Chereads / Second My Wife / Chapter 16 - Bab 16 - Untouchable

Chapter 16 - Bab 16 - Untouchable

Last Bab! Pindah Lapak.

Risa mengantar Kevin ke toilet karena pria kecil itu sangat ingin buang air kecil sejak turun dari bianglala, Risa sudah memperingati Justin agar berhenti mengikutinya, jika tidak ingin dirinya memberitahu Sean dan Risa tidak tahu apa yang akan terjadi jika Justin tetap ingin bersama.

"Ayo, Ayah sudah menunggu kita bukan?" tanya Kevin, dengan santai mendekati sang Ibu dibangku taman.

Risa berdiri sejajar dengan Kevin, gadis itu membersihkan tangan Kevin dengan tisu basah, lalu mengajaknya meninggalkan tempat dan kembali dimana Sean mengatakan untuk bertemu. 

"bagaimana jika minggu depan kita ke-planetarium? Kevin pernah kesana bukan?" tanya Risa dalam perjalanan mereka, Risa tidak tahu. Rasanya dia seperti benar-benar seorang Ibu yang memiliki satu putra.

Kevin mengangguk. "Ya! Tentu kita harus kesana, Kevin ingin melihat bintang." serunya, wajah gembiranya kembali menghias setelah menjauh dari pria bersama Justin.

"Ayah kemana? Bukankah kita harusnya bertemu disini?" Tanya Kevin, setelah sampai dia tidak menemukan sosok sang ayah disana, bahkan tempat itu begitu sepi.

'ditelan lumpur hidup' gumam Risa dalam hatinya,

Pria itu yang membuat perjanjian, tapi dia juga yang datang terlambat. Sesenang itu-kan bersama gadis itu?

"bersama dengan tante Mira, " jawab Risa, rasanya Risa ingin menjambak rambut Sean. Jika sejak awal pria itu hanya ingin berdua dengan gadis itu kenapa harus memaksa ikut bersamanya?

'Bukankah itu menyakiti perasaanku Sean? Aku benci dengan semua peraturan kamu ketika melarangku! Tapi lihat dirimu? kau bahkan bebas dekat dengan wanita lain!'

"Ayah!!" seru Kevin saat melihat Sean dan Mira berjalan ke arah mereka dengan wajah bahagianya. Dengan sengaja Mira merangkul lengan Sean dan tersenyum bahagia kearah Risa.

"Hai, Boy." Panggil Sean, Pria itu mengacak surai Kevin. Menerima pelukan yang anak kecil itu lakukan.

Mira menatap Risa penuh kemenangan, perempuan itu merangkul erat sebelah tangan Sean belum lagi jemari mereka saling bertautan, terlihat seperti sepasang kekasih dan  ada perasaan tidak nyaman melihat bagaimana jemari mereka saling bertautan erat dalam hati Risa.

"aku ingin membeli minum" ucap Risa. Melepaskan genggamannya dan membiarkan Kevin mendekati ayahnya. Kakinya mulai mendekati mesim yang menyediakan minuman kaleng.

"Kevin bersama Ayah, okey?" ucap Sean, dia melepaskan tangannya dan menjauhi dari Mira.

"Ya" ucap Kevin, dia menerima rangkulan ayahnya untuk duduk di dalam pelukannya.

Mira menjauhi kedua orang itu, dengan sedikit merasa kasihan dia memutuskan untuk mengikuti kemana Risa pergi. 

"menikmatinya?" tanya Mira, tetap saat dia berdiri di samping wanita itu, melipat kedua tangan di dadanya dan bersikap angkuh.

"Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan." jawab Risa, suara begitu gemetar. Dia tahu apa yang Mira maksud, hanya saja berusaha untuk mengabaikannya. 

"menjadi bayang-bayang Lisa." Ucap Mira, singkat namun begitu menyakitkan untuk Risa.

Siapapun tidak akan pernah nyaman dibanding-bandingkan dengan orang lain, termasuk Risa, jika bukan karena paksaan dia juga tidak ingin berada disini, hidupnya lebih indah dan tenang sebelum bertemu dengan Sean.

