Malam harinya.
"Aku merindukanmu"
John berada di depan pintu saat Risa membuka pintu apartemennya, Risa sengaja berangkat dari apartemennya karena perlengkapan untuk pergi ke pesta ada di apartemennya.
Bibir Risa tersenyum, tanganya menyapa dada bidang John.
"terlalu banyak hal yang ingin aku ceritakan" Nanti Selama perjalanan Risa manfaatkan untuk berbagi keluh kesahnya bersama John, mungkin bisa dimulai dengan detak jantungnya yang terus berdebar sangat bersama Lian.
"kamu sangat cantik." ucap John saat dia melihat penampilan Risa.
Sapuan merah menghiasi pipi gembul Risa, dia tertunduk malu, gaun dark bluenya terlihat begitu terang begitu kontras dengan warna kulitnya yang sedikit pucat, john sendiri
mengenakan jas coklat dengan dasi kupu-kupu yang melekat pas dileher kemejanya.
"kamu juga tampan"
"kita berangkat sekarang?" john mengulurkan tangannya, menunggu Risa menggamit
lengannya.
"aku akan menjadi pria yang sangat beruntung membawa perempuan yang begitu cantik malam ini"
"semoga saja pacarmu tidak memarahiku" Risa tertawa ringan mengingat kekasih Johan yang berada di jepang.
"karena telah mengajak kekasih tampannya"
"tentu saja, tidak dia pasti memahami."
John menuntun Risa menuju mobil hitam miliknya, mengemudi perlahan membelai kota, dia sungguh tidak peduli jika akan datang terlambat.
beberapa menit kemudian ….
Ballroom Hotel disulap menjadi begitu megah, mata Risa terpana mengingat bagaimana
ballroom hotel ini sebelumnya, decakan kagum itu keluar tanpa henti dari mulutnya, warna pink pastel begitu mendominasi, wangi bunga aster semerbak mengisi udara dalam ballroom hotel.
"bosmu benar-benar punya selera yang bagus" John sama terpanahnya dengan suasana ballroom hotel yang lembut namun classy.
"ini pasti diatur oleh istrinya" Risa berbisik seolah mencibir, dia cukup tahu bagaimana kepribadian atasnya.
"kamu benar, mengingat Mina. begitu menyukai bunga aster, sudah pasti dia yang
mengkombinasi semua ini sehingga menjadi sesuatu yang mengagumkan."
"Ayo kita masuk kedalam." Risa menarik lengan John, berjalan dengan anggun ke hall di mana Tuan Lee an Mira berdiri menjadi sorotan utama dalam balutan merah muda yang begitu mengagumkan.
"selamat boss!" ucap Risa, sesaat tangan Risa berjabat dengan Tuan Lee sebelum akhirnya
memeluk Mira sebagai bentuk ucapan Selamat.
"Mina, kamu harus hati-hati pada si musang licik ini" Risa melirik kearah atasanya yang menepuk pelan bahu John.
"dilihat darimanapun, bosku itu terlihat begitu mesum"
"Risa, mau aku potong gaji bulan depan?" Tuan Lee memasang senyum penuh kemenangan.
"semoga cepat menyusul ke jenjang pernikahan" ucap Mina yang mengedipkan sebelah matanya, dia berbisik tepat ditelinga Risa.
"Hei-hei, wajahmu kenapa Risa?"
"sudahlah, jangan menggodanya terus." John menarik lengan Risa, menatap lembut mata yang meredup malu-malu.
"sebaiknya kita memberikan orang lain kesempatan untuk memberi selamat pada Tuan Lee"
Risa mengangguk setuju, masih banyak tamu undangan yang ingin memberi selamat pada Tuan Lee.
"John."
Keira melirik tidak percaya pada sosok dihadapannya, bagaimana bisa Johan terlihat begitu tampan dan maskulin disaat yang bersamaan? mungkin karena sahabatnya Risa satu ini jarang mengenakan pakaian formal, sehingga terlihat begitu istimewa.
"hai, Keira"
John menatap Keira sebelum akhirnya mengangkat tangannya untuk sekedar menyapa kekasih Keira yang berdiri di ujung sana.
"kamu dan Risa terlihat berbeda." ucap Keira, ucapnya membuat John dan Risa mengerutkan keningnya, tak mengerti
maksud dari ucapan Kiera.
"berbeda dalam arti penampilan." lanjut Keira diiringi tawa ringan.
"Hei, sepertinya Jung Lian memang datang bersama Jennie"
Keira melirik Lian yang baru saja tiba, Jennie terlihat begitu memikat dengan membungkus
ketat tubuhnya, gaun itu terlihat indah mempertontonkan setiap lekuk tubuh Jennie.
Para tamu mulai berbisik membicarakan kedatangan sang Jung, bukan hal yang aneh jika Jung Lian selalu menjadi pusat perhatian, mereka mulai berbisik tentang Jenny yang menawan begitu cocok disandingkan dengan Lian yang rupawan.
Johan menyadari raut wajah Risa yang mulai menekuk sejak kedatangan Jung Lian.
"Hei, mana boleh kamu bersedih di resepsi pernikahan orang lain." ucapan Johan, sebisa mungkin mengalihkan perhatian gadis itu.
"kamu bisa terlihat jelek seperti nenek sihir" lanjut johan.
Bibir Risa mengerucut tidak suka.
"nenek sihir?"
"Ya, nenek sihir yang penuh dengan keriput jika wajahnya terus mengerut seperti ini"
Johan mengerutkan dahinya dengan bola mata yang memutar mengejek Risa. Tawa tingan meluncur dari mulut Risa, ekspresi Johan terlihat menggemaskan.
"menurutmu apa yang lebih menyakitkan dari sekedar patah hati?" tanya Johan, tanganya menyelipkan surai Rambut Risa ke belakang telinga.
"Hm--"
Risa tampak berpikir serius, apa? Memangnya apa yang lebih menyakitkan dari patah hati?
Cinta bertepuk sebelah tangan? Tapi bukankah itu sama saja dengan patah hati?
"Tidak tahu"
"mengakhiri sebuah hubungan yang bahkan belum kita mulai"
Risa tertegun, dia meneguk saliva yang terasa begitu kering di tenggorokan.
"mencintai seseorang tanpa mengungkapkannya." lanjut Johan
"kamu dan Lian." johan mengusap lembut pipi Risa.
"jika kamu benar-benar menyukainya, pertahankan-lah, cinta yang sama tak-kan pernah menyapa untuk kedua kalinya" ucap John. Dia mengakhiri pembicaraan dengan ucapan yang begitu menampar.
"Kau pikir aku menyukai pria itu?"
John mengerutkan keningnya, dia sangat mengenal Risa. "Ucapanmu memang bisa berbohong tapi tatapanmu padanya tidak pernah bohong. Ada rasa yang sekeras mungkin kau tepis tapi, nyatanya kau malah menekan perasaan itu."
"Kau banyak bicara." Risa memutuskan mengakhiri pembicaraan itu, semakin dia tepis maka itu akan menjadi fakta yang tidak bisa dia sembunyikan.
Saat Risa masing memikirkan perkataan John yang terasa menampar pipi dan juga hatinya,
dari jarak yang tak jauh dari mereka. Datang sesosok pria tampan mendekati lebih dia lebih fokus kearah Risa.