Saat sudah sampai dirumah pak kades, Surya di suguhkan singkong goreng dan Teh hangat. Surya senang saat bisa merasakan lagi singkong goreng. bukan karena Surya tidak pernah menemukan singkong goreng di kota, tapi rasanya yang membuat beda. mungkin karena suasana Jogja yang nyaman dan rasa singkong yang diambil langsung dari kebun, membuat rasanya jauh lebih nikmat dari singkong goreng yang ada di kota.
Pak kades meninggalkan Surya sebentar, katanya ingin ke kamar kecil. Surya melihat perkarangan rumah pak kades yang tidak pernah berubah, pohon mangga semakin lebat. buahnya juga terlihat sudah banyak, mungkin hanya belum masak. Pagar kayu jadi yang di ukir cukup tinggi namun tetap membuat kesah megah dan tidak terlalu tertutup. Di samping Rumah pak kades masih ada kandang sapi yang memang milik pak kades sendiri.
"Mas Surya sudah lama ya tidak makan singkong goreng, sepiring hampir habis. Lina tidak dikasih". Surya kaget karena dirinya baru sadar, sedari tadi ada Lina di depannya. apalagi saat melihat piring, Surya merasa malu karena dipergoki seperti orang kelaparan.
"Aduh aduh Maaf Lina, Mas lupa.. ini sisa satu, kamu saja yang makan". Surya memberikan singkong goreng yang memang sisa satu kepada Lina. Lina langsung menerima dengan senang hati, memakannya dengan perlahan sambil menikmati Pemandangan pohon mangga yang daunnya melambai karena tertiup angin.
"Saya sudah lama Rasanya tidak menikmati singkong goreng, jadi lidahnya sangat semangat". kata Surya berusaha bercanda, sekaligus menutupi rasa malunya terhadap Lina.
"Kalau gitu, besok Lina buatkan singkong goreng ya Mas? kebetulan bapak juga nanti sore panen singkong yang ada di samping rumah". kata Lina yang meminta persetujuan Mas Surya.
"Boleh itu, bawakan yang banyak ya. tapi harus masih hangat, singkong goreng kalau masih hangat nikmat sekali". Surya menyetujui saran Lina, Lina mengangguk dan meminum teh hangat yang disajikan pak kades.
"Ngomong-ngomong Mas Surya, bagaimana kabar Mas Romeo? Lina juga sudah lama tidak mendapat kabar tentang Mas Romeo, Dia jarang telpon Lina". kata Lina yang mencuil perlahan lahan singkong gorengnya, ingin berlama-lama merasakan singkong goreng pemberian Mas Surya.
"Romeo baik baik saja, dia sedang menyelesaikan perkuliahannya. semoga saja tahun ini bisa lulus, dia beberapa kali bimbingan sama Mas. Tapi Minggu ini dia belum mengirim skripsinya lagi, mungkin masih di revisi" Ujar Surya yang memikirkan Romeo jadi teringat Nia. apa Nia baik baik saja? Romeo berkata bahwa Nia depresi ringan, mungkin nanti siang atau sore Surya akan mencoba menanyakan hal itu pada Romeo.
"Mas Romeo semakin tampan ya Mas, pasti banyak yang menyukai Mas Romeo. Lina lihat di Instagram Mas Romeo, pengikutnya banyak. udah gitu Mas Romeo juga suka posting fhoto yang bagus bagus, kemarin seingat Nia. Mas Romeo posting fhoto Perempuan memakai kerudung dari samping, sepertinya sangat cantik. karena dari samping saja senyumnya manis". kata Lina mengingat fhoto yang di upload Mas Romeo.
"Oh ya? Mas blum lihat fhotonya, Mas tidak tau apa Romeo punya pacar atau tidak. setau Mas, Romeo menyukai perempuan, mungkin itu Perempuan yang dia sukai". Surya menyenderkan tubuhnya ke Belakang bangku, Perempuan yang di sukai Romeo hanya Nia. perempuan yang saat ini menyukai Surya, kenapa perasaan begitu rumit? kenapa Nia tidak menyukai Romeo saja? jadi semuanya bisa lebih mudah dan tidak membuat Surya pusing sendiri..
