Chereads / Retaknya Sayap Merpati / Chapter 28 - Perkataan Lina

Chapter 28 - Perkataan Lina

Surya keluar dari rumahnya di sore hari setelah sholat ashar dilakukan, dirinya merindukan kebun jati miliknya yang ada di tanah sebelah dimana itu merupakan tanah peninggalan orangtuanya yang memang tidak pernah dijual ataupun di sewakan. sampai akhirnya Surya berinisiatif menanam pohon jati yang sekarang sudah memasuki tahun ke 3, masih sangat muda untuk di tebang dan dijual. biasanya membutuhkan waktu sampai 5 tahun, sampai jati bisa di panen.

Surya berjalan melewati jalan setapak dimana kanan kirinya terdapat sawah yang terbentang luas. beberapa petani yang selesai bertani menegur Surya yang memang terkenal ramah walaupun sudah lama tinggal di kota. suasana sore hari membuat Surya merasa sangat nyaman berasa disini. suasana pedesaan memang bisa membuat diri kita merasa nyaman dan juga merefresh otak yang merasa kusut selama menjalani pekerjaan di kota.

"Assalamualaikum Mas surya, lagi liburan ya?". suara seorang perempuan dari samping Surya membuat Surya berhenti dan menengok.

"Walaikumsallam Lina, iya kebetulan saya baru sampai kemarin. Lina apa kabarnya?". tanya Surya, mereka berbicara di jalan persimpangan. dimana jalan ini memang di lalui oleh para petani, namun karena sudah sangat sore jadi terasa sepi. Surya sengaja berbicara agak jauh dan tidak mendekat ke arah Lina karena takut orang yang melihat akan berpikir macam macam jika mereka terlalu dekat. Lina pun Melakukan hal yang sama, Surya tau bahwa Lina Perempuan Sholeha yang saat taat pada orangtua dan agamanya. itu yang membuat Surya terkadang menganggumi sosok perempuan seperti Lina.

"Saya baik Mas, Mas sendiri gimana kabarnya? tambah sukses ya Mas di kota?". tanya Lina dengan suara lembutnya, pandangannya terkadang menunduk karena tidak terlalu bisa menatap lawan jenis terlalu lama. Surya pun menatap hamparan sawah yang ada di depannya.

"Iya Alhamdulillah Lina, kebetulan saya ingin membuka usaha di sini saja. saya cukup bosan berada di kota, entah kenapa nyaman rasanya berada di kampung halaman, mungkin karena memang sejak kecil saya tinggal disini. Lina sendiri bagaimana kuliahnya? lancar?". Lina tersenyum sebentar dan memandang ke arah Sawah juga. jarak mereka cukup jauh dan sama sama memandang ke depan. angin lembut menerpa tubuh mereka berdua, menikmati kesunyian dan perjumpaan yang sudah lama tidak bercakap-cakap, belum lagi ada hati yang memang merindu dan tidak bisa terucap begitu saja, ada juga kekaguman yang diam diam menahan diri untuk tidak keluar dari zona aman.

"Alhamdulillah Lina sudah lulus Mas, bulan kemarin Lina selesai wisuda. sebenarnya Lina ingin mencari kerja ke Kota Mas, tapi ibu belum mengijinkan, ibu menyuruh Lina untuk membantunya di perkebunan dan toko oleh oleh saja sambil melanjutkan studi magister, ibu menyuruh Lina untuk jadi dosen di kota ini. agar ibu dan bapak tidak berjauhan dari Lina". suara lembut itu mengalun diikuti sejuknya angin. Surya hanya tersenyum merasakan ketulusan dari kata kata Lina barusan.

"Insyaallah Mas doain Lina bisa menjadi dosen yang baik dan amanah, kamu itu kan pintar dan baik hati Lina. Mas yakin kamu bisa melakukan apapun yang ibumu minta, lagipula itu adalah hal yang baik menurutku. kau kan anak perempuan, ada baiknya tidak terlalu jauh dari orangtuamu untuk menjaga jaga diri saja. bukan berarti saya mengatakan bahwa jika kamu pergi keluar kota kamu tidak bisa menjaga diri ya. maksud saya adalah disini kamu lebih tau tempat ini daripada di kota. terkadang saat kita jauh dari rumah dan berkenalan dengan orang baru di tempat baru, kita akan sedikit kesulitan menyesuaikan diri. apalagi kamu kan belum pernah jauh dari orangtuamu". Surya sedikit tertawa selesai mengatakan pikirannya.

