Mereka terdiam cukup lama, hanya saling menatap, sibuk dengan jalan pikirannya masing - masing. Dilihat dengan tatapan intens seperti itu sehingga membuat Ayu sedikit canggung.
"Maaf tuan, apakah anda benar suamiku?" Tanya Ayu dalam bahasa Inggris.
"Bisa dibilang begitu" jawab singkat Rashid dalam bahasa Indonesia yang masih menatapnya.
"Wow ternyata bisa berbicara bahasa Indonesia" puji Ayu yang terheran ada orang Arab yang bisa bahasanya.
"Begitulah sama seperti dirimu" jawab Rashid.
"Sama sepertiku? Apakah tuan juga blasteran?" Tanya Ayu.
"Apa itu blasteran?" Tanya balik Rashid yang tak mengerti istilah ini.
"Percampuran yang salah satu orang tuanya berasal dari ndonesia" Jawab Ayu.
"Ohh begitu. Ya ibuku orang Indonesia" jawab Rashid.
"Indonesia bagian mana?" Tanya Ayu
"Tidak tahu, tidak ingat dengan mendiang ibuku dan baru pertama kali ini ke sini" Jawab Rashid.
"Kalau ayahku berasal dari Jawa Barat" kata Ayu memberitahunya walaupun tanpa ditanya. Mereka terdiam lagi.
Untuk menghilangkan keheningan dan memenuhi rasa ingin tahunya, Ayu bertanya lagi.
"Kenapa tuan melakukannya?" Tanya Ayu dengan penasaran.
"Melakukan apa?" Tanya Rashid yang bingung dengan pertanyaan Ayu.
" Itu, tuan menikahiku dengan membayarku" tanya Ayu yang sangat penasaran dengan tujuan Rashid menikahinya.
"Mengapa kamu bertanya? Bukankah ini profesimu?" Tanya balik Rashid yang enggan menjawab pertanyaan Ayu yang sebenarnya.
"Ya kuakui sekarang semua orang menilaiku sebagai wanita murahan, tapi ini karena aku dijebak dan tak ada pilihan lain" jawab Ayu dengan sedih.
"Maaf bukan maksudku untuk menyudutkanmu. Tapi tak mungkin kamu tidak tahu maksud dari ini" jawab Rashid. Percakapan ini mengingatkannya akan status Ayu sebagai wanita bayaran sehingga membuatnya sedikit marah, akibatnya nadanya terdengar meremehkan dan merendahkan.
"Pihak mucikari yang tuan hubungi bukanlah sipir penjara yang menahanku" jawab Ayu
Mendengar bahwa Ayu ditahan, Rashid bertanya "Menahanmu bagaimana? Bukankah ini mata pencaharianmu?" Tanya Rashid kaget sehingga salah ucap yang membuat Ayu yang mendengarnya menjadi marah.
"Jangan kamu kira setiap wanita yang menjual tubuhnya adalah wanita nakal yang dengan sukarela menjalani profesi ini" jawab Ayu dengan nada tinggi, tersinggung. Lalu berdiri dan segera melangkahkan kaki menuju keluar ruangan itu.
5 langkah kaki terdengar "Tunggu! Jangan pergi dulu. Bukan begitu maksudku" Rashid meminta maaf yang ikut berdiri dan menyusul Ayu tetapi Ayu tetap lanjut melangkahkan kakinya seolah - olah tak mendengarnya dan membuka pintu keluar lalu diam ditempat.
Sebelum melangkahkan kaki ke luar ruangan, Ayu menengokan kepalanya ke belakang menatap Rashid, lalu berkata "Maaf aku lelah. Dimana kamarku?" tanyanya, baru teringat ia tak tahu harus kemana
Rashid yang sudah berdiri tak jauh dari Ayu ikut diam tak bergerak. Melihat wajah Ayu yang tak mau mendengar penjelasannya, akhirnya memberi jarak dan waktu bagi Ayu untuk meredakan kemarahannya.
"Mat, tolong tunjukan kamar yang sudah disiapkan" perintahnya kepada Mat yang berdiri di samping pintu luar.
"Baik tuan Rashid" jawab Mat lalu mempersilahkan Ayu mengikutinya.
Tak jauh jarak kamarnya dari ruang kerja yang sama - sama berada di lantai 2. Sebelum pintu kamarnya dibukakan, terdengar suara perut Ayu yang berbunyi akibat kelaparan yang melewati jam makan siang.
Dengan pipi memerah dan malu, Ayu bertanya "Maaf Mat, kapan jam makan malam disini disajikan?"
"Sekarang juga di meja makan tersedia makanan. Kecuali nyonya request makanan, maka akan kami sediakan" jawab Mat dengan muka datar pura - pura tak mendengar bunyi itu.
"Kalau begitu bisakah sekarang kita ke meja makan?" tanya Ayu dengan nada tak sabar ingin segera ke sana.
"Baiklah, silahkan lewat sini" jawab Mat yang memberi petunjuk arah dan Ayu mengikuti di belakangnya.
- * * * -
Malamnya, Rashid turun dari lantai 2, ditangga ia melihat Ayu tertawa di ruang tv bersama Ahmad dan Toshio. Mereka menertawakan suatu acara di tv. Mereka terlihat akrab seperti sudah mengenal berhari - hari.
Perasaan tak suka meliputinya ketika melihat Ayu tertawa lepas bersama pria lain walaupun bersama orangnya sendiri, sedangkan dengannya dia marah. Entah apa yang harus dilakukannya.
Ayu merasa seseorang memperhatikan dirinya di tangga, lalu menengadahkan kepalanya ke arah tangga. Ternyata di sana pria itu melihatnya, entah sejak kapan dia berada di sana karena tak terdengar suara langkah kakinya. Tak tahu harus berbuat apa, Ayu melanjutkan menonton tv. Pura - pura tak tahu dia berada disana.
