Risa masih terdiam memeluk lututnya, setelah ciuman yang sangat menguras hati, Risa akhirnya harus pasrah berakhir di atas ranjang Lian.
"Ayolah, jangan memasang wajah seperti itu"
Ucapnya, Lian membuka Tuxedo yang dia kenakan, membukanya tanpa ragu-ragu, lalu Melepaskan satu persatu pakaian yang meletak di tubuhnya.
"Ka-kau mau apa?" tanya Risa, dia terkejut melihat Lian yang sudah bertelanjang dada hanya menyisakan celana pendeknya, dengan sigap menutupi tubuhnya dan menyilang kedua tangannya.
"Jangan melakukan hal yang aneh-aneh!"
Lian tertawa melihat wajah Risa yang begitu lucu dan bola mata Risa membulat sempurna membuat Lian gemas ingin menciumi wajah gadis itu lagi.
"aku mau mandi Risa, memangnya kamu tidak mau mandi sebelum tidur? dan apa maksudmu dengan hal aneh-aneh?"
Sebelah alis Lian terangkat, pria itu masih berdiri memamerkan otot-otot perutnya dan tubuhnya yang terbentuk sempurna, membuat tenggorokan Risa terasa begitu kering, Risa terus mengingatkan dirinya agar tidak menatap tubuh Lian, tapi apa daya matanya berkhianat tidak bisa lepas dari setiap lekuk tubuh Lian.
"kamu hampir saja meneteskan air liurmu, Nona Song!"
ucapnya, sudut bibir Lian terangkat, ada rasa senang tersendiri baginya menggoda Risa, terutama saat gadis itu tersipu malu.
"Dan kamu masih belum menjawab pertanyaanku"
Risa gelagapan bukan main saat Lian sudah ada di depannya, entah bagaimana caranya pria itu menaiki ranjang, yang pasti Lian kini tengah duduk menyila dan menatap Risa yang merunduk dalam-dalam.
Pertanyaan yang mana?
Rasanya terlalu banyak pertanyaan yang Lian lontarkan malam ini, pertama adalah pertanyaan saat mereka di sofa tadi hingga Risa yang mengharuskan dan merelakan nasibnya terkapar di atas ranjang Lian.
Apa yang membuatmu berubah?
Kenapa kamu terlihat menghindariku?
Apa aku seperti virus?
Saat Lian bertanya seperti itu, rasanya Risa ingin sekali berteriak di depan wajahnya tampannya.
'Aku tidak berubah, aku hanya tidak mau menelan rasa sakit sendiri ketika aku benar-benar tidak bisa meninggalkanmu dan Kevin, aku tidak menghindarimu, aku hanya menjaga kesehatan jantung dan hatiku, kamu memang virus sialan yang membuat degup jantungku
terus berdetak kencang dengan perasaan rasa tiada ampun.'
"aku serius Risa" ucap pria itu, Lian mengangkat dagu Risa, membuatnya menatap dirinya.
"Be Mine, okey?"
Bukannya Risa tidak mau menjadi milik Lian, sejak tadi hatinya terus berteriak ' i'm yours ' tapi ada hal yang harus diutamakan sebelum perasaan, Logikakah? Logika masih tidak mampu mencerna perasaan sendiri.
"jangan terlalu banyak berpikir"
Lian mengecup pelan kening Risa, lalu pindah mengecup pelan kelopak mata Risa hingga berakhir di bibir peach Risa yang sejak tadi menutup rapat.
"aku tahu ini mengejutkanmu, aku tidak tahu apa perasaanku padamu cukup untuk dikatakan cinta, yang pasti aku tidak suka kamu berdekatan dengan pria lain."
Tangan besar Lian sudah memegang erat tangan Risa mencoba menyakinkan gadis didepannya.
"aku tidak akan menjanjikan banyak hal, tapi aku bisa menjanjikan satu hal, selama kamu menjadi milikku, sudah kupastikan jika hatiku seutuhnya akan menjadi milikmu"
[End off flashback]
Risa mengambil es krim dari tangan Lian, matanya masih memperhatikan kereta mini yang berjalan yang sedang di naiki Kevin.
"kenapa melamun?"
perasaan Risa atau memang hari ini Lian menjadi lebih banyak bicara, Mata Risa menatap lekat es krim yang ada di digenggamannya dia masih ingat dengan jelas insiden beberapa bulan lalu, es krim, Kevin, alergi, dan kemarahan Lian.
"jangan melamun terus Risa."
Lian mengambil alih es krim yang sudah mencair membasahi jemari Risa, tanpa diduga Lian menjilati jemari Risa yang terkena lelehan es krim.
"sudah bersih"
Lian menyeringai puas melihat Risa yang membulatkan mulutnya tidak percaya melihat Lian yang menjilati jarinya seperti permen lolipop.
"Kamu!" Risa menggeram kesal sangat malu dengan apa yang dilakukan Lian, "pria mesum!"
"dan kamu menyukai pria menyukai pria mesum ini" bisik Lian tetap di telinga Risa dan dia masih sempat menggigit pipi Risa sebelum berlari pergi meninggalkan Risa dengan wajah nyaris seperti peach.
"Lian! Kau menyebalkan!"
rencana awal risa ingin menghabiskan waktu bersama Kevin di taman bermain tapi karena Lian semua rencananya menjadi hancur.
"kevin mau naik itu!"
jemari Kevin menunjuk bianglala yang tengah berputar, safirnya menatap penuh antusias, biasanya anak seumuran Kevin lebih suka menaiki komedi putar, tapi sejak tadi Kevin bahkan belum menaiki wahana itu.
"Apa Kevin tidak takut?" tanya Risa ragu, takut-takut nantinya Kevin akan menangis saat bianglala yang dinaiki berada di puncak ketinggian.
"lihat, nanti kita akan berputar ke atas, apa Kevin berani?" Yang tidak diduga Risa adalah putra Jung Lian ini malah mengangguk yakin.
"Kevin tidak takut, kalau Kevin takut tinggal memeluk Ibu, kevin janji tidak akan menangis"
Apa boleh buat, sepertinya Kevin sangat ingin menaiki bianglala itu, tapi dimana Jung Lian sekarang? pria itu menghilang sejak 15 menit lalu.
"Risa"