Romeo terjaga sepanjang malam, memikirkan kenapa Nia bisa sampai mengalami hal seperti itu. Romeo sudah lama bersahabat dengan Nia, dan tidak pernah sekalipun melihat Nia semenyedihkan seperti sekarang. apa pemicunya? Romeo bahkan tidak tau..
Satu suster masuk membawa obat serta sarapan pagi untuk Nia, Romeo menghampiri dan duduk untuk melihat apa benar yang dibawa Suster itu obat dan makanan. bisa saja kan ada yang berniat jahat seperti dalam film-film?.
"Nia belum juga bangun?". Riri mengucek matanya dan bangun dari tidur, pinggangnya terasa mati rasa karena tertidur di sofa yang tidak terasa nyaman sama sekali. menghampiri Romeo dan Melihat suster keluar dari ruangan. "kamu habis menggoda suster heh? kenapa wajah dia seperti takut melihatmu". Romeo mendelik sebal karena ucapan Riri yang seenaknya.
"Kamu pikir aku pria apa? jika aku ingin menggoda suster. aku pasti cari yang payudara dan bokongnya besar, kamu tau seleraku tentang perempuan". ujar Romeo yang menyentil kening Riri, Riri hanya mengaduh dan langsung menjambak rambut Romeo.
"Sahabat kurangajar!". ujar Riri yang sudah sangat gemas menjambak rambut Romeo berulang kali.
"Riri! cari mati ya? kamu mengacak rambutku! asetku berharga satu satunya pagi ini, aku bahkan belum mandi sejak kemarin. pagi ini jika Nia sadar dan melihat wajahku yang berantakan akibatmu, dia pasti syok dan akan memandang jijik Kearah ku". Romeo menjambak juga rambut Riri yang panjang lalu memeletkan lidahnya ke arah Riri.
"Aku sudah syok karena saat aku terbangun, aku harus melihat dua sahabatku bertengkar di pagi hari". ucapan Nia membuat Riri dan Romeo sama sama menengok ke arahnya.
"Kamu udah bangun?". tanya Romeo dengan lembut.
"Tentu saja gue terbangun, suara kalian sangat mengusik Indra pendengaran, kalian tau hah!". Nia bangun dari tidurnya dengan malas, merebahkan sebagian tubuhnya di sisi tempat tidur. kepalanya masih terasa sakit dan matanya sangat berat. Nia tidak ingat bahwa sekarang dirinya ada di rumah sakit? memangnya apa yang terjadi? pikir Nia bingung..
"Gak ngerti lagi gua, lu sakit aja masih bisa teriak teriak". Riri mencubit pelan pipi Nia dengan gemas.
"Tadi bilang aku kamu, sekarang lu gua lagi?". sindir Romeo yang memandang Riri tak kalah sinis. Riri hanya tersenyum cengengesan.
"Upss, kebiasaan". Riri menutup mulutnya pura pura lupa.
"emangnya sebenarnya gua kenapa?". tanya Nia.
"Nia, sekarang perjanjiannya itu pake 'aku kamu'. gak usah pake gua lu lagi, macem anak gaul". kata Romeo berkata dengan lembut namun sedikit kesal karena Nia kembali menjadi wanita yang senang sekali berkata dengan intonasi suara yang keras.
"Iya iya, sebenarnya aku kenapa? kenapa dibawa kerumah sakit?". tanya Nia akhirnya mengikuti saran mereka.
"Kamu gak inget kenapa kamu bisa pingsan?". kata Romeo yang mulai menelisik tak habis pikir kenapa Nia gak inget apa yang terjadi sama dirinya.
"Enggak, aku cuma inget. kepala aku pusing banget terus gak inget apa apa lagi". Nia memijat keningnya yang terasa sangat sakit saat dirinya memaksa bangun dari tidur.
"Aku panggil dokter ya, biar tau kamu kenapa sebenarnya. kenapa gak inget kenapa kamu bisa pingsan". Romeo memencet tombol darurat yang langsung terhubung ke arah ruang sistem medis.
Satu menit kemudian dua orang suster dan seorang dokter masuk kedalam ruangan.
"Pasien tidak ingat kenapa dia pingsan dok". kata Romeo memberikan informasi kepada sang dokter, dokter mengangguk dan mulai melakukan pengecekan kepada Nia. Nia yang diperlakukan seperti terkena penyakit mematikan hanya bisa mendesah pasrah. Romeo itu orangnya memang begitu protektif, Nia sedikit malas karena sikap Romeo yang terlalu berlebih-lebihan.
Setelah melakukan pengecekan dokter memberikan beberapa catatan kepada suster dan dua orang suster itu keluar dari ruangan.