Ahmad yang menyadari kedatangan tuannya ketika Ayu berhenti tertawa dan melihat ke arah tangga. Melihat pandangan mereka yang saling memandang dalam diam, maka ia menepuk bahu Toshio untuk mengikutinya diam - diam meninggalkan Ayu karena ia melihat tatapan tuannya yang tak suka dengan kehadiran mereka berdua disitu bersama Ayu. Sedangkan raut wajah Ayu seperti sedang marah.
Melihat Ayu yang melengos dan mengalihkan pandangannya kembali ke arah tv seolah - olah tak melihatnya berdiri di sini, membuatnya marah. Dengan menahan amarah, Rashid turun tangga dan duduk di sebelahnya.
Walau begitu, Ayu tetap masih melihat ke arah layar tv seolah tak tahu ia berada di sampingnya. Maka Rashid pun mengalihkan pandangannya ke arah tv ikut menonton acaranya. Ternyata acara yang ditonton adalah komedi, tapi mereka berdua malah tak tertawa ketika melihat kelucuan acara tersebut karena perhatian mereka sebenarnya tak menuju ke situ melainkan kepada seseorang yang duduk disebelahnya.
Mat yang turun tangga ke lantai bawah dari kamarnya di lantai 2, berjalan ke arah tuannya yang sedang duduk menonton tv namun pandangannya teralihkan karena dari sudut matanya terlihat Ahmad memberi isyarat memanggilnya, lalu ia merubah arah ke Ahmad yang berdiri bersama Toshio di ruang meja makan yang bersebelahan dengan ruang tv.
Setelah jarak mereka dekat, tangannya ditarik Ahmad menjauhi pintu. Dengan penasaran Mat bertanya "Ada apa?" tanyanya heran dengan tingkah Ahmad yang mencurigakan.
"Justru kami yang ingin bertanya, tadi ada peristiwa apa yang terjadi sewaktu pangeran bertemu nyonya Ayu?" Tanya Ahmad.
"Mana aku tahu. Mereka mengobrol berdua di ruang kerja, aku di luar samping pintu" jawab Mat.
"Kenapa nyonya Ayu terlihat marah? Apakah mereka bertengkar?" Tanya Ahmad.
Tanpa menjawab, Mat hanya angkat bahu.
"Kelihatannya sifat nyonya Ayu ramah. Kenapa bisa marah begitu hingga nyuekin tuan, padahal kan mereka baru bertemu" tanya Toshio.
Lagi - lagi Mat hanya angkat bahu.
Lalu Mat berkata "Kita digaji bukan untuk mengintip dan jangan ikut campur urusan pangeran. Keselamatannyalah yang menjadi prioritas kita, bukan kehidupan pribadinya" ucap Mat memperingati Ahmad dan Toshio untuk bekerja secara profesional.
"Bagaimana kalau nyonya Ayu sama sepertiku seorang pemburu bayaran? Jadi kita jangan sampai lengah terkecoh dengan tipu muslihatnya" kata Toshio yang mengingatkan kawannya jangan sampai lengah tertipu.
"Baiklah, aku akan segera hubungi tim mata - mata kita mengenai identitas nyonya" jawab Mat yang diam - diam menyetujui usul Toshio untuk jangan tertipu penampilan.
Segera ia menghubungi timnya yang lain untuk mengecek riwayat hidup Ayu. Mereka lalu duduk di meja makan sambil siaga memasang telinga kalau - kalau dipanggil tuannya.
- * * * -
Ayu yang tak tahan dengan keadaan diam mereka, akhirnya berbicara " Eh tuan, sejak kapan ada di sini?" tanyanya pura - pura kaget.
"Daritadi" jawab singkat Rashid yang kesal dicuekin Ayu.
"Masa sih? Kaya hantu aja yang tiba - tiba muncul di sini" celetuk Ayu yang membuat Rashid makin marah.
"Kalau aku hantu, memangnya kenapa?" tanya Rashid dengan asal.
"Gak kenapa - kenapa sih. Hehehe" cengengesan Ayu yang garing.
"Maksud tadi sipir penjara itu apa?" tanya Rashid yang tiba - tiba bertanya.
"Bukan sipir penjara beneran sih, tapi rasanya seperti itulah. Karena aku diculik dan tak ada celah untuk melarikan diri. Aku bagaikan barang yang dioper - oper, mulai dari tangan si penculik lalu pindah ke muncikari si gendut lalu berpindah lagi ke temannya si gendut itu yang entah siapa namanya dan aku baru bertemu dengan mereka tadi sore. Sekarang aku pindah ke tanganmu, jadi sama saja seperti barang kan?" ucap Ayu dengan nada sedih.
"Maafkan aku, aku tak tahu mengenai kehidupanmu" kata Rashid yang meminta maaf dan ikut sedih atas apa yang dialami oleh Ayu.
"Setidaknya disini lebih baik, aku bebas berkeliaran di rumah, makanannya juga enak bahkan bisa bercanda dengan bawahanmu" kata Ayu menghibur diri.
Tak sempat Rashid merespon pernyataan Ayu, Ayu berkata lagi
"Sudah dulu ya, aku lelah mau tidur dulu. Sorry tadi makan malam duluan. Selamat tidur" kata Ayu mengakhiri perbincangan mereka.
Rashid hanya dapat memandangi Ayu yang menaiki tangga, lalu berkata "Selamat tidur. Mimpi yang indah" ucapnya dengan perasaan kalah tak mampu memperbaiki kesalahpahaman mereka, malah sepertinya memperburuk keadaan dengan membuat Ayu sedih.