"menurutmu apa aku melakukan hal seperti itu? Bayang-bayang Lisa? Aku rasa tidak." Risa mengambil minumannya yang keluar dari mesin, dia masih tidak ingin berhadapan dengan Mira apalagi menatapnya.

"Ya memang kau tidak merasakan hal itu, tapi Sean—dia menganggapmu bayang-bayang Lisa." Ucapnya, Mira kembali melipat kedua tanganya didepan dadanya. 

"Sejak awal kamu hanya orang asing yang berusaha mengganggu  di antara kehidupan kami, terutama hubunganku dengan Sean!"

Kami? maksudmu Mira, Sean, dan Kevin? 

Risa meringis pelan sampai tidak sadar menggigit bibir bawahnya, setelah mendengarkan ucapan Justin! Kenapa Mira juga mengatakan hal seperti itu. Terasa aneh jika itu suatu hal yang begitu kebetulan, apakah keduanya saling merencanakan suatu?

"aku rasa jika wajahmu tidak mirip dengan Lisa, Sean tidak akan pernah mau dekat denganmu apalagi membiarkanmu tinggal bersama dan kamu tidak akan pernah tinggal bersama mereka." lanjut Mira, dirinya merasa tidak akan cukup jika belum membuat Risa menyerah.

"Cukup!!" Risa menghentikan langkahnya. Saat akan meninggalkan tempat dan kembali pada Kevin, tangan sudah mengepal dengan kesal dan ingin sekali menampar gadis itu.

"berhenti mengurusi hidupku dan berhenti membandingkan diriku, aku dan Lisa, Kita berbeda. jika kamu menyukai Sean silahkan urus perasaan kalian masing-masing tanpa harus melibatkan ku." Ucap Risa lagi, dia akan lebih tegas lagi jika Mira terus membuatnya kesal. 

Risa kembali melangkahkan kakinya, beradu argumen dengannya hanya akan membuat hati sakit, belum lagi Mira begitu angkuh hanya karena Sean lebih memilih bersamanya, lihatlah siapa yang akan mengemis padanya untuk tidak membiarkan Sean dekat dengannya.

Sean dan Kevin langsung minum apa Ria bawa untuk mereka, mereka dia tahu butuh hati yang kuat untuk membuat minuman itu tetap utuh.

"Aku rasa waktu kita kembali, Kevin masih harus menyelesaikan tugas sekolah dan aku masih harus membuat laporan untuk tender minggu ini." ucap Risa, dia berbohong soal Kevin dan pekerjaan, dia hanya muak berlama-lama dengan Mira.

"Baiklah, Ayo kita pulang." ucap Sean, dia menggenggam tangan Kevin dan juga tangan Risa saat Mira kembali dengan barang yang dia beli. 

Dan hal itu mengundang tatapan tidak suka dari Mira saat mereka akan menuju tempat Sean memarkirkan mobilnya. 

"bagaimana hari ini?" tanya Sean, Pria itu masih sibuk dengan setir kemudi di hadapannya, kini mereka dalam perjalanan pulang setelah mengantar Mira sampai rumahnya! Ingat rumahnya dan mampir di restoran cepat saji untuk mengganti makan siang mereka. 

"Menyenangkan, Kevin sangat senang naik wahana." ucap Kevin sambil memakan keripik kentangnya yang tadi mereka bawa sebagai makan ringan.

"Ta—tapi Ibu bersedih, aku bertemu paman berambut Silver dan kami menaiki bianglala bersama, lalu paman itu mengucapkan sesuatu pada Ibu, aku tidak mengerti apa yang diucapkannya tapi dia membuat Ibu sedih setelahnya." lanjut Kevin, dia masih mengingat reaksi Ibu kala itu, dan membuatnya ingin memukul pria itu karena melukai hati ibunya.