"sebenarnya saya kenapa sih dok?". tanya Nia yang sudah tidak sabaran, ini tuh bukan di dalam drama yang harus pelan pelan menjelaskan tentang keadaan. lagipula Nia tidak ingat bahwa dirinya punya penyakit mematikan, penyakit yang membuat Nia kesakitan hanya sakit kepala dan jatuh cinta sama mas surya.
"Sepertinya pasien sudah baik baik saja, untuk hal yang sebelumnya saya beritahu. pasien tidak usah tau, karena saat ini dia baik baik saja dan sepertinya pasien juga sudah lupa apa yang terjadi pada dirinya sendiri. saya permisi kalau begitu, jika ada sesuatu yang aneh lagi. kalian bisa memanggil kami". dokter itu langsung pergi, karena tidak ingin membuat pasien semakin bingung dan kepikiran.
Romeo dan Riri yang tau bahwa Nia memang tidak ingat apa yang terjadi akhirnya tidak ingin membahas kenapa Nia bisa ada disini.
"Woy!? sebenarnya aku kena penyakit apa? apa cukup mematikan hingga aku sendiri gak boleh tau?". Nia mengigit jempolnya sedikit khawatir.
"Iya penyakit nya mematikan, kamu tuh jarang makan Nia, maka dari itu kamu sampai pingsan didalam kamar. aku sama Romeo benar benar panik semalaman". Riri mendengus kesal, pura pura berbicara dengan nada sebal agar Nia percaya bahwa sakitnya hanya karena Nia telat makan.
"Oh karena telat makan, lagian kalian gak ngajak aku makan waktu di luar semalam". Nia memberenggut kesal. tiba tiba dirinya sadar akan satu hal. "Ini udah pagi?". tanya Nia dengan wajah horor.
"Iya udah pagi! emang kamu pikir masih malem? tidur terus aja!". jawab Riri jengkel.
"Astaga Riri!!! hari ini hari pertama aku masuk magang, jam berapa ini? astaga aku harus buru-buru". Nia berusaha turun dari ranjang namun tangannya ditahan oleh Romeo, Romeo memandang Nia dengan wajah serius.
"Aku udah hubungi pihak perusahaan dimana tempat kamu magang, mereka udah tau kejadian yang menimpa dirimu. mereka memberikan keringanan sampai besok, kamu bisa masuk magang besok. jadi hari ini kamu bisa istirahat". Romeo mengelus pelan pipi Nia, Nia hanya mengerjapkan matanya bingung. namun perlahan tersadar dengan apa yang Romeo lakukan, dengan gerakan pelan Nia menurunkan tangan Romeo yang ada di pipinya.
melirik ke arah Riri yang pura-pura tidak melihat apa yang dilakukan Romeo, mengapa Nia merasa tidak enak hati kepada Riri saat ini?.
"Makasih Romeo, kalian berdua baik sekali. nanti saat aku dapat gaji pertama dari magang, aku janji akan traktir kalian makan nasi Padang".
"Nasi Padang aja aku harus nunggu kamu gajian? Astaga Nia, keburu cacing cacing diperutku mendadak mati". ujar Riri sedikit sarkas, Nia hanya tertawa dan memeluk tubuh Riri yang memang tidak jauh dari tubuh Nia.
"Makasih ya Riri, untung kamu lihat aku pingsan di dalam kamar. aku gak tau kalau gak ada kamu, kamu sahabat terbaik. lope lope dua karung buat kamu". Nia memeluk Riri dengan gemas dan menggoyangkan tubuh Riri dengan perlahan, Riri yang diperlakukan seperti itu hanya tertawa kecil dan memeluk balik ke arah tubuh Nia.
"Riri aja yang dipeluk? aku enggak?". tanya Romeo yang sudah memasang wajah imut yang lucu. Riri yang melihat itu langsung merangkul pundak Romeo dan mendekatkan pada tubuh Riri.
"Anak manja, kalian berdua benar benar menggemaskan". ujar Riri yang memeluk Tubuh Romeo dan Nia. Romeo yang melihat wajah Riri dari dekat dengan senyum yang tulus sedikit merasa tersentuh, Riri adalah sahabatnya sejak lama sama seperti Nia. Tapi baru kali ini Romeo melihat senyum tulus dan kebahagiaan di wajah cantik Riri.
Romeo hanya bisa mengacak rambut Riri gemas dan juga menepuk nepuk pundak Nia, seandainya Romeo tidak memiliki perasaan terlarang kepada Nia, mungkin... mungkin Romeo akan memiliki perasaan ke Perempuan lain. entah siapapun itu, asal bukan Nia dan juga Riri...