Sudah beberapa hari lamanya ia habiskan waktunya di Puncak. Waktu yang digunakanya untuk memulihkan kondisi fisiknya dengan mengirup udara segar sambil berolahraga fisik di ruangan terbuka dengan joging, sepeda, berenang, dan futsal. Ia pun memanjakan mata dengan melihat pemandangan yang sejuk dengan beragam jenis tanaman yang tumbuh di mana - mana.
Beragam masakan kuliner nusantaranya pun tak ia lewatkan untuk dicicipi dan dinikmati. Ternyata warga sini suka masakan pedas, bersantan dan gorengan. Termasuk makanan yang tidak sehat tapi rasanya memang enak karena kaya akan bumbu masakan rempah - rempah. Awalnya setelah makan makanan pedas, ia sakit perut karena tak terbiasa dengan level kepedasannya. Tapi lama kelamaan ia terbiasa bahkan menyukainya.
Selain bersantai bagaikan liburan, ia pun tak lupa dengan tujuannya semula. Ia sudah mulai menemui beberapa orang yang menjadi targetnya. Menurut beberapa orang yang ditemuinya, mereka heran bahwa ia tak membawa wanita lokal yang menjadi ciri khas orang Timur Tengah menikmati liburannya di sini.
Setelah diselediki oleh timnya, ternyata mereka menyewa wanita lokal sebagai pemuas nafsunya selama mereka disini. Walaupun sebenarnya menggunakan wanita sebagai pemuas nafsu pria dilarang oleh agama karena dianggap berzina, mereka mengakalinya dengan alasan wanita itu dinikahi tapi dengan periode masa tertentu hingga bangsa Arab pulang ke negaranya, disini disebut dengan istilah kawin kontrak.
Namun kenyataannya tidaklah demikian, jauh dari prinsip pernikahan. Kawin kontrak disini sama halnya seperti dengan prostitusi yang dijadikan bisnis oleh gigolo, tapi berkedok kawin dengan perjanjian kontrak.
Salah satu kasus Kawin kontrak yang berlangsung di Puncak yaitu sang gigolo adalah supir taxi yang beredar di bandara Soeta dan daerah lain yang menawarkan turis asing terutama bangsa Arab dan negara - negara sekitarnya yang penduduk pribumi sebut sebagai orang Timur Tengah untuk berlibur di daerah Puncak dengan menjanjikan keindahan pegunungan alam yang sejuk dan ditemani wanita lokal yang cantik jelita yang dapat ditiduri. Tentu saja sang wanita dibayar sesuai dengan kesepakatan bersama.
Wanita Indonesia bagi pria asal Timur Tengah memang wanita cantik yang imut berbadan kecil dan penurut dimata mereka sehingga tak salah banyak peminatnya.
Setelah sang turis tertarik akan tawarannya, maka sang supir membawanya ke suatu tempat atau mereka bertemu di suatu tempat. Di tempat itulah berderet wanita lokal untuk dipilih oleh sang turis. Bisa saja saat itu juga terjadi proses transaksi atau di tempat lain yang ditentukan.
Kemudian digelar ijab kabul oleh walinya yaitu sang supir itu ataupun orang lain yang mengaku wali wanita itu tanpa ada penghulu dan buku nikah yang tercatat di KUA setempat.
Proses kawinnya pun mudah dan cepat hanya memerlukan waktu 5 menit saja, dengan sang turis mengikuti kata - kata yang diucapkan pelaku gigolo atau mucikari aka supir taxi dan sang turis tinggal bilang "na'am" yang artinya iya maka sahlah proses ijab kabul itu.
Lamanya waktu perkawinan ditentukan oleh lamanya sang turis berada di negeri ini, biasanya selama liburan musim panas yang terjadi bulan Juni - September. Bahkan tanpa ada kata talak pun, sang wanita ditinggal begitu saja.
Kebanyakan wanita yang dijadikan kawin kontrak adalah mantan pegawai TKI sehingga dapat berkomunikasi dengan sang turis. Bahkan adapun sang wanitanya bukan mantan TKI Arab sehingga tak mengerti sama sekali bahasa Arab dan warga lokal kebanyakan tak menguasai bahasa Inggris, entah bagaimana mereka berkomunikasinya.
Begitulah menurut laporan yang diterimanya. Untuk mengurangi kecurigaan orang - orang yang akan ditemuinya, maka ia pun harus mengikuti kebiasaan orang - orang sebangsanya dengan menyewa wanita lokal walaupun saat ini ia tak tertarik dengan wanita karena pikirannya dipenuhi dengan berbagai masalah di negerinya, tapi setidaknya wanita itu akan menemaninya dalam bernegosiasi.
"Jadi kawin kontrak disini, bukan kawin beneran secara hukum dan agama? Hanya prostitusi berjangka sesuai waktu yang disepakati?" Tanya Rashid kepada asistennya.
