Chereads / How Meet You? / Chapter 23 - Bab 23 - Dream

Chapter 23 - Bab 23 - Dream

Sean langsung berlari mendekati Sona yang sedang berdiri di sebuah taman bunga dan langsung memeluknya.

"Sona, aku merindukanmu, aku mencintaimu, tolong jangan tinggal aku!!"

"Sean, apa kamu tidak membaca suratku? Kenapa kamu masih terus memikirkanku" Sona melepaskan pelukannya.

"selama aku terus mencintaimu Sona, hatiku hanya milikmu "

Sona menggelengkan kepalanya ketika tangan Sean memegang pipinya dan berkata.

"tidak Sean, cintamu bukan lagi milikku tapi milik orang lain " Sona tersenyum manis.

"itu tidak akan pernah terjadi Sona! Aku akan tetap mencintaimu, Sona beri aku alasan Kenapa kamu meninggalkanku? "

Sona memegang tangan Sean

"karna takdirku bukan bersamamu Sean, takdirmu bersama Valery, aku hanya orang yang singgah bukan untuk menetapkan, tolong cintai dia, sayangi dia, rubahlah semua perasaanmu yang awalnya menerimanya karena kasihan menjadi cinta, aku bahagia sini bersama ayah dan ibu, setelah pertemuan terakhir ini jangan pernah memikirkan aku lagi, Sean aku akan tetap selalu mencintaimu" Setelah itu Sona menghilang dalam cahaya putih.

"Sona!! Sona!! Sona!!" Sean berteriak memanggil sosok yang sudah menghilang dan saat itu juga kedua mata Sean terbuka.

" Tuan Yuan ada apa? " saat sampai dirumah Zhen melihat Sean yang masih tertidur tadi dia memutuskan untuk menunggu diruang tamu, namun ketika mendengar Sean berteriak dia langsung menemuinya.

"kapan kamu datang?" Tanya Sean

"Aku baru saja datang, apa Tuan baik-baik saja? Seperti Tuan masih memikirkan Nona Sona"

"bagaimana? Apa kamu sudah punya petunjuk dimana keberadaan Valery? "

"belum, karena waktu itu sedang hujan dan CCTV tidak bisa melihat dengan jelas, karena sangat Nona Valery pergi banyak orang yang sedang beraktivitas, Tuan aku ingin bertanya apakah ada tahu jika Nona Valery mempunyai teman disini? "

Sean terkejut dan langsung menatap Zhen

"Aku.. Tidak tahu, tapi sepertinya tidak"

" Tuan, maaf sebelumnya tapi aku sempat beberapa kali melihat Nona Valery bertemu dan pergi dengan seseorang laki-laki, aku kira mereka berteman dan aku pikir Tuan tahu jadi aku membiarkannya saja"

Sean langsung merenungkan semua yang dikatakan Zhen, 'apakah Valery selingkuh? Apakah Valery tidak mencintainya? Atau itu adalah mantan pacaran?',

semua isi kepala Sean penuh dengan banyak pertanyaan yang tak bisa dia mengerti.

"apa kamu tahu bagaimana laki-laki itu?" tanya Sean

"aku belum pernah melihatnya wajahnya selalu ditutupi oleh masker" jawab Zhen.

"kapan terakhir kalinya kamu melihatnya?" tanya Sean Lagi.

"aku rasa tiga hari yang lalu, di sebuah cafe"

"kamu boleh pergi, jika ada sesuatu hubungi aku saja, tak perlu sampai kesini"

"Baiklah Tuan, tolong jaga kesehatanmu dan jangan terlalu banyak minum itu tidak baik" Zhen pergi meninggalkan Sean sendirian.

"Sona kamu menyuruhku untuk mencoba mencintainya tapi kenyataannya dia mencintai orang lain"

*************

Hari sudah menunjukan pukul jam 8 malam.

