Chereads / Second My Wife / Chapter 9 - Bab 9 - Could Not Help!

Chapter 9 - Bab 9 - Could Not Help!

Mulai saat itu dia harus menjaga hatinya agar tak jatuh pada Lian, meski getaran itu sudah menyapa dia harus menyingkirkannya.

Langit malam begitu pekat, angin berhembus begitu dingin sehingga membuat Risa menggigil, dia pulang kerumah Lian, awalnya dia akan pulang apartemennya tapi mengingat Kevin, Risa jadi mengurungkan niatnya.

Risa meletakkan sepatunya di rak sepatu, beberapa lampu sudah dimatikan, hanya ada beberapa lampu temaram yang menyala, sepertinya penghuni rumah sudah terlelap mengingat ini sudah pukul sebelas malam.

Risa menarik nafas dalam-dalam, sebelum melangkahkan kakinya ke arah dapur untuk mengambil segelas air.

"kemana saja kamu?"

Risa tersentak terkejut nyaris menjerit, Lian berdiri di ujung dapur dengan tangan yang dilipat di depan dadanya.

"pergi bersama temanku"

"sampai selarut ini? kemana?"

Risa mengambil gelas dan mengisinya dengan air dingin, dia melirik Lian dari sudut matanya, pria itu mengenakan piyama tidur berwarna abu-abu, sejak kapan Lian suka memakai piyama?

Risa menggelengkan kepalanya, kenapa harus pertanyaan seperti itu yang muncul.

"kurasa aku tidak mempunyai kewajiban untuk menjelaskan kemana aku pergi dan dengan siapa"

Risa menyimpan gelas yang dia pakai, berpikir bagaimana cara melewati Lian.

Lian menyerah, sepertinya Risa sedalam suasana yang buruk terlihat dari wajahnya yang sejak tadi ditekuk, bahkan gadis itu menarik nafas dalam berkali-kali. "besok kuharap kamu mau menjadi partnerku pergi ke resepsi pernikahan Tuan Lee"

Risa hanya terdiam, ada raut ketidakpercayaan di wajahnya. Risa juga tidak menduga jika Lian sendiri yang akan mengajaknya menghadiri resepsi bersama.

"aku sudah janji akan pergi dengan temanku"

"baiklah, pergilah tidur"

Lian meninggalkan Risa dalam diam tidak mau melanjutkan ajakannya atau sekedar bertanya dengan teman yang mana Risa pergi, pria itu bahkan tidak berbalik melangkah lebar-lebar meninggalkan dapur.

Tubuh Risa merosot terduduk di lantai, memeluk lututnya erat hingga isakan tangisan halus terdengar.

Dia sudah berjanji untuk tidak jatuh cinta pada Lian, ada wanita lebih pantas dibandingkan dirinya, sebagai perempuan Risa mengerti jelas bagaimana perasaan Jenny, rasa sakit yang dia rasakan takkan sebanding dengan rasa sakit yang Jennie rasakan.

+++++++++

Keesokan harinya...

Pagi-pagi sekali Risa sudah memasak untuk sarapan Kevin dan Lian, para pelayan hanya membantunya memotong beberapa sayuran dan hal kecil lainnya, asap yang mengepul dari panci sup mengeluarkan aroma yang menyengat, Risa sudah mencicipinya dia hanya perlu menyajikannya di meja makan.

"Ibu..." suara kevin terdengar dari luar dapur, Risa mematikan kompornya, dia menyuruh beberapa pelayan untuk merapikan sisa pekerjaannya di dapur.

Setelah membuka appron itu, Risa berjalan ke arah dimana Kevin berada, dalam blatung piyama motif kelinci Kevin bersandar di atas sofa dengan tangan yang mengucak pelan kelopak matanya.

"Ibu..." ulangi Kevin melihat Risa mengambil langkah untuk duduk disampingnya, suaranya sedikit serak seperti suara orang bangun tidur.

"hm?"

lengan Risa memeluk erat anak berusia enam tahun itu, Kevin bukan puteranya tapi entah mengapa Risa merasa sudah mengenal sejak lama.

"pergi ke taman bermain besok?" tanya Kevin dengan mata yang mengerjap, dia menyusupkan kepalanya ke bahu Risa, mencoba mencari kesadaran karena sisa kantuk yang enggan pergi.

senyum lembut terlihat diwajah Risa

"tentu saja!"

