"seperti Sean sudah pulang" ucap Valery ketika dia melihat lampu di dalam sudah menyala dari arah ruang Kerjanya yang menandakan jika Sean sudah kembali.
Mendengar suara pintu berbuka Sean langsung melangkah keluar dari ruang Kerjanya.
"Valery kamu kenapa tidak menjawab telpon dariku?" tanya Sean yang sedikit khawatir. dia langsung mendekati Valery yang masih berada di ujung pintu masuk,
Valery menundukan sedikit kepalanya, dia harus memikirkan cara untuk membuat alasan kenapa dia baru pulang, yang jelas Valery tidak ingin memberi alasan jika dia pergi dengan pria lain.
"maafkan aku Sean, aku benar-benar tidak menyadari kamu menelponku, seperti aku terlalu asik berjalan-jalan hingga melupakan ponselku yang terus berdering" ucap Valery yang kini sedang mengganti sepatunya dengan sandal rumah dan melangkah masuk kedalam.
setiap di depan Sean, Valery selalu berusaha untuk selalu tersenyum bahagia dan menutupi semua masalahnya.
"baiklah jika kamu senang, aku tidak bisa melarangmu untuk pergi kemanapun tapi setidaknya kabari aku kemana kamu pergi, jangan membuatku khawatir aku tidak bisa mengawasi terus Valery" ucap Sean yang menarik tubuh Valery dalam pelukannya dan mencium keningnya.
"kapan kita akan kembali?" tanya Valery, dia mengangat kelapanya untuk bisa menatap Sean.
sejujur Valery sudah tidak ingin bertemu dengan Karan lagi dia takut jatuh cinta pada Karan, dan membuat semua ini akan semakin rumit untuknya, Valery bukan orang yang akan menghianati sesuatu yang sudah orang lain pastikan padanya, dan mengingat juga jika jari manis Valery sudah di isi dengan cincin, itu menandakan jika dia seharusnya tidak boleh terlena dengan pria lain.
"apa kamu tidak suka di sini? Maafkan aku yang harus terus meninggalkanmu di sini terus, aku janji akan menyelesaikan segera mungkin Valery" ucap Sean, dia membawa Valery keruang tamu, agar dia lebih mudah untuk mengobrol dengan Valery.
"Tidak aku sangat menyukai di sini, aku hanya merindukan pekerjaanku yang dulu, aku sangat tidak ingin merepotkanmu terus Sean, aku ingin bekerja lagi"
'maaf Sean aku terus berbohong, sebenarnya aku takut... bukan aku sangat takut! semua ini semakin membuatku bingung' ucap Valery dalam hatinya.
"aku tidak merasa kamu merepotkanku Valery, kehadiranmu di sini adalah hal yang tidak bisa di gantikan dengan apapun" ucap Sean mengeratkan pelukannya.
Air mata Valery mengalir jatuh tapi dengan cepat dia menghapusnya, dia tidak ingin air mata itu membuat Sean curiga. entahlah Valery, merasa semua ini bagaikan beban untuknya setiap langkah yang dia pilih selalu ada duri yang membuatnya merasakan sakit yang tiada hentinya.
setiap kali dia bersama dengan Sean, dia akan selalu merasa jka setiap detik yang dia lewati bersamanya akan Valery seperti mengengam pisau, sedang saat Valery bertemu atau bersama Karan, dia bisa merasakan ada kebahagian yang tidak bisa dia dapatkan di manapun, Perbedaan itu yang membuat Valery, sulit untuk melangkah.
"apa kamu sudah makan Valery?" Tanya Sean, dia melepaskan pelukannya.
Valery hanya mengelengkan kepalanya saat matanya menatap ke arah Sean, "belum"
"baiklah aku akan menyiapkan makan malam untuk kita, aku tahu kamu sangat merindukan makan korea, tadi sebelum aku pulang aku memberi ramen dan makan yang lain, kamu pergilah mandi, aku akan memanggilmu jika makan malam sudah siap" ucap Sean yang begitu semangat, dia memerintahkan Valery untuk segera pergi ke kamarnya.
