Chereads / Retaknya Sayap Merpati / Chapter 32 - Lari pagi

Chapter 32 - Lari pagi

Surya yang melihat pesan di grup keluarga merasa sedikit bersalah karena keadaan Nia, Semalam memang Nia menelponnya dan Surya menegur Nia yang selalu saja mendekati dirinya tanpa henti, apa Nia benar benar sakit hati sampai dia mengalami depresi ringan? atau memang Nia memiliki penyakit itu sejak kecil?. Surya hanya bisa membasuh wajahnya dengan air hangat dan mengganti kausnya, memakai celana traning dan sepatu olahraga. Surya ingin menenangkan pikiran dengan berlari mengelilingi kebun miliknya saja.

Saat Surya sudah siap dengan segalanya, Surya turun ke lantai bawah. tidak di temukan siapapun, mungkin Neneknya masih didalam kamar. pikir Surya, saat melihat jam di pergelangan tangan, waktu menunjukkan pukul 7.30..

Surya membuka pintu rumah dan ternyata di depan sana sudah ada Lina yang menampilkan senyum manisnya di pagi hari. Surya berpikir sejenak ada apa gerangan Lina sepagi ini berada di depan pintu rumah.

"Assalamualaikum Mas Surya, mas Surya mau pergi?". tanya Lina duluan, sebelum Surya bertanya.

"Walaikumsallam Lina, iya saya mau ke berlari pagi. kamu ada apa pagi pagi kemari?". tanya Surya dengan lembut, mau bagaimanapun Surya harus memperlakukan teman masa kecilnya itu dengan baik. karena dulu keluarga Lina juga sana baik padanya dan neneknya.

"Lina kesini bawain masakan untuk Mas Surya dan Nenek, Lina masak gurame goreng dengan sambel terasi dan sayur asem. kesukaan Mas Surya". Surya yang melihat Lina memperlihatkan rantang yang dibawanya hanya bisa tersenyum dan mengangguk.

"Terimakasih Lina, kamu boleh taruh di dalam saja. di meja makan, aku akan tunggu di luar ya. tidak enak jika aku dan kamu sama sama masuk, Nenek masih di kamar soalnya". Surya membuka pintu lebih lebar dan dirinya keluar dari pintu, membiarkan Lina masuk ke dalam rumah.

Lina hanya mengangguk dan masuk ke dalam rumah, Surya yang melihat itu menunggu Lina di bangku depan. udara Yogjakarta hari ini begitu sejuk, matahari bersinar namun tidak membuat terik yang berarti. Surya sangat senang saat cuaca begitu tenang seperti ini, Surya merasa seperti kembali saat dirinya kecil dulu. saat orangtuanya masih hidup dan sesekali mengajak Surya ke pasar dan memanen cabai di kebun. Keindahan masa lalu tidak bisa Surya dapatkan lagi untuk sekarang..

"Mas Surya, Lina sudah taruh rantangnya di meja makan, sudah Lina buka dan Lina tutup dengan penutup wadah agar tidak dimakan kucing". ucapan Lina yang begitu lembut dan polos membuat Surya mengangguk. "Mas Surya ingin lari pagi? bagaimana kalau Lina ikut? Lina janji gak akan mengganggu Mas Surya, Lina bawa sepeda. jadi Lina bisa ikutin Mas Surya dari belakang". Surya tertawa saat mendengar perkataan Lina, Surya ingat saat Lina dulu pernah menangis karena kelelahan ikut Surya lari pagi. dari situ Lina tidak pernah mau diajak lari pagi..

"Boleh, tapi jangan nangis lagi ya. aku larinya cepat, jadi kamu harus gowes lebih cepat".

"Siap laksanakan Mas". Lina memberikan hormat layaknya prajurit, dan itu benar benar membuat Surya tertawa dengan sedikit kencang. sudah lama Surya tidak tertawa sebebas ini, Lina memang tidak pernah berubah dari dulu.

"Ayo". Surya berjalan lebih dahulu membuka pagar rumah, didepan sudah ada sepeda Lina yang berwarna abu-abu. Surya menunggu Lina menaiki sepedanya lalu Surya mulai berlari-lari kecil.

