Mu Chuqing tahu sangat jelas apa maksud dari Chang Chu. Ingin membuat aku merasa terpukul? Ingin aku menyaksikan bahwa pria yang dulu aku cintai akan menikah lagi? Dia mungkin mengira aku akan merasa sedih dan sakit hati, mengira aku tidak akan menerima undangan tersebut, batinnya.
Tetapi, Mu Chuqing mengetahui dengan jelas bahwa Chang Chu pasti lebih takut jika dirinya menerima undangan tersebut. Dulu wanita itu membuatnya sangat menderita, tetapi dia yang sekarang tidak akan membuatnya merasa puas. Lagi pula, yang datang sendiri padanya adalah wanita itu.
Dengan bibir tersenyum, Mu Chuqing berjalan memasuki restoran.
"Mengapa lama sekali?!" kata Su Nuan yang tampak tidak puas.
"Pakaianku tadi masih basah, jadi aku menunggunya kering," ucap Mu Chuqing. "Nuan Nuan, apakah kamu sudah kenyang?"
"Aku sudah kenyang dari tadi, kenyang karena jijik!" jawab Su Nuan.
"Ayo jalan!" Mu Chuqing pun memutar tubuhnya untuk mengambil tas.
Setelah Su Nuan mengiyakan ajakan temannya itu, dia bertanya, "Chuqing, tadi kamu datang naik apa?"
"Aku membawa mobil."
Tiba-tiba, Su Nuan mengedipkan matanya dan merangkul Mu Chuqing, lalu berkata, "Chuqing, bukankah tadi kamu minum alkohol, mengapa masih mengendarai mobil?"
"Tidak apa-apa, aku suruh…"
Kata-kata Mu Chuqing belum selesai diucapkan, namun Su Nuan langsung memotong perkataannya sambil mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya. "Mengendarai mobil setelah minum itu melanggar hukum. Kamu tunggu saja, aku akan menelepon senior An dan menyuruhnya menjemput kita."
Selesai berbicara, ponsel yang berada di telinga Su Nuan tersambung, kesempatan Mu Chuqing untuk mencegahnya pun tidak ada.
"Halo, apa ini senior An? Betul, aku adalah Su Nuan, tebak sekarang aku sedang bersama siapa?"
Su Nuan mengedipkan matanya kepada Mu Chuqing dan menarik tangannya untuk berjalan keluar.
Sementara itu, Sheng Yuchen sedang menikmati makan malam dengan Chang Chu. Dia selalu lembut saat di hadapan wanita itu. Di antara alisnya selalu ada lapisan temperamen yang tak dapat dikatakan, yang membuat orang terpesona.
Tangannya memegang sebuah gelas tinggi berisi anggur, beberapa kali dia menggoyangkannya dengan ringan, lalu meminumnya dengan kepala terangkat. Setelah gelas tersebut diturunkan, wajahnya terlihat dingin.
***
Suasana hati Gu Yian saat ini sangat bersemangat. Wajahnya yang lembut tersebut selalu terlihat berwibawa. Terlihat pula kehangatan di antara kedua alisnya dan juga kebahagiaan di wajahnya hingga dia membawa mobilnya dengan cepat seolah terbang.
Empat tahun sudah, wanita itu pergi tanpa berpamitan pada dirinya. Gu Yian saat itu mencari Mu Chuqing ke seluruh Kota Fu.
Mobil Maybach putih milik Gu Yian akhirnya tiba di Bai Xi House tidak sampai sepuluh menit. Tangan Mu Chuqing memegang segelas jus yang diberi paksa oleh Su Nuan, sesekali dia menyeruputnya.
"Chuqing, kebetulan besok ada reuni sekolah, ayo pergi bersama!" kata Su Nuan sambil bersandar pada tiang di pintu restoran.
"Reuni?" Mu Chuqing mengerutkan kening, sebenarnya dirinya tidak ingin pergi.
"Ehm, besok di Song Bird Entertainment Club."
"Oh ya, pantas saja kamu begitu memaksaku untuk kembali lebih cepat dua hari, kamu sudah merencanakannya ternyata."
"Hehe, kalau aku mengatakan yang sebenarnya apakah kamu mau kembali?" tanya Su Nuan.
"..."
Saat itu, sosok anggun perlahan datang ke arah mereka di antara keheningan. Mu Chuqing terpana untuk beberapa saat, dia menatap pria yang masih saja berwajah lembut terhadapnya.
Pria itu memandangnya dengan tersenyum. Mata gelapnya yang lembab bersinar dan menawan di bawah lampu neon di pintu restoran tampak sangat memukau.
"Chuqing…" Dengan perlahan Gu Yian membuka mulutnya untuk memanggil Mu Chuqing. Suaranya rendah, jernih dan lembab, terdapat pula sedikit kegembiraan tersembunyi di dalamnya.
Mu Chuqing tersenyum, lalu mengangguk pelan sambiil berdeham sebagai jawaban dari sapaan itu.
Mata hitam Gu Yian sedikit bercahaya, sementara kakinya yang jenjang tanpa disadari berjalan menuju Mu Chuqing. Dia mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan, tetapi akal sehatnya menyuruhnya untuk berhenti. Diam-diam dia menatapnya sebentar, lalu dengan hati-hati berkata, "Apakah boleh memelukmu?"