"pergiku adalah cara agar tak ada lagi luka yang sama. Tapi karenanya aku justru semakin disadarkan oleh kenyataan bahwa 'dia tak pernah benar-benar mencintaku'
Bahwa keberadaanku di sisinya bukanlah hal yang benar-benar membuatnya merasa bahagia" - Valery
-
-
-
-
-
Hari ini Sean pulang lebih awal, dia sampai dirumah pukul 7 malam
Sean sengaja pulang lebih awal karena dia ingin menceritakan kepada Valery bahwa dia sudah menyelesaikan semua pekerjaan, dan juga ingin menghabiskan sisa waktu yang tersisa 2 minggu lagi diparis, dan mulai mencoba mencintai Valery.
Sesampainya dia dihotel Sean terkejut melihat semuanya berantakan.
Dia berlari kekamar mencari Valery tidak ada, lalu dia mencarinya diruang belajarnya dia terkejut sangat melihat kotak yang dia simpan disana terbuka.
"apa Valery sudah mengetahui semua ini?"
Sean menyesal tidak memberikannya dari awal dan membiarkan Valery tahu terlebih dahulu.
"Valery maafkan aku"
Sean keluar dari ruang belajar dan melihat ada sebuah surat yang tergeletak diatas sofa tempat biasa Valery duduk untuk menonton televisi. Dia mengambilnya dan membukanya.
[Dear Sean]
Sean, aku pergi, terima kasih untuk semua waktu yang pernah kamu berikan padaku, aku pikir kamu benar-benar mencintaiku tapi sepertinya aku salah, aku tidak pernah berfikir akan mencintai seorang pria yang sudah menghamili adikku dan penyebab kematian adikku, tidakkan kamu pikir dengan berpura-pura mencintaiku dan menyayangiku bisa menebus semua kesalahanmu, kamu pria brengsek yang merenggut keperawananku dan juga adikku, kamu menghancurkan hatiku dengan semua kebohongan yang begitu sempura dan menghancurkan hidup adikku, tapi cintaku padamu tidak bisa membuatku membencimu jadi tolong jangan cari aku dan paksa aku untuk kembali padamu, jika takdirku memang bersamamu mungkin suatu hari nanti kita akan bertemu lagi, aku juga ingin mengembalikan cincin yang kamu berikan padaku. Aku tidak pantas untuk memakainya lagi.
[Valery]
Sean tidak pernah berfikir semua ini akan terjadi begitu cepat, dia ingin Valery yang mendengar langsung darinya bukan dengan cara seperti, Sean tidak ingin kehilangan orang yang berharga dalam hidupnya, sudah cukup kedua orangtua dan juga Sona yang sangat dicintainya.
"Valery apa yang harus aku lakukan sekarang? " Sean mencoba menghubungi Valery berkali-kali tapi tidak ada jawaban darinya, Sean memukul meja itu dan menendang meja itu, dia sangat frustrasi
"Tidak! Aku tidak mau kehilanganmu Valery"
Sean keluar hotel dan dia berlari-lari tanpa tujuan kemana dia akan pergi, terus bertanya kepada masyarakat disana 'apakah mereka melihat gadis yang dia cari ' tapi mereka menjawab tidak melihatnya.
********
Keesokkan paginya Valery bangun lebih awal karna dia merasa tidak mengerti kenapa dia ingin muntah, dia berlari kekamar mandi dan memuntahkan semua isi perutnya,
Suara Valery, membuat tidur Karan sedikit terganggu dan membuatnya terbangun, mendengar Valery muntah Karan langsung mencari keberadaannya dan melihatnya yang sepetinya sangat tersiksa.
"Valery apa yang terjadi?" Karan mulai khawatir.
"aku juga tidak tahu Karan, apa ini efek karna aku kemarin menghabiskan satu botol wine?"
Valery ingat bahwa perutnya tidak bisa menerima jika dia minum banyak.
"Apa kita kerumah sakit saja?" tanya Karan.
Valery bangun setelah selesai memuntahkan semua isi perutnya dan berkata
"tidak perlu nanti juga akan membaik sendiri, aku hanya butuh istirahat"
Valery berjalan mendekati Karan tapi sangat berjalan kenapa semua seperti gelap dan tubuhnya tidak bisa digerakan.
"Valery!!" Karan langsung menangkap tubuh Valery dan Mengendongnya membawa keluar apartemennya, Dia membawa Valery kerumah sakit terdekat,
******
Sesampainya dirumah sakit dia langsung ditangani oleh dokter disana dan Karan menunggunya diluar, Dan saat dokter keluar dilangsung menghampirinya dan bertanya.
"Dokter, apa yang terjadi?"
"apakah kamu suami pasien Valery?" dokter itu bertanya.
Tanpa ragu Karan langsung menjawab "ya, aku suaminya"
Dokter itu tersenyum
"Selamat, karena kamu akan menjadi seorasng ayah, istrimu sedang hamil dengan usia 1 minggu, tolong jaga kondisi bayinya, laranglah ibunya untuk tidak meminum minuman keras karena tidak baik untuk bayi dan ibunya"
Karan terkejut dia tidak tahu harus bahagia atau justru sedih, setelah berbicara dengan dokter dia menemui Valery diruangan.
"Karan, kenapa aku bisa berada dirumah sakit? Dan apa yang terjadi padaku?" Valery tampak bingung.
"Valery mulai sekarang kamu harus menjaga kesehatanmu dan juga jangan memakan yang sembarangan apalagi sampai kamu meminum wine lagi "
"ya, aku mengerti tapi aku bertanya aku sakit apa Karan?" tanya Valery yang masih kebingungan.