"aku akan pergi makan malam bersama Jennie nanti" ujar Lian yang tiba-tiba saja muncul di ruang tamu, tangannya sedang sibuk mengancingkan lengan kemeja, jam tangan rolex melingkar tepat di pergelangan tangan Lian, pukul 9 pagi dan hari ini adalah hari sabtu, kemana Lian akan pergi sepagi ini?

Risa tidak tahu harus berkata apa, bibirnya seperti terjahit rapat enggan mengucap, apa yang sebenarnya dia inginkan, ketika mulutnya mengizinkan Lian dengan Jennie lalu mengapa hatinya terasa sakit, seperti ada sesuatu yang menghamtamnya tetap di-dasar hatinya.

"kamu jangan pulang terlalu larut!" lanjut Lian, ujung matanya melirik Kevin yang tertidur kembali dalam pelukan Risa dengan nyamannya,

'Lalu kamu sendiri? Apakah kamu akan menghabiskan sisa malammu bersama Jennie?'

"aku bukan lagi anak kecil, aku tahu kapan aku harus pulang!" akhirnya deretan kata itu mampu keluar dari mulutnya sebagai bentuk konfrontasi jika Lian tidak berada dalam teritori mampu mengatur dirinya.

Layar ponsel Risa menyala menandakan ada pesan masuk, seketika matanya teralihkan menatap deretan kata yang menghiasi layar ponsel.

'kalau Lian menyukaimu, itu karena dirimu sangat mirip dengan Lisa, yang dia inginkan bukan Risa, tapi Lisa, menyedihkan bukan? Disukai karena menjadi bayang-bayang orang lain. - By : 088XXXX

Dahi Risa terangkat membaca pesan itu, siapa itu, siapa yang mengirimkannya pesan seperti ini? Tidak bisa dipungkiri ada luka yang tergores membaca deretan kata itu.

"kamu memang bukan anak kecil!" ucap Lian, safirnya menatap wajah Risa yang tiba-tiba saja menekuk, ada sesuatu yang terjadi.

Lian yakin itu, rasanya ingin bertanya, kenapa? apa kamu baik-baik saja? Tapi pertanyaan itu hanya mampu terbungkus di ujung lidahnya tanpa terlontar.

"tapi kamu seorang perempuan akan sangat berbahaya jika pulang larut"

"aku pergi"

sebelum pergi Lian menghampiri Kevin yang berada dalam dekapan Risa, menundukkan kepalanya hanya untuk sekedar memberikan kecupan pada Kevin, Risa bernafas dengan resah saat helaian rambut itu menggelitik dagunya, semoga Lian tidak bisa mendengar degup jantungnya yang mengumandangkan keresahan.

Ponsel Risa terus berdering, dia masih sibuk dengan adonan cookies yang sedang dia buat bersama Kevin.

"Halo" Risa menempelkan ponselnya di telinganya, sementara tangannya menuntun Kevin untuk duduk diatas kursi, memberi cetakan cookies pada Kevin, agar dia bisa membuat adonan sesuka hatinya.

"tidak bisa Kim Keira, aku rasa aku takkan sempat untuk pergi ke salon lebih dulu"

ini sudah pukul dua siang dan takkan cukup waktunya jika dia harus pergi ke salon lebih dulu, lagi pula dia tidak perlu merias diri terlalu mencolok, Keira mengajaknya untuk pergi ke salon untuk melakukan perawatan sebelum pergi ke resepsi pernikahan bosnya.

"Ya, kamu pergi saja sendiri"

Risa menyunggingkan bibirnya mendengar Keira mengeluh karena pacarnya tidak mau menemaninya.

"Lian akan pergi bersama Jennie"

Risa menunduk sejenak tersenyum getir saat Keira mengomentari kebodohannya yang membiarkan Lian pergi bersama Jennie.

"aku akan pergi dengan Johan, katanya urusannya selesai lebih awal cepat, jadi jam tujuh malam nanti dia bisa menjemputku"

"ya, sampai jumpa"

Setelah menutup sambungan teleponnya Risa mulai membantu Kevin membentuk cookies.

"kenapa bentuk bintang semua?"

"karena aku suka bintang, mereka bersinar begitu terang di malam hari," Kevin terlihat fokus menata choco chip diatas adonan yang sudah dicetak.

"waktu itu temanku pergi ke Planetarium, bisakah kita pergi kesana? Aku ingin melihat jejeran tata surga yang mengagumkan"

"mungkin kita atur jadwalnya nanti okey?" bibir Kevin mengkurva, wajahnya mengangguk penuh antusias.

"tentu saja"