"Mas Surya memikirkan apa? kenapa wajah Mas Surya langsung berantakan begitu?". Pertanyaan Lina membuat Surya buru buru tersenyum dan menggelengkan kepala perlahan.
"Hanya merindukan Romeo dan rumah saja, Mas sudah lama tinggal dengan mereka. jadi rasa rindu terkadang membingungkan". Kata Surya sedikit berbohong.
"Rindu memang tidak mudah, Lina juga terkadang merindu.. walaupun yang Lina rindukan tidak merindukan Lina, Tapi Lina percaya. Tidak ada rindu yang salah.. Yang salah hanya waktu yang tidak bisa mempertemukan kita". Ucapan Lina begitu merdu, Membuat angin menyetujui dan mengibarkan kerudung Lina yang panjang. Surya hanya melirik sebentar lalu melihat ke arah lain lagi. siapa yang Lina rindukan? apa Lina sudah memiliki tambatan hati? kenapa rasanya Surya tidak terima jika Lina merindukan orang lain?.
"Siapa dia?". tanya Surya dengan berani, namun Lina hanya diam dan meminum lagi teh nya..
Menatap langit biru yang cukup bersinar..
Siapa yang Lina rindukan? apakah pertanyaan itu pantas Mas Surya tanyakan? apa memang selama ini Mas Surya tidak pernah mengerti? tidak pernah paham? bahwa rindu ini sudah terbentang luas di langit sana?. apa Mas Surya tidak tau seberapa berarti mas Surya untuk Lina?.
Lina hanya tersenyum dan menatap mas Surya dari samping, jika saja wajah itu bisa melihat bagaimana rasa rindu dan cinta Lina untuk mas Surya.. bahkan bintang menjadi saksi saat tengah malam Lina meminta pada Allah SWT, Meminta hati mas Surya untuk Lina seorang..
Apa doa-doa itu tak tersampaikan? atau Mas Surya sudah memiliki tambatan hati lain?
"Apa Mas Surya pernah merindu?". Lina tidak menjawab pertanyaan Mas Surya, tapi bertanya balik.. Ingin mengetahui apakah Mas Surya memiliki rasa rindu yang sama.
"Aku pernah merindu, tapi mungkin tidak terlalu kupikirkan". Kata Surya pelan.
"Kenapa? apakah Mas Surya tidak benar benar merindukan seseorang tersebut?". Tanya Lina penasaran..
Pertanyaan Lina membuat hati Surya semakin gamang, apa Surya pernah merindu sangat banyak? Surya tidak tau apa arti merindu sesungguhnya.. Surya tidak pernah memaksakan perasaan, jika rindu maka Surya akan meminta kepada sang kuasa. Bukankah rindu yang terlalu banyak akan menjatuhkan kita ke lubang terdalam? bukankah rindu yang tak berkesudahan hanya bisa menerbangkan kita ke langit dan menghempaskan kita tak tanggung-tanggung?
"Aku tidak pernah merindu terlalu banyak, aku terlalu sibuk hanya untuk memikirkan rasa rindu. jika aku rindu mungkin aku akan mengabari seseorang yang ku rindu". Surya berkata dengan mudah, namun tidak mudah bagi telinga Lina yang mendengar jawaban itu.
Mas Surya tidak pernah merindukan Lina, ya..
Karena mas Surya tidak pernah mengabari Lina, Mas Surya tidak pernah bertanya kabar atau berbasa-basi menelpon Lina..
Lina mendesah perlahan, dan menutup matanya perlahan.. ternyata rindu Lina tak terbalas..
Ternyata selama ini hanya Lina yang mencintai dan merindu.. Mas Surya mungkin merindukan orang lain, dan itu bukan Lina..
"Ah seperti itu, Mas ini sudah mulai siang. Lina pamit pulang ya, nanti Salamin saja sama pak kades. pak kades lama sekali, Lina takut ditunggu bapak. Assalamualaikum Mas". setelah mengatakan itu, Lina langsung berlalu pergi dan menggowes sepedanya keluar dari pagar rumah pak kades.
Surya yang melihat itu merasa aneh, apa Surya berkata hal yang salah? karena Lina meninggalkan Surya begitu saja..