"Mas Surya benar, Lina dari kecil memang tidak bisa jauh dari ibu sama bapak. bahkan dulu saat masih ada mas Surya, Lina selalu minta ditemani kemana-mana. tapi semenjak Mas Surya ke kota, Lina bertekad untuk menyusul mas Surya dan belajar dengan sangat giat. Tapi ternyata Mas Surya malah ingin tinggal disini saja ya?". pertanyaan Lina membuat Surya terdiam sebentar. apa maksud Lina ingin ke kota karena ingin menyusul dirinya?.

"Iya, saya ingin membuka usaha disini saja. sekaligus menjaga Nenek, saya sudah mempunyai tabungan yang cukup untuk membuka usaha baru untuk hidup baru saya. kalau boleh tau Lina, kenapa kamu ingin menyusul saya ke kota". tanya Surya memberanikan diri bertanya.

"Apapun itu Mas, sepertinya tidak baik jika Lina mengatakan. Lina akan mengatakan 'kenapa', pada saat waktu yang tepat. saat mas Surya mengerti dan menyadari semuanya, oh iya mas. jika ada waktu main-mainlah ke rumah Lina. Bapak juga ingin bertanya beberapa hal sama Mas". Surya ingin memandang Lina dan mencari tau apa maksud dari perkataanya, namun Surya tidak berani menengok dan hanya diam sambil memasukan tanganya ke dalam kantung celana.

"Iya, nanti Mas usahakan kesana ya".

"Yasudah Mas, hari sudah semakin sore. Lina pamit pulang ya mas".

"Iya hati hati". Lina mengangguk dan berjalan melewati Surya tanpa menengok lagi, Surya hanya menghela nafas pelan saat Lina sudah menjauh, Surya melihat punggung kecil itu berjalan semakin jauh. sebenarnya apa maksud dari Lina selama ini? apa Lina menginginkan sesuatu dari dirinya? Surya mengacak rambutnya pelan, Surya datang kesini untuk menjernihkan pikiran dan tidak ingin memikirkan hal hal yang tidak baik dipikirkan, akhirnya Surya melanjutkan langkah kakinya untuk melihat kebun jati miliknya. tidak terlalu ambil pusing perkataan Lina yang masih menjadi teka teki di pikiran Surya.

Pohon jati terlihat oleh mata Surya saat sudah semakin dekat, pohon pohon itu menjulang tinggi dan terlihat subur. memang Surya menyuruh beberapa orang untuk mengurus kebun jati miliknya yang terbentang cukup luas. Surya melihat lihat ke arah sekitar, memastikan bahwa tidak hal-hal yang bisa menyebabkan jati miliknya rusak atau semacamnya.

Setelah memastikan tidak ada hal hal aneh, Surya kembali berjalan pulang. pikirannya jadi bingung sendiri karena bertemu Lina tadi, bahkan Surya sampai lupa ingin berbuat apa jika sudah sampai kebun Jati. dirinya hanya melihat-lihat lalu pulang. Surya memang tidak pernah memikirkan hal berat atau lebih tepatnya tidak mau ambil pusing, Melakukan semuanya dengan kepala dingin dan menyelesaikan dengan langkah pasti. namun perkataan Lina cukup mampu mengusik hati dan pikiran Surya.

Lina adalah teman masa kecilnya, Lina dan Surya sudah seperti kakak dan adik sejak dulu. Surya akui dirinya begitu menyayangi Lina, namun Surya tidak pernah tau apakah perasaan itu berkembang ke arah lain atau tidak, karena Surya semaksimal mungkin menutup pintu hatinya agar tidak terjadi sesuatu yang buruk untuk dirinya sendiri.