"Kevin, minumlah." Risa menatap Kevin agar dia menghentikan ucapannya, Risa menyodorkan air mineral padanya, berusaha membuat pria kecil itu melanjutkan ucapannya.

karena Risa yakin itu akan mengundang pertanyaan pada Sean, dan Risa tidak ingin membahas apapun, hari ini dia begitu lelah dan sangat merindukan kamarnya.

"ingat sesampainya dirumah Kevin, harus langsung pergi mandi dan langsung tidur!" lanjut Risa, masih berusaha untuk mengabaikan tatapan Sean.

Sean menatap begitu serius pada Risa yang terus mengalihkan pembicaraan, paman? Siapa? Setelah ini Sean harus bicara dengan Risa, lebih serius lagi, mengingatkan siapa miliknya.

Sesampainya dirumah Risa langsung menarik Kevin ke kamarnya, membantu pria kecil itu mandi dan memeriksa tugasnya. Menghindari saat Sean berusaha mengajaknya berbicara walau Risa terus berpapasan dengannya.

sampai akhirnya Risa tidak bisa mengelak saat Sean menunggunya di depan kamar Kevin, padahal Risa sudah berjam-jam berada di dalam kamar Kevin.

"Kevin sudah tidur," ucapnya, dia tidak menoleh. Masih menghadap ke arah pintu Kevin, Risa juga sudah membersihkan dirinya setelah menidurkan Kevin di kamarnya, dan Sean masih setia berdiri di ujung pintu kamarnya, ada yang ingin dia tanyakan.

"mau kemana?" tanya Sean, dia memperhatikan pakaian Risa, jika ingin tidur kenapa dia memakai pakaian rapi, Risa jelas bukan ingin pergi tidur dengan celana jeans dan kaos yang melekat di tubuhnya.

"aku ingin pulang ke apartemenku." ucap Risa, ya itu rencana dadakan yang dia pikirkan setelah mereka kembali, jujur Risa begitu lelah dan ingin menjauh dari Sean untuk beberapa waktu.

Sean tidak percaya dengan apa yang Risa katakan, kenapa saat dirinya memiliki waktu luang untuk berbicara dengannya selalu saja Risa yang ingin menjauh. 

"ini sudah malam, kau yakin?" tanya Sean, dia masih berbicara dengan santai, dia tidak ingin menyakiti Risa. Sebisa mungkin memahaminya.

"masih banyak taksi dan bus, biarkan aku pergi Sean." ucap Risa, dia mencoba melangkah. tapi tubuh Sean menjulang tinggi di hadapannya.

"menginap disini dan besok pagi aku akan mengantarmu."

"aku ingin sekarang pulang!" balas Risa, walau rasanya dia ingin terus pergi tapi menyenangkan rasanya saat Sean berusaha menahan dirinya.

"siapa pria itu?" ucapnya, suara Sean meninggikan sedikit, ada amarah yang terselip saat Risa terus menerus menyela ucapanya dan berusaha untuk menjauh darinya lagi.

"bukan urusanmu."

Risa menuruti anak tangga setelah berhasil melewati Sean, dia masih kesal dan sekarang tidak ingin berdebat apapun dengan Sean.

"Risa!" Sean benar-benar meninggikan suaranya hingga bergema di seluruh ruangan, jika seperti ini pria arrogant itu sudah dalam zona amarah tingkat atas, itu berarti Sean benar-benar tidak main-main.

Tubuh Risa langsung membeku di beberapa anak tangga, degup jantungnya berpacu lebih cepat hanya dengan suara Sean yang terdengar seperti sedang  membentaknya.

dengan langkah cepat Sean mendekati Risa yang tidak jauh darinya. "bukankah sudah aku bilang padamu untuk menjauhi pria lain?"

Dan saat itu juga Sean menarik Risa agar berbalik ke arahnya dan membuatnya menatap ke arahnya 

"aku sudah memperingatimu Risa, kenapa kau mengabaikan ucapanku?" lanjut Sean, dia memang tegas dalam berbicara tapi sebisa mungkin tidak meninggikan suaranya lagi.

