Kejadian tadi sore bagaikan mimpi di siang bolong. Samar - samar kejadiannya bagaikan peristiwa yang dialami oleh aktris lain dan ia hanya sebagai penonton yang menyaksikannya melalui layar televisi. Namun inilah yang terjadi di kehidupan nyata yang sedang dialaminya.
Entah apa yang merasukinya sehingga menandatangani dokumen itu. Di situ tertulis bahwa nama calon mempelai pria yang dinikahinya adalah Rashid bin Ali Al Muhtarom.
Entah siapa pria itu, bagaimana rupanya dan bagaimana sifatnya? Ia tak tahu, dan orang utusannya ini tak memberitahukannya. Awalnya ia mengira bahwa pria Arab berjas ini adalah calon suaminya. Namun ternyata perkiraannya salah.
Setelah kepergian teman si bos dan wanita - wanita lainnya sehingga hanya tersisa Ayu dan 2 orang pria Arab serta seorang pria Jepang di villa itu, Ayu memberanikan diri bertanya
"Permisi tuan, apakah anda suamiku?" Tanya Ayu.
"Oh maaf sampai lupa memperkenalkan diri, nama saya Fahd. Aku adalah asisten dari suami nyonya" kata Fahd yang memperkenalkan diri sambil menunduk tubuh 45 derajat dan menempelkan telapak tangan kanan di dada bagian jantung dengan menekuk sikunya yang menghadap ke bawah.
"Oh salam kenal juga, jangan panggil dengan sebutan nyonya! Panggil saja namaku" kata Ayu.
"Baiklah nyonya Ayu" jawab Fahd.
Ayu yang ingin mengoreksi dan menyuruh menghilangkan panggilan Nyonya, tapi akhirnya menyerah. Terserahlah mereka mau menyebutnya dengan sebutan apa. Toh bentar lagi juga ia akan kabur, jadi sekarang ikuti saja kemauan dan kemana mereka akan membawanya.
Kini ia sedang duduk di mobil mewah, entah mobil merk apa ini tapi tipenya besar dan nyaman sangat gagah dan cocok dikendarai oleh kaum adam. Walaupun ia tak tahu betul semua jenis mobil, tapi tak pernah ia lihat modelnya seperti ini berkeliaran dijalanan.
- * * * -
Tak lama berkendara, mereka telah sampai di sebuah rumah mewah berlantai 2. Pintu gerbang rumah itu terbuka oleh petugas satpam rumah. Lalu mobilnya masuk gerbang dan berhenti di depan teras rumah. Pintu mobil dibuka dari luar.
"Selamat datang nyonya Ayu" Sapa pria asia yang berbusana muslim putih dan bersorban yang bernama Toshio. Tadi mereka berkenalan di mobil, lucu juga ada orang Jepang memakai pakaian ala Arab.
Sebelumnya kalau berbicara mengenai orang Jepang maka otomatis akan terbayang wanitanya dengan gaya rambut disanggul, memakai riasan bedak berwarna putih, memakai baju kimono dan yukatanya. Sedangkan prianya dengan gaya rambut panjang yang diikat di atas kepala seperti kuncir kuda, memakai yukata warna gelap dengan di bagian dada bajunya longgar sehingga terlihat dadanya yang bidang dan tak berbulu dan dipinggangnya terselip pedang samurai yang panjang dan tipis.
Atau pria ninja yang seluruh tubuh ditutupi kain hitam termasuk rambut dan sebagian wajah, hanya bagian mata saja yang terlihat, gerakannya sangat lincah bahkan bisa hilang dalam sekejap mata. Sedangkan pertama kalinya orang Jepang yang Ayu temui ini memakai baju Arab, maka hancurlah konteks apa yang selama ini telah terpatri di otaknya.
"Terima kasih Toshi" jawab Ayu. Maka keluarlah Ayu dari dalan mobil lalu mengikuti Toshio di belakangnya memasuki rumah.
- * * * -
Mereka tiba di depan pintu di lantai 2.
'tok tok' bunyi pintu diketuk.
Beberapa saat kemudian, pintu terbuka dari dalam.