Valery hanya mengganguk sebagai jawabanya, dia pergi melangkah ke dalam kamar untuk membersihkan dirinya, sedangkan Sean berjalan menuju dapur untuk menyiapkan semua bahan-bahan yang akan dia masak.
"baiklah waktunya memulai masak" ucap Sean, dia memulainya dengan memotong semua bahan-bahannya dan Sean terlihat sangat handal dalam memasak.
Bukankah harusnya Valery bahagia mempunyai calon suami sebaik Sean? lalu apa yang membuadt Valery masih bersedih tinggal bersama Sean? kenapa hatinya selalu memilih orang lain daripada Sean?
Setelah selesai dengan semua urusannya Valery melangkah keluar kamar, di dalam kamar aroma masakan Sean bercium sangat enak membuat Valery menjadi lapar.
Sesampainya di dapur, Valery melihat Sean yang sedang menyiapkan semua hidangan di meja, dia terlihat sangat tampan seperti biasanya dan juga menganggumkan walaupun terlihat dari belakang.
Sean yang masih sangat fokus, dia sangat terkejut saat sebuah tangan kecil yang melingkar di perutnya, mencoba memeluknya dari belakang tubuhnya, Sean sempat tersenyum sesaat tangan mungil itu memcoba menyatukan kedua tangannya di perut Sean.
Itu sudah pasti itu adalah Valery. Karna Valery terus memeluk tubuhnya membuat Sean, jadi memutuskan untuk menghentikan kegiatanya dan membalik tubuhnya untuk menghadap ke Valery.
"hari ini kamu sangat manja Valery" ucap Sean, dia mencubit kedua pipi itu dengan gemasnya.
"kenapa kamu membalik tubuhmu?" ucap Valery kesal sangat setiap kali dia memeluk tubuh Sean dari belakang dengan cepat dia pasti akan membalik tubuhnya.
"aku lebih suka kamu memelukku dari depan" ucap Sean yang menarik tubuh Valery dan merapatkan tubuh mereka, menghilangkan jarak di antara mereka, melingkarkan kedua tanganya di pinggang Valery.
"baiklah aku berhenti memelukmu, jadi tolong lepaskan aku, aku lapar! seperti masakanmu sudah matang" ucap Valery yang mencoba melepaskan tangan kekar Sean yang melingkar di pinggangnya begitu erat.
"apa kamu tidak ingin memberikan aku hadiah, aku sudah memasak untukmu beri aku satu ciuman dulu, baru aku akan melepaskanmu"
dengan ragu-ragu Valery memajukan bibirnya lalu mengecup singkat bibir Sean.
"itu bukan ciuman itu hanya kecupan Valery, baiklah biar aku yang melakukanya"
Sean langsung mencium bibir Valery, ciuman itu hanya sebentar tidak berlangsung lama, karena Sean tahu Valery pasti lapar.
"ayo kita makan nanti ke buru dingin dan itu pasti tidak enak lagi untuk di makan"
Sean menarik bangku untuk di duduki Valery dan juga menarik bangku untuk dirinya sendiri.
Kedua sangat menikmati makan malam itu dan Valery sepetinya sangat merindukan makanan korea hingga dia menghabiskan semua makan yang Sean buat.
"lihatlah bibirmu penuh dengan sisa makanan"
Sean membersihkan sisa makanan yang ada dibibir Valery.
"Sean masakanmu sangat enak, kalau seperti itu aku tidak perlu memasak lagi nanti"
"Baiklah Tuan Putriku,"
"karena kamu sudah memasak, aku yang akan merapikan semua ini kamu bisa menyelesaikan pekerjaanmu"
"benarkah? Apa kamu tidak ingin aku membantumu?"
"tidak aku bisa melakukannya sendiri, pergilah"
Valery mendorong Sean untuk pergi meninggalkan Valery sendirian di dapur. setelah Sean pergi, Valery merapikan semuanya lalu kembali kedalam kamarnya.