Valery masih berbaring dirumah sakit, dia sangat merindukan suasana dikamar Sean, sebenarnya Valery belum benar-benar siap untuk meninggalkannya, cintanya terlalu dalam hingga membuatnya tak bisa menjauh darinya.

"nak, apakah ibu ini pantas untuk mencintai seseorang yang sebenarnya mencintai adiknya, maafkan ibu karena harus menjauhimu dari ayahmu, ibu berjanji akan menjadi ibu sekaligus ayahmu, jadilah anak yang baik ya"

Sekarang kebiasaan Valery adalah berbicara dengan anak yang ada di kandungannya dan mengelus-elus perutnya.

"Valery, kata dokter kamu sudah boleh pulang " ucap Karan.

"Benarkah?Akhirnya aku ingin cepat-cepat pulang ke... Apartemen " Ucap Valery begitu senang.

"Valery kamu masih memikirkannya?" Karan bertanya,

Valery dengan cepat menggelengkan kepalanya dan berkata

"Tidak! Aku tidak memikirkannya"

"Kamu berbohong! Sudahlah, ayo kita pulang, apa kamu butuh kursi roda atau inginku gendong"

"aku masih mampu untuk berjalan"

Dia berusaha untuk turun tapi badannya begitu lemas, dia hampir terjatuh jika Karan tidak memegangnya dan saat itu juga Karan ingin menggendong tapi dia langsung berkata

"Tidak! Aku ingin kursi roda saja"

Mereka berdua berjalan keluar dari rumah sakit menuju mobil Karan.

"kita akan pulang atau kita sesuatu untuk makan malam?"

"aku ingin pulang saja"

"baiklah, kita pulang"

Setelah itu mobil itu melaju dengan kecepatan sedang menuju ke Apartemen Karan dan selama di perjalanan Valery hanya terdiam, dia mencoba menghilangkan Sean dalam pikirannya tapi hasilnya tetap tidak bisa,

'apa yang sedang dia lakukan sekarang? Apa sekarang dia senang atau sebaliknya ' itulah pertanyaan yang ada difikirkan Valery sekarang.

Saat ini Valery hanya menunggu takdir ini akan membawanya kemana? Atau mungkin dia ditakdirkan untuk bertemu dengannya atau akan berpisah.

"Valery jika kamu ingin kembali, aku akan mengantarkanmu" Karan tahu bahwa Valery masih memikirkan, karan pun tidak bisa memaksa Valery untuk tinggal bersamanya jika dia tidak mau.

"Aku tidak ingin kembali, aku tidak ingin membencinya, aku tidak sanggup jika harus melihat wajahnya"

Karan menatap Valery yang sedang menatap keluar jendela, dia ingin memeluknya dan mengatakan semuanya akan baik-baik saja, tapi seperti itu tidak akan membantu Valery jadi dia urungkan niatnya dan terus fokus mengemudi.

Sekarang Valery sudah berada di kamar Karan, kamar dimana dia hampir melakukan hal yang tak seharusnya dia lakukan,

"Valery mulai sekarang aku akan tidur di sofa diruang tamu kamar ini milikmu " Karan masuk kedalam untuk mengambil beberapa barang.

"Karan, terima kasih tapi aku tidak masalah jika kita berbagi ranjang, aku tidak ingin merepotkanmu, badanmu akan tepat pegal jika kamu tidur disana"

Karan menghampirinya dan mengusap kepalanya

"bagimu tidak masalah tapi bagiku sangat masalah Valery" Sekarang Karan terlihat sangat dewasa padahal umurnya masih muda.

"bagaimana kalau aku saja yang tidur di sofa?"

"Tidak!! Valery ingat kamu punya seseorang yang bernyawa di dalam perutmu, kamu hampir kehilangannya" Karan meninggalkan Valery dan menuju keluar,

Valery ingin tidur lebih awal tapi matanya sulit untuk dipejamkan, jadi dia memilih untuk memainkan ponselnya, saat menyalakan ponselnya terdapat 150 panggilan tak terjawab dari Sean dan 50 pesan masuk.