Bukan menemukan Lian pria menyebalkan itu, Risa malah menemukan pria yang membuatnya tidak nyaman. dirinya tidak ingin bertemu lagi dengan Justin dengan keadaan seperti ini, sungguh sangat membingungkan untuk membuat alasan lain dan cerita lainnya.
Dan apa yang sedang Justin lakukan disini?
inikah taman hiburan?
"Hi, Justin" tangan Risa menggenggam erat jemari Kevin.
menarik anak itu untuk berdiri sedikit dibelakang tubuhnya.
"apa yang kamu lakukan disini?"
dari tatapan matanya justin melirik anak kecil di samping Risa, rasanya benar-benar mirip seseorang yang dia kenali, dan hal itu membuatnya menatap anak kecil itu tidak percaya.
"bermain, apalagi jika bukan untuk menaiki beberapa wahana." jawab Risa santai, dia menuntun Kevin berjalan menuju ke tempat antrian untuk menaiki bianglala.
yang Kevin inginkan, dia juga ingin segera mengakhiri percakapannya dengan Justin.
"kamu sendiri? disini? di hari minggu?"
tanya Risa, dia tentu saja penasaran, Risa hanya takut jika diam-diam Justin memata-matainya. dia tidak pernah lupa dwngan ucapan pria itu saat pernikahan bosnya.
"apakah itu tidak boleh? apakah menjadi masalah jika aku sendirian disini?" alis Justin terangkat.
"dan apakah salah jika aku juga suka taman bermain?"
Mata Risa menatap curiga pada Justin, ini lucu! Bagaimana bisa seseorang Justin suka taman bermain dan berkeliaran disini sendiri tanpa teman?
Lelucon yang aneh.
"baiklah, semoga kamu bisa menikmati harimu."
Risa menyunggingkan senyumannya, sungguh Risa tidak mau terlibat lebih jauh dengan Justin, entah dorongan dari mana Risa ingin mencoba menuruti permintaan Lian semalam.
'Menjauhi pria lain'
"boleh aku bergabung denganmu?"
tanya Justin, dia belum mengetahui apakah anak kecil itu memiliki hubungan dengan Risa, dirinya tidak bodoh. dia paham dengan kedekatan keduannya. terlihat jelas jika anak kecil itu begitu takut Risa bersama yang lain.
Kevin dan Risa menghentikan langkahnya, dia terlihat sedikit bingung dengan Justin. dia tahu jika percakapan ini tidak mudah di akhiri.
"paman ingin ikut dengan kami? Tapi ayah bisa marah jika melihat Ibu dengan paman"
ucap Kevin dengan polosnya.
Oh Tuhan, dimana Kevin belajar berkata seperti itu?
Darah Jung Lian sepertinya memang sangat kental, Kevin sama seperti ayahnya yang tidak mau diganggu.
"Ayah? Ibu?"
Justin menatap penuh tanya pada Risa yang sejak tadi menarik nafas resah, "dan siapa namamu, Boy?"
"Jung Kevin, paman bisa memanggilku Kevin."
"Jung?"
tatapan tanya yang dilayangkan Justin semakin menyudutkan Risa. Pantas saja anak ini terlihat
tidak begitu asing ternyata copy paste dari Jung Lian.
"ada hubungan apa kamu dengan Jung Lian? Bukankah semalam kamu bilang tidak punya kekasih?"
Sejak awal Risa memang tidak menyukai sikap Justin, pria di depannya terlalu memaksa hampir sama dengan pria itu yang sekarang entah kemana perginya dan membuat Risa kebingungan mencarinya.
"aku bilang tidak memiliki kekasih, bukan tidak memiliki tunangan."
Jika cara ini bisa membuat Justin menjauh darinya, Risa akan dengan senang hati mengaku sebagai tunangan Lian.
walau terlalu memaksa mengunakan alasan itu.
"kenapa tidak ada cincin yang melingkari diari manismu?"
"karena aku tidak suka memakai cincin"
"selama ikatan kalian belum sampai tahap pernikahan, kurasa aku masih punya peluang"
dengan santai Justin mengikuti Risa dan Kevin masuk kedalam bianglala.
Apa pria ini bodoh? Padahal Risa sudah jelas-jelas memberi lampu merah agar Justin tidak mendekatinya.
"kenapa paman ini ikut?"
Kevin menyilang kedua tangannya di depan dadanya, perasaan tidak sukanya terhadap Justin semakin membuncah.
"biarkan saja, yang pentingnya yang penting Kevin bersama Ibu"
'Kemana Ayah sialan itu?'
"kita bisa melihat semuanya dari sini, lihat itu tempat kita membeli ice cream"
Kevin terus berseru penuh kegembiraan, Justin sendiri masih sibuk melirik setiap gurat wajah Risa.
Dia sangat penasaran dengan hubungan Risa dan Lian, ayah? Ibu? benarkah mereka berdua mempunyai hubungan spesial ternyata?
"sejak kapan kamu bertunangan dengan Lian?"
"Hah?" Risa hampir saja tersedak ludahnya sendiri.
"kamu dengan Lian, sejak kapan?" ulang Justin.
"satu bulan lalu" ucap Risa dengan singkat.
'tuhan tolong, siapapun bisakah bawa Justin sekarang juga.'
"masih belum lama" gumam Justin.
"lihat pria yang melamarmu sedang bersama wanita lain"
Justin menunjuk ke arah penjual permen kapas, Lian tengah dedek di dekat sana menikmati permen kapas bersama Jennie.
"kurasa dia wanita yang selalu diberitakan mempunyai hubungan spesial dengan Lian, dibandingkan dirimu, kurasa akan lebih masuk akal jika wanita itulah yang lebih pantas menjadi tunangannya"
"mereka hanya teman dekat"
Justin hanya menganggukkan kepalanya.
"karena mereka teman dekat kemungkinan untuk
hidup bersama selamanya, dibandingkan dengan orang asing"
Orang asing?
Hati Risa terkejut seketika, dia memang orang asing. Tidak perlu memperjelas segalanya, Risa sudah menyadari posisinya berada dimana dia melakukan ini semua pum
hanya ingin menjauhkan Justin.
"Ibu" Kevin mengusap pelan wajah Risa yang menekuk.
"setelah ini kita pulang, Ibu pasti lelah"
Risa lupa jika dia sedang bersama Kevin, seharusnya dia bisa mengontrol ucapannya, dia seharusnya tidak membahas hal seperti ini di depan Kevin, ini semua karena Justin.
"baiklah kita pulang" Risa menyetujui permintaan Kevin.