata "Kenapa diam saja? Sana simpan dokumennya di kamarmu" Suruh Rashid yang membukakan pintu ruang kerja.
Ketika Fahd ke kamarnya dengan membawa dokumen itu, Rashid segera mengintip ke arah bawah tangga, sukurlah posisi Ayu sudah tidak seperti tadi, sekarang dia lagi menyapu ke arah teras depan rumah. Lalu Rashid turun ke lantai bawah, duduk dan menyalakan tv di tempat Ayu tadi menyapu kolong bawah sofanya.
Setelah selesai menyapu dan membuang sampah debu dari hasil sapuannya itu di luar, Ayu kembali ke dalam villa dan melewati Rashid yang sedang menonton tv.
Rashid ingin dapat mengobrol dengannya, tapi yang terucap "Kau sedang apa? Bukankah ada alat penyedot debu? Kenapa masih memakai alat kampungan itu?"
Ayu yang mendengarnya tersinggung lagi "Ya aku memang kampungan. Memangnya kenapa? Kau malu ya. Kalau begitu aku pulang saja".
Ayu pergi ke kamarnya, tapi sebelum menaiki tangga, tangannya di tarik oleh Rashid sehingga terhenti gerakannya.
"Maafkan aku. Maksudku tadi bahwa kau tidak perlu melakukan apapun karena sudah ada pekerja yang tugasnya melakukan itu. Sedangkan ada tugas khusus buatmu yang hanya kau yang dapat melakukannya. Tanpamu aku tak dapat menyelesaikan misiku datang ke negeri ini" Bujuk Rashid
Mendengar hal itu, Ayu terbujuk dengan kata - katanya. "Baiklah. Kalau begitu tolong jelaskan maksudmu menyewa jasaku selama 3 bulan ini" tanya Ayu yang meminta penjelasannya.
"Baiklah, mari kita ke ruang kerja" Ajaknya. Lalu ia melangkahkan kakinya ke tangga. Setelah 4 langkah tak ada respon dari Ayu, Rashid menengok ke arah belakang, Ayu masih diam di tempat. Lalu Rashid mengulurkan tangannya, tapi Ayu hanya melihat uluran tangan Rashid tanpa menyambutnya.
"Ayolah, di sana tak ada yang mengganggu penjelasan sehingga kau tak salah paham lagi" jelas Rashid.
"Baiklah" dengan engga Ayu menyambut uluran tangannya karena tangan itu masih diam di udara seakan minta digenggam dan Ayu mengira mungkin budaya orang sana genggaman tangan itu hal yang biasa.
Ketika jari jemari tangan mereka bersentuhan, mereka bagaikan teraliri sengatan listrik kecil. Ayu segera melepaskan genggamannya, lalu berkata "Maaf, aku belum mandi. Nanti ke sana setelah mandi". Buru - buru ia menaiki tangga melewati Rashid sehingga menyenggol bahunya sedikit tapi tetap terus naik dan lari hingga ke arah kamarnya.
Rashid yang masih diam terpaku hanya mampu menatap tangannya dalam diam. Sedangkan Ayu setelah pintu tertutup, ia bersandar di balik pintu dengan napas terengah dan detak jantung yang berdebar kencang.
- * * * -
Setengah jam kemudian Ayu sudah berada di ruang kerja Rashid dan mereka duduk saling menghadap dan bertatapan mata, hanya meja kerja yang memisahkan mereka. Lagi - lagi Rashid diam saja, padahal tadi dia yang menyuruhnya kemari.
"Jadi bagaimana? Jadi tidak penjelasannya?" tanya Ayu.
"Oh maaf, aku melamun" jawab Rashid.
"Sebelumnya kau menjelaskan bahwa muncikari yang kuhubungi bukanlah muncikari yang mempekerjakanmu" tanya Rashid.
"Ya, dia itu teman si germo gendut" jawab Ayu
"Apakah profesimu sebelumnya melayani pria Arab?" Tanyanya.
"Tidak, baru kali ini dengan pria Arab" jawab Ayu
"Orang mana saja yang pernah kau layani?" tanya Rashid penasaran.
"Hei, aku melakukan ini bukan keinginanku ya. Kalau bukan bibiku yang menculikku dan menjualku ke germo gendut itu, tak mungkin aku bisa berada digenggaman tangannya" jawab Ayu.
"Bukan maksudku begitu, maksudku.." jawab Rashid tapi perkataannya terpotong Ayu
"Maksudmu berapa jumlah pria yang kulayani kan? Baiklah akan ku jawab, 18 pria yang ku layani, puas?" tantang Ayu dengan nada marah.
Mendengar hal itu, Rashid terhenyak di tempat duduknya. Ia kaget dan syok karena Ayu sudah tersentuh banyak pria.
Lama suasana hening di ruangan kerja itu, lalu Rashid berkata "Kau mau terlepas dari tangan germomu itu?" tanyanya
"Tentu saja. Bagaimana caranya?" Tanya Ayu sedikit melunak karena penasaran.
"Aku akan membelimu darinya setelah masa 3 bulan ini berakhir" jawab Rashid.
"Benarkah? Tapi pasti dia akan memerasmu dengan uang yang jumlahnya tidak sedikit karena setahuku si gendut itu haus uang. Kalau kau membeliku, maka penghasilan kedepannya akan berkurang" jawab Ayu dengan rasa pesimis bahwa si bos gendut akan rela melepaskannya.
"Tenang saja, dia pasti mau menerimanya. Kalau tidak, maka akan kulaporkan ke pihak berwenang" jawab Rashid.
"Kau tahu caranya menjebloskannya ke penjara?" Tanya Ayu dengan semangat.
Dijawab Rashid dengan anggukan kepala.
"Bagaimana caranya?" Tanya Ayu lagi yang penasaran.
"Transaksi itu kurekam tiap detiknya. Kau tau maksudku kan" jawab Rashid.
"Kalau begitu, kenapa tidak sekarang saja kamu jebloskan dia ke penjara?" tanya Ayu.
"Untungnya apa bagiku jika menjebloskannya sekarang?" tanya Rashid.
"Tentu saja kau jadi penyelamat bagi seluruh wanita yang ditahan di sana" jawab Ayu.
"Aku bukan pahlawan dan aku sibuk, banyak hal yang harus dilakukan" jawab Rashid.
"Kenapa perhitungan sekali? Bukankah menolong sesama itu perbuatan yang mulia?" Tanya Ayu.
"Memang. Tapi aku seorang pengusaha maka harus memperhitungkan untung ruginya" jawab Rashid.
"Baiklah kalau begitu, aku akan lakukan apapun yang kau mau lakukan terhadapku jika kau cepat menjebloskan germo yang menahanku" jawab Ayu.
"Tapi kan aku sudah membelimu, jadi kau milikku" jawab Rashid.
"Bagaimana kalau waktumu untuk memilikiku diperpanjang jangka waktunya tanpa membayarku sepersenpun?" tawaran Ayu.