"ayo nak masuk, jangan sungkan anggap rumah sendiri". Aku dipeluk oleh ibu mertuanya ibu devy sekaligus bisa dibilang neneknya mas surya dan romeo. Aku tersenyum hangat saat elusan lembut tangan nenek di punggungku.
Kami masuk dan duduk di ruang tamu, riri terlihat sibuk dengan gadgetnya. Maklum dia sedang pdkt dengan salah satu mantan senior kampus. Entah ia bertemu dan berkenalan dimana, ia belum menceritakannya kepadaku.
"nenek buatkan teh ya, kalian duduk dulu disini". Ia berusaha bangkit secara perlahan, aku memegangnya yang sudah kesulitan untuk berjalan. "nenek tunjukin aja ke nia dimana dapurnya, biar nia yang buatkah teh, nenek duduk aja". Kataku berusaha menuntunya duduk kembali.
"tidak usah nak, mumpung kalian disini. Nenek masih bisa buatkan kalian teh, nenek jamin teh buatan nenek sangat enak dan kalian pasti suka". Nenek bersikeras tak ingin dibantu.
"kalau gitu biar nia bantu nenek kedapur". Kataku mencoba membantunya. Ia hanya tersenyum dan aku berjalan perlahan sambil memegang tanganya yang sudah keriput itu, sekalipun sudah tua tapi kecantikan dan keanggunannya sangat terpancar jelas di raut wajah nenek.
Kami sampai di dapur dan nenek mulai sibuk meracik racik teh yang akan dibuatnya, aku hanya membantu menyiapkan gelas yang tidak jauh dari kami dan menyusunnya.
"nak surya sangat suka teh melati buatan nenek, ditambah sedikit gula batu dan diatasnya diberikan daun teh muda. Ia anak yang periang dulu, sangat suka bercerita dan selalu menjadi kakak yang baik bagi romeo. Mereka dulu sewaktu kecil tinggal disini bersama nenek, tapi semenjak anak nenek paling tua meninggal atau disebut orangtua nak surya. Ia jadi lebih pendiam dan tak banyak bicara". Aku terdiam mendengar penuturan nenek, aku tak tau mengapa nenek menceritakan kisah ini padaku.
"sedangkan nak romeo, dia dari dulu memang sangat nakal. Dia tidak terlalu suka teh, tapi dia selalu meminum teh yang sama dengan nak surya, katanya apapun yang surya lakukan dia ingin selalu mengikutinya". Lanjut nenek, ia sudah selesai meracik teh, dan dituangnya air panas kedalam teko keramik yang sangat antik menurutku.
Aku membawa nampan yang sudah aku letakan beberapa gelas dan teko keramik tadi. Nenek berjalan terlebih dahulu didepanku secara perlahan dan aku mengikutinya dari belakang. Kami sampai diruang tamu, kulihat mas surya merebahkan kepalanya di ujung sofa, ia terlihat sedikit lelah.
"ayo ayo kita hangatkan sedikit badan". Nenek duduk di sofa tepat disamping mas surya, aku meletakan nampan itu di atas meja lalu aku duduk di sofa samping riri. Aku tak melihat romeo dimanapun.
"romeo sedang di taman belakang, sudah menjadi kebiasaanya jika datang kerumah nenek langsung duduk dibangku taman belakang, pemandangannya bagus dan hawanya sangat sejuk. Nanti akan kusuruh romeo untuk mengajakmu Na". bu devy berbicara padaku tanpa melihat kearahku, namun dia tetap tersenyum. Bu devy menuangkan teh buatan nenek tadi kedalam gelas kami masing-masing.
"ayo cicipi nak riri dan nak nia, kalian pasti suka". Nenek tersenyum kearah kami setelah mengatakan itu, aku menyesap teh itu perlahan, aromanya sangat menenangkan dan rasanya tidak terlalu manis namun ini sangat enak. Pantas saja mas surya sangat menyukainnya, mungkin aku akan mencoba membuat teh dan meminta tolong kepada nenek agar mengajariku. Semoga saja nenek mau.
"nek, riri mau lagi ya. Teh nya enak banget". Riri menuang teh tersebut tanpa menunggu balasan nenek, anak ini benar-benar tak tau malu, belum aja otaknya kusiram teh panas ini biar sedikit waras. Tapi kulihat nenek hanya tersenyum dan mengangguk.
"devy nanti kamu yang anterin anak-anak kekamar mereka ya, nenek gak kuat kalau harus naik-naik tangga mengantar mereka". Nenek tertawa sambil memegang kakinya perlahan.