"Benar begitulah yang terjadi di sini" jawab Fahd.
"Kalau begitu Fahd, tolong hubungi mucikari kawin kontrak ini! Bilang aku mau wanita muda usia tak lebih dari 25 tahun, berpendidikan, berperilaku sopan santun dan mengenakan Abaya (baju terusan longgar berwarna hitam yang panjang dan menutupi seluruh tubuh kecuali pergelangan tangan) dan Shayla (hijab /kerudung) atau sejenisnya yang wanita muslim kenakan disini" Perintahnya kepada asistennya.
"Baik. Ada lagi tambahan permintaannya?" tanya Fahd sambil mencatat di buku catatan kecilnya supaya tak ada hal yang terlewati sehingga sesuai dengan instruksi.
"Oh iya wanita itu juga dapat berbicara bahasa Arab atau setidaknya menguasai bahasa Inggris. Wajahnya cantik tapi point yang paling penting itu pandai bertutur kata dan pembicaraannya tak membosankan karena tugasnya hanya menemaniku saat bernegosiasi dengan mereka." Perintahnya lagi.
"Apakah tempat pertemuannya disini?" Tanya Fahd.
"Tentu saja tidak. Aku tidak mau mucikari itu tahu tempat tinggal kita. Kau atur saja tempat pertemuannya!" Kata Rashid.
"Oh iya satu lagi, kau siapkan dokumennya dengan formulir nikah secara resmi dari pemerintah setempat. Tapi formulirnya ditahan dulu! Kalau terjadi sesuatu diantara kami, maka kau daftarkan formulir itu. Videokan secara langsung dan rekam selama transaksi berlangsung dengan kamera rahasia, aku juga akan melihatnya dari jarak jauh. Rekaman itu sebagai alat bukti kalau si mucikari berani bermain curang atau memeras kita" Instruksi tambahannya.
"Kenapa tidak langsung menyeleksinya?" tanya Fahd
"Tidak, aku malas. Lebih baik waktunya dihabiskan bekerja. Lagipula dari sini juga bisa dipantau. Segera atur jadwal pertemuannya" Jawab Rashid.
"Oke siap laksanakan" jawab Fahd.
Maka keluarlah Fahd dari ruang beranda kamar Rashid yang sedang duduk bersantai menikmati pemandangan gunung sore hari sambil membaca laporan mengenai kawin kontrak yang berlangsung di daerah ini, lalu dilanjutkan dengan membaca koran Independent Observer (koran berita nasional berbahasa Inggris dengan skala distribusi nasional cakupan Jawa, Bali dan NTB) ditemani segelas kopi dan hidangan pisang goreng yang masih hangat.
- * * * -
Begitu keputusannya ditetapkan, maka segera timnya menghubungi salah satu mucikari atau gigolo kawin kontrak yang terkenal di Puncak yang terletak di Desa Sampay Kelurahan Tugu Selatan Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor dengan jarak 84 km dari Jakarta. Bahkan desa itu banyak yang menyebutnya sebagai Kampung Arab atau juga disebut Warung Kaleng.
Dahulu awalnya warung kaleng didirikan oleh pedagang Cina. Disebut warung kaleng karena banyak toko yang atapnya berbahan seng. Sekarang walau suasana Cina tak lagi tercium dan atap seng pun tak lagi terlihat, namun namanya masih melekat di daerah itu yang kini berubah menjadi kampung Arab karena suasananya ke Arab - Araban.
Bahkan papan nama toko bukan hanya bertuliskan huruf latin tapi juga huruf Arab, dari wartel hingga toko roti, toko kelontong, rumah makan dan kantor agen travel. Warga disitupun banyak bertampang Timur Tengah, mulai dari anak - anak hingga dewasa yang fasih berbahasa Arab. Mungkin mereka adalah keturunan campuran dari hasil perkawinan kontrak antara turis dengan wanita lokal karena kejadian ini sudah berlangsung bertahun - tahun lamanya.
Mungkin pemerintah lokalnya membiarkan hal ini berlangsung lamanya selama mereka tak melakukan tindakan kriminal. Bahkan mungkin mendukungnya demi pendapatan yang akan diterimanya dari turis Arab yang royal menghamburkan uangnya dengan menyewa hotel atau vila, berbelanja dan makan sehingga dapat membangkitkan perekonomian masyarakat setempat.
Walaupun hal ini menyimpang dari ajaran agama yang dipercayai tapi orang - orang jaman sekarang dapat menghalalkan segala cara demi mendapatkan keuntungan duniawi. Hal ini dimakluminya karena ia pun sebagai seorang pengusaha pasti akan mempertimbangkan untung ruginya walaupun hal ini bertentangan dengan prinsip moralnya.