"Maaf tuan Rashid, nyonya Ayu sudah tiba" ucap Toshi di depan pintu tanpa melangkah ke dalam ruangan yang ternyata adalah ruang kerja beserta rak buku dan ruangan santai bersofa disertai televisi LED layar besar. Ruang kerja yang nyaman, pikir Ayu.
Lalu arah pandangnya tertuju ke seseorang yang sedang menulis sesuatu di buku catatannya di atas mejanya sambil berbicara bahasa Arab lewat earphonenya dan sesekali kapalanya menengok ke arah tablet disamping buku catatannya itu, kepalanya tetap menunduk tanpa menengok ke arah Ayu sehingga tak terlihat wajahnya. Entah apa yang dibicarakannya.
Tanpa mengangkat kepalanya dan masih sibuk menulis dan menelepon, pria itu berkata dalam bahasa Inggris "Terima kasih Toshio. Tolong tinggalkan kami berdua" perintahnya kepada Toshio dan pria lain yang tadi membuka pintu dari dalam.
Maka mereka pergi meninggalkannya bersama pria ini yang menjadi suaminya di ruangan kerjanya. Ayu hanya melangkah sedikit kedalam ruangan, tak tahu apa yang selanjutnya harus ia lakukan maka terpaku diam di tempatnya dekat dengan pintu keluar yang sekarang sudah tertutup.
"Kenapa kau diam saja? Kemarilah dan duduk di sini" Kata pria itu masih dalam bahasa Inggris sambil tangan kirinya yang tidak sedang menulis menunjukan kursi di depannya. Walaupun masih dalam keadaan menelepon sambil menulis dan kepalanya masih dalam keadaan tertunduk, tapi dia bisa tahu bahwa Ayu diam saja mematung di depan pintu.
Lalu Ayu berjalan mendekati pria itu lalu duduk di kursi depannya menghadap pria itu, hanya meja kerja persegi panjang yang memisahkan mereka.
Setelah Ayu duduk, berhenti juga kegiatan pria itu menulis lalu menengadahkan wajahnya sehingga kini mereka bertatapan mata.
Masya Allah, sungguh indah paras pria itu. Kalau Ayu bilang seperti itu, mungkin dia akan marah karena disamakan dengan pemandangan alam. Karena baginya sesungguhnya pria itu sangatlah tampan hingga Ayu menyebutnya indah dimata kaum hawa.
Pria itu berambut hitam dan berbola mata hitam, dengan alis dan rambut yang tebal, berhidung mancung dan bibirnya penuh tebal yang dibingkai dengan rahang yang sedikit berbentuk kotak. Wajahnya dihiasi kumis dan jenggot yang tipis, biasanya Ayu tak suka pria berjenggot dan berkumis, namun entah mengapa jenggot dan kumis pria ini sungguh sangat pantas berada di wajahnya, bahkan menambah nilai kemaskulinannya.
Arah pandang Ayu turun ke tubuh pria ini, walaupun dalam keadaan duduk tapi tetap terlihat tinggi dan bajunya pun tak mampu menutupi tubuhnya yang besar padahal pria itu mengenakan pakaian muslim tapi anehnya warnanya tak putih seperti kebanyakan yang dipakai oleh orang Arab lainnya termasuk Toshio dan Ahmad yang tadi menemaninya diperjalanan.
Pria itu mengenakan baju berwarna coklat muda berkerah shanghai dan berkantung di dada kirinya, dengan kancing ditengah bajunya mulai dari leher turun ke bawah sampai ke dadanya hingga kancingnya terhenti sejajar dengan kantung baju itu.
Cara berpakaiannya seperti pria lokal yang sedang memakai baju koko pada hari Jum'at atau lebaran. Sedikit aneh karena terbiasa melihat pria memakai kaos dan kemeja bahkan jas hitam dikehidupan sehari - harinya.
Tapi kalau pria ini memakai baju kokopun, masih terlihat cocok. Tapi mungkin lebih cocok lagi kalau pria ini bahkan tak berbusana, sehingga menampilkan tubuhnya yang sebenarnya.
Kagetlah Ayu dengan jalan pikirannya ini karena baru pertama kalinya ia menilai seorang pria hingga sedetail itu, bahkan membayangkan hal yang tidak - tidak. Entah apa yang merasukinya.
