Suasana semakin ramai dengan berbagai kalangan muali menghadari resepsi pernikahan atasannya, hal yang wajar terjadi karena perusahaan menjalin banyak kerja sama dengan perusahaan lain.
Hingga tatapan Risa menyempit saat seseorang menghampiri dirinya, dia mengenal sosok itu. Dan semakin jelas ketika pria itu menyapanya.
"Risa" panggilnya.
"Justin??" panggil, Risa terkejut dengan sosok itu, dia melangkah mendekati pria tersebut, dengan wajah terkejutnya.
Alis john menaik keatas ketika Risa memanggil Justin dalam balutan rasa keterkejutan. Padahal tadi wajahnya begitu sedih dengan kedatangan Lian bersama wanita lain.
"Senang bisa bertemu denganmu disini Risa."
Justin menunjukan senyuman terbaiknya, dalam balutan jas hitam, Justin terlihat begitu tampan.
Risa ingat betul jika Justin adalah salah satu klien Tuan Lee, pertemuan pertamanya denganJustin saat itu di kuil Shinto, Tokyo.
"Kupikir kamu tidak akan datang?" ucap Risa mengingat Justin sudah dua bulan menetap di London. Dia pikir pria itu tidak akan kembali.
"Apa kamu berharap begitu?" Justin tertawa ringan, sudut-sudut bibirnya masih terangkat.
Risa menggeleng ringan, dia juga ikut tersenyum.
"Hanya tidak menduga saja kamu akan datang, aku pikir kamu tidak akan kembali setelah tinggal di London."
Saat musik waltz terputarkan dilantai dansa Justin mengulurkan tangannya, john menaikan alisnya lagi dengan tidak suka, kenapa harus Justin yang mengajaknya berdansa terlebih dulu.
Padahal dirinya yang diajak Risa mendapati acara ini.
"Apa kamu keberatan?" tanya Justin, pria itu menatap Risa yang menggigit bibirnya ragu.
Dari sudut matanya Risa menatap john yang tengah mendengus kesal, sebenarnya tidak ada masalah berdansa dengan Justin tapi jika tidak minta izin john rasanya sedikit aneh.
John mengangkat kedua bahunya sebagai isyarat jika dia menyerahkan keputusannya pada Risa, john tidak ada dalam wewenang untuk melarang Risa.
"Ak-aku--,"
belum sempat Risa menolak, Justin sudah menarik tangan Risa membawanya ke lantai dansa, melingkarkan tangannya dipinggang Risa dengan mudahnya.
"Beri aku lima menit." ucap Justin, lima menit bukan waktu yang lama, Rusa akhirnya menghela nafas pasrah membiarkan tubuhnya dituntun oleh Justin.
Justin selalu tersenyum, dia merasa bangga bisa berkesempatan berdua dengan Risa, karena selama menjadi rekan kerja. Risa begitu tertutup dan menjaga jarak dengannya.
Tapi? Malam ini dia bisa melihat dengan gaun cantiknya dan menari dibawah indah lantunan musik.
"kamu sangat mempesona dengan gaun ini" bisik Justin, dia sengaja melakukan hal itu untuk membuat Risa terkejut.
Lagi-lagi Risa hanya tersenyum kikuk, sebenarnya gaun yang dia kenakan adalah gaun pemberian john sebagai hadiah ulang tahunnya tahun lalu, gaun sequin berwarna dark blue dari rumah mode Givenchy, tidak terlalu mencolok dengan aksesoris berlebihan gaun dengan sepuluh centi dibawah lutut.
Gaun ini hampir mengekspos seluruh punggung Risa, karena dari itu juga Risa sengaja menggerai rambutnya, dan jangan lupakan bagian depan gaun yang terbelah di antara kaki hingga lima belas senti diatas lutut pembuat riasan terlihat semakin sexy.
"Apa kamu merasa tidak nyaman berdansa denganku?" tanya Justin, sejak tadi dirinya terus memperhatikan Risa menggigit bibirnya dengan pandangan cemas, dan Risa memilih menundukan agar menghindari tatapan Justin.
tapi pria itu malah memegang dagu
Risa mengangkatnya, hingga mata Risa menatap tepat padanya, padahal dia begitu gelisah dengan hal yang pria itu lakukan.