"aku menjanjikan ham itu padamu dan Sean kau tidak seharusnya melarangku!" ucap Risa, sakit dan lelah. Semua orang terus menyakiti hati tanpa mereka pikirkan jika hatinya begitu rapuh, Apa yang salah darinya?

begitu mudah mereka menyakiti dirinya dengan kalimat itu!

bahkan Risa saja tidak pernah ingin bertanya apa yang Mira lakukan di taman bermain tadi bersamanya, tapi kenapa Sean harus bertanya siapa pria yang bersamanya tadi. Jika dia saja bisa bebas pergi dengan siapapun, itu tidak adil!

"Risa, aku sedang tidak bermain-main, siapa pria itu?" 

"dan aku juga tidak sedang bermain denganmu Tuan Grew!" 

Risa memutar bola matanya bosan, mencoba melepaskan tangan Sean yang terus menahan dirinya.

Sean menghela nafas, dia memang tidak pernah tahu bagaimana cara menghadapi perempuan yang usianya enam tahun lebih muda darinya, dia tidak pernah tahu jika Risa memiliki emosi yang meletup-letup. Dan tidak mudah membuatnya menceritakan apa yang terjadi, dia begitu tertutup tapi begitu pemarah.

"Risa, aku hanya bertanya kenapa kamu begitu marah, apakah aku melakukan kesalahan?" Tanya Sean merendahkan suaranya lagi menekan sedikit demi sedikit emosi yang meluap di hati gadis itu, melakukan pendekatan secara dingin adalah hal yang sejak awal Ingin Sean lakukan.

"Henti!!" sentak Risa saat tangan Sean mencoba merangkulnya, membawanya ke dalam pelukannya.

"Risa—,"

"kamu menyebalkan, kamu Pria Tua menyebalkan yang bersikap sesuka hatimu, kamu menyuruhku ini dan itu semaumu, menurutmu siapa dirimu? Aku bahkan tidak tahu hubungan apa ini!" Risa tidak tahan lagi, sudah cukup dia ingin semua ini berakhir dengan tenang. 

Tapi malah membuatnya ingin menangis sekeras mungkin, melampiaskan semuanya!

"sejak awal aku hanya orang asing untukmu." lanjut Risa dengan suara yang begitu menyedihkan, matanya tidak mampu menahan kesedihan lagi saat air matanya lolos membasahi pipinya.

"bersikaplah seperti orang asing, jangan mengurusi hidupku dan aku tidak akan pernah mengurusi hidupmu, aku hanya perlu menjadi Ibu Kevin, bukan berarti aku harus menjadi bayang-bayang istrimu."

Risa semakin terisak, dia memeluk dada Sean berulang kali dan terus berulang, dia tidak ingin menjadi siapapun. Tapi semua orang terus membandingkan dirinya dan kini rasanya sudah tidak ada lagi hal yang ingin dia dengar, Risa hanya lelah dan tidak bisakah dia menangis dalam kesunyian kamarnya. 

kenapa harus terus pria itu? 

Dan Sean hanya bisa memeluk erat tubuh gadis itu, membiarkan apa yang dia lakukan sebagai pelampiasan kekesalannya, jika dengan cara ini bisa membuat kembali menjadi Risa sebelumnya tak masalah jika kaosnya harus basah. Setelah ini Sean pastikan tidak ada hal lain yang membuatnya bersedih dan marah.

Note !

Hai Ini Update terakhir, sebelumnya makasih yang sudah mampir dan membaca cerita aku, aku enggak tahu bakal banyak yang baca, mau ucapan maaf karena cerita tidak bisa dilanjutkan sama seperti cerita lainnya, karena alasan pindah lapak.

aku dapat kontrak cerita ini di apk Lain, jadi jika lain ingin lanjut membacanya cerita ini tersedia di GoodNovel dengan Judul "My Husband [Un] Perfect."

ya Cast pemainnya ada sedikut perubahan nama, oke terimakasih. dan sampai jumpa.