Ketika Ayu tersadar dari lamunannya yang piktor itu, sehingga ia sadar bahwa pria itu juga sama seperti dirinya yang menilai dirinya dengan seksama dari atas hingga ke bawah.
- * * * -
Rashid yang seharian disibukan dengan rapat dari jarak jauh demi memantau usahanya dan menstabilkan perekonomian negerinya, bahkan ketika Fahd mewawancarai calon wanita yang akan mendampinginya, ia tetap bekerja sambil sesekali melirik layar videocall dan mendengarkan wawancara itu lewat earphonenya, pikiran tetap berfokus ke pekerjaan.
Hingga akhirnya rapatnya ditunda karena kedatangan seorang wanita yang Fahd dan dirinya pilih untuk menemaninya bernegosiasi di sini sehingga ia cepat mengakhiri perbincangan teleponnya.
Ketika wanita itu duduk, ia mengangkat kepalanya dan seketika ia bagaikan tersambar petir. Paras wajah wanita itu sungguh sangatlah cantik. Walaupun ia telah menjumpai berbagai wanita di berbagai belahan bumi, namun entah mengapa kecantikan wanita ini sanggup membuatnya terkesima.
Wajahnya berbentuk oval, dengan bola mata coklat dihiasi bulu mata panjang yang terlihat alami, alisnyapun natural yang terbentuk sempurna, hidungnya mancung, dan bibir bawahnya terlihat lebih besar yang disebut heavy lower lips tapi tetap terbentuk indah yang dilapisi lipstik berwarna pink dan mengkilap sehingga ingin rasanya ia menggigit bibir bawahnya itu yang menurutnya sangat menggoda.
Walaupun wajah wanita itu sudah ia lihat ketika diwawancarai lewat kamera tersembunyi, tapi rasanya beda saja antara media maya dengan nyatanya. Saat wanita itu diwawancarai, ia memang menilai wanita ini cantik tapi hanya sebatas itu tanpa adanya respon dari tubuhnya.
Namun setelah melihatnya secara langsung, tubuhnya seketika bereaksi. Degup jantung yang tiba - tiba berdebar sangat cepat bagaikan sehabis berolahraga, suhu tubuhnya kian lama kian meningkat, dan kejantanannya pun mengeras. Untunglah ia memakai celana panjang yang longgar sehingga terbantu tak menyakiti miliknya itu, hanya sedikit agak sesak akibat terkurung di dalam celana dalamnya.
Awalnya ia memilih wanita ini karena kecerdasannya. Tapi setelah melihatnya, ia harus memilikinya. Pertama kalinya ia bereaksi seperti ini terhadap seorang wanita. Sebelumnya ia tak pernah sekalipun berminat kepada wanita, bahkan sebelumnya ia curiga bahwa ia termasuk kedalam LGBT. Tapi iapun tak berminat terhadap pria, bahkan kalau membayangkan sex kepada partner pria membuatnya ingin muntah.
Walaupun sebelumnya tubuhnya tak bereaksi terhadap wanita manapun, tapi demi menutupi egonya sebagai seorang pria, ia telah berkencan dengan beberapa wanita walaupun akhirnya tak berakhir di ranjang. Ia juga selalu disibukan dengan pekerjaannya sehingga hal ini tak membuatnya menjadi beban pikiran.
Apakah mungkin sebelumnya ia tak pernah bereaksi karena tak pernah menemukan wanita idamannya? Ataukah memang benar apa kata sebangsanya bahwa wanita Indonesia adalah bidadari yang turun dari khayangan? Berparas cantik dan wanita sempurna bagi kaumnya orang Arab sehingga reaksinya ini hanyalah nafsu belaka.
Tapi wanita ini tidaklah seutuhnya berasal dari warga sini, ada sedikit berbeda, mulai dari bola matanya yang berwarna coklat, sedangkan penduduk lokal bola matanya hitam legam. Hidung penduduk sini tidak mancung dan tubuhnya kecil. Tak seperti wanita ini yang terlihat tinggi sewaktu ia mengamatinya lewat kamera tersembunyi.