Sejujurnya Risa tampak gugup karena sejak tadi Lian menatapnya, pria itu menatapnya dengan segelas wine di tangannya, Risa hanya merasa seperti sedang diawasi, dia dibuat takut melakukan kesalahan karena tatapan Lian terlihat begitu datar tanpa ada emosi yang tersirat diwajahnya.
Mata hitam hanya tertuju pada dirinya.
"rileks"
Justin mengecup pipi Risa menbuat Risa berjengit terkejut.
"aku rasa kamu terlalu tegang."
Rasa tidak nyaman lagi, kini menggelayuti hati Risa, ekor matanya kembali menatap Lian, Wine di gelasnya sudah tandas, dan Risa hanya bisa menatap keheranan.
Bukankah tadi pria itu datang bersama Jennie? Lalu kenapa sejak tadi Lian berdiri sendiri disana, rasa penasaran kini menguasainya.
Apa terjadi sesuatu dengan Jennie? Atau dia sedang pergi ke toilet.
"mau pulang bersamaku?" lagi-lagi Justin yang memulai pembicaraan.
Membuat Risa harus menatap kearahnya dan menanggapi ucaspannya.
"aku pulang bersama John?"
"pacarmu?"
"Ah! tidak" Risa menggeleng pelan saat kakinya bergeser kekiri untuk mengimbangi gerakan Justin, kenapa waktu lima menit terasa begitu lama?
"Dia sahabatku" lanjut Risa, dia memperjelas yang jadi tanda tanya bagi Justin.
Ada guratan bahagia di wajah Justin saat Risa memperjelas hubungannya dengan john.
Tapi Justin tidak mau berpuas diri, jika john bukan kekasihnya Risa mungkin ada pria lain yang menjadi kekasih Risa
"apa kamu sudah mempunyai kekasih?"
Kaki Risa berhenti mengikuti gerak dansa, dia sudah tidak ingin lagi menatao kearah Lian, rasanya akan ada masaalah besar jika dia membiarkan Justin berada didekatnya.
"Tidak"
"kurasa aku harus kembali pada john, lima menit sudah berlalu, Justin." lanjut Risa.
Justin mengangguk menyetujui meski ada perasaan tidak rela saat harus melepaskan
genggamannya pada tangan Risa.
"Dan kurasa lebih dari lima menit juga berlalu"
John melirik jam tangan rolex yang melingkar di tangannya saat Justin dan Risa menghampirinya.
"sampai berjumpa lagi nanti Risa." Justin tidak menghiraukan ucapan john dan lebih memilih menatap kearah Risa, pria itu tersenyum sebelum memberikan kecupan di punggung tangan Risa lalu pergi begitu saja.
"Pria itu menyukaimu" tandas john sejak tadi dia memperhatikan ketertarikan pada sahabatnya.
"Tidak mungkin terjadi." Risa menggeleng, dia tidak yakin jika Justin menyukainya, karena mereka hanya sebatas rekan bukan teman atau memiliki kisah lain setelah lama berpisah.
"Dia hanya klienku dulu, hanya sebatas itu. Selebihnya tidak ada hal menarik lainnya." ucapnya, Risa menepis dan menanggap jika itu hal biasa.
"Apa arti mencium pipi?" sebelas alis john terangkat.
"jangan lupakan ciuman di punggung tanganmu, apakah itu hal biasa?"
Risa tidak tahu harus menjawab apa, dia tidak cukup nyaman dengan perlakuan Justin, karena itu begitu tiba-tiba untuk orang asing yang hanya bertemu beberapa kali, Justin bilang itu sebagai bentuk pujian untuk kecantikan Risa malam ini, tapi haruskah mencium pipinya.
"Itu bisa dikatakan dia menyukai atau dia tertarik padamu." lanjut John, dia seorang pria, dia memahami setiap sorotan mata Justin dan tingkahnya.
"Entahlah, aku tidak mau mikirkan itu." ucapnya, Risa merasa kegelisahan itu semakin besar dan membuatnya cemas.
Belum lagi Lian, entah kenapa Risa memikirkan pria itu sekarang, apa Lian melihat Justin mencium pipinya?
bagaimana perasaannya setelah melihat itu?
Sebersit ada perasaan takut dihatinya, Risa juga jika takut Lian salah paham.
tapi salah paham atas dasar apa?
Mereka tidak memiliki hubungan yang melebihi untuk saling salahpaham, jadi untuk apa Risa khawatir berlebihan.
Apakah karena hatinya begitu berharap Lian cemburu?