"Mas Surya ayo kita balapan". Lina tiba tiba menggowes sepedanya lebih kencang dan mendahului Surya,

"Kamu curang Lina". Surya buru buru berlari mengejar Lina, Lina hanya tertawa dan membiarkan angin menerbangkan kerudungnya yang tertutup, Surya merasa bahagia saat bisa berlari kencang dan di ikuti angin pagi yang menyejukkan hati.

"Ayo Mas, Mas Surya kelamaan di kota jadi tidak pernah berlari". Lina mengejek Surya dan sesekali melihat ke belakang sambil tertawa. Surya berlari lebih cepat untuk menyamai sepeda Lina, jalanan menuju kebun Surya memang jalanan ber aspal halus dan jarang ada kendaraan yang lewat, hanya beberapa petani yang memang memiliki sawah atau kebun sekitar sini.

"Kami curang Linah...". Surya sudah merasa kakinya kebas dan nafasnya sesak, benar kata Lina. dirinya terlalu lama di kota dan jarang berlari atau berolahraga. jadi sekarang dirinya benar benar lemah dan tidak bisa berlari cepat lagi. "Aku menyerahhh.. Linahh...". ujar Surya yang tiba tiba berhenti dari larinya dan membungkuk memegang dengkul sambil mengatur nafasnya berulang kali, Surya dapat melihat Lina berbalik dengan menggunakan sepeda nya menghampiri Surya.

"Mas Surya benar benar lemah". ejek Lina yang sudah tertawa cekikikan karena melihat wajah surya yang pucat dan nafasnya tersengal tersengal-sengal.

"Kamu benar benar senang yang meledek aku? awas saja dua Minggu lagi saat aku sudah sering berolahraga, kita akan tanding dan aku pasti menang". kata Surya yang sudah tersenyum walaupun nafasnya masih sedikit sesak.

"Ini minum dulu". Lina memberikan sebotol air putih kemasan yang Lina ambil dari keranjang sepedanya. Surya langsung menerima itu dan membuka tutup botol dan membaca basmallah, Surya sedikit berjongkok dan meminum air putih dengan pelan.

Lina ikutan jongkok di depan Surya dan tersenyum lucu melihat wajah surya yang kelelahan.

"Kenapa kamu memandang aku seperti itu?" tanya Surya

"Mas Surya lucu saat wajahnya kelelahan dan mengeluarkan banyak keringat. Lina sudah lama tidak melihat wajah itu". Kata Lina jujur, Lina masih memandangi wajah Surya dengan teliti. Seperti tidak ingin melewatkan apapun dari pandangannya.

"jangan terlalu melihat wajah lawan jenis berlebihan, tidak baik. setan bisa mengganggu". kata Surya yang langsung berdiri dan mengembalikan botol minum kemasan kepada Lina. "Terimakasih". kata Surya lagi. Lina mengangguk dan berdiri juga, dirinya kembali menaruh botol minum itu kedalam keranjang sepedanya.

"Mas Surya masih mau berkeliling? atau mau melihat kebun? sepertinya kebun cabai dan tomat milik mas Surya sedang panen, tadi aku sempat melihatnya sebelum kemari. Pak kades juga mencari Mas Surya, katanya dia ingin mengadakan hajatan dan ingin membeli beberapa kilo cabai dan tomat dari Mas Surya". Ucap Lina.

"Aku akan ke kebun saja kalau begitu, tidak enak kan jika orangtua seperti pak Kades harus mencariku". Lina mengangguk setuju dengan ucapannya Mas Surya.

"Ayo, Lina ikut ya Mas. Lina juga ingin membantu Panen hari ini, Mas Surya sudah lama tidak ke kampung jadi lupa ya kapan panen tiba". Lina mendorong sepedanya mengikuti langkah kaki Surya yang ada di depannya. Lina sengaja tidak berjalan bersisian..

"Iya Aku sampai lupa jika ada panen, lagipula kebun cabai dan Tomat tidak terlalu besar seperti kebun sayuran yang lain, jadi aku tidak terlalu fokus ke situ. karena sudah ada Mas Jojo yang mengurusnya". Lina tau mas Jojo, dia salah satu orang kepercayaan mas Surya yang di suruh untuk menjaga kebun cabai dan Tomat selama ini.

Lina memandang punggung tegap mas Surya dari belakang, terlihat kokoh dan sangat kuat. Lina berharap punggung itu yang suatu hari nanti menjadi sandarannya. ya walaupun Lina tau mas Surya selama ini hanya menganggap dirinya sahabat saja tidak lebih dari itu..