"iya mah, mamah gak usah repot-repot antar kami. Kan kami kesini mau ketemu mamah bukan merepotkan mamah". Bu devy tertawa kearah nenek, aku ikut tertawa pelan. Aku melirik mas surya yang sibuk menghirup aroma teh sambil memejamkan matanya. Pemandangan yang sangat indah, jarang-jarang aku bisa melihat mas surya sedekat ini.
Muka tenangnya, hembusan nafasnya yang membuat ruangan ini semakin hangat, seandainya hembusan nafas itu yang akan selalu kudengar disaat kuingin menutup mata di malam hari dan membuka mata di pagi hari, dan jika hembusan nafas itu yang membuatku bisa bernafas dengan tenang, yang akan membuatku jatuh cinta berkali-kali.
*******************
(Romeo Pov)
"Rom, nenek nyuruh lu masuk tuh". Kudengar suara surya dibelakang punggungku, aku menengok kerahnya sebentar. Lalu bangkit mengikutinya dari belakang.
"Nia sama riri udah dikamar mereka mas?". Tanyaku.
"udah baru aja di anter mommy". Ia berucap lalu menghilang kearah dapur, aku melanjutkan kaki kearah ruang tamu. Kulihat nenekku tercantik tersenyum anggun melihatku berjalan ke arahnya.
"kenapa nek?". Kataku lalu mengecup keningnya singkat, dan duduk disampingnya.
"kamu itu kebiasaan nak, selalu ke taman belakang kalau kesini. Padahal nenek ini kangen liat kamu". Aku tertawa saat nenek mengelus puncak kepalaku.
"ini romeo udah disini nek". Kataku tertawa pelan.
"itu yang namanya Nia, perempuan yang membuat kamu jatuh cinta berkali-kali". Kata nenek lembut.
"iya nek, tapi orangnya malah suka sama mas surya". Aku mengeluh mencoba untuk terlihat baik-baik saja di depan nenek.
"dia perempuan baik dan pengertian, wajar kalau kamu jatuh cinta dengan dia, tapi jangan lupakan adab bahwa perempuan adalah mahkota tertinggi yang harus dijaga tubuh dan hatinya.
Nenek sarankan agar tidak terlalu memaksannya untuk menerima perasaanmu, jika ia jodohmu maka hatinya akan berpaling ke arahmu". Nenek mengusap tanganku lembut, kata-kata nenek sedikit menenangkan hatiku yang sedikit kalut ini.
"iya nek romeo akan jalani kata-kata nenek". Aku mengecup tangan nenek yang sudah keriput itu. Ia tersenyum lalu menjitak keningku pelan.
"minum teh buatan nenek, kamu ini gak hargain buatan nenekmu yang sudah tua ini ya, dasar anak nakal".
"iya iya nek, romeo minum nih". Aku meneguk secangkir teh itu dengan sekali tenggak. Dan nenek hanya tertawa melihat tingkah konyolku itu.
"pelan-pelan nak nanti kamu tersedat". Nenek menepuk punggung tanganku dan menyuruhku manaruh gelas itu dengan bahasa isyarat.
"kamu itu rom, gak bisa pelan-pelan minumnya". Mommy berkata sembari berjalan kearah kami.
"mommy gak istirahat dulu, nanti sore kita mau jalan-jalan keluar loh". Kataku.
"mommy ini gak lemah seperti kamu, mommy abis anterin Nia dan Riri kekamar, abis ini mau telpon daddy kamu. Untuk ngabarin kalau kita udah dirumah nenek, tapi sepertinnya jam segini masih sibuk di kantor". Ia meneguk teh di gelas nya, lalu melirikku jail. Aku tau pasti setelah ini mommy akan meledekku tak karuan.
"why mom?, matamu seperti penembak jitu yang ingin membunuh penjahat". Kataku sedikit sarkas.
"ehemmm, jantungmu sudah berhenti berdetak eh?. Kamu seperti abis lomba lari dari kemarin". Ia tertawa meledekku, aku mendengus lalu memutar bola mataku malas, kalian lihat sendiri bagaimana jailnya ucapan mommy ku ini, ia benar-benar suka sekali memancing gejolak hati anaknya sendiri.
"ya soalnya minggu depan romeo ikut lomba lari di depan komplek, jadi romeo latihan dulu". Aku menekuk mukaku sebal.
"uluh uluh ngambek, mukamu seperti anak perawan yang digoda banci rom". Lihat-lihat, mengapa aku punya mommy yang suka meledek anaknya ini, astaga kuatkan batin hamba ya allah.
"udah-udah, kalian ini anak sama ibu sukannya saling mengejek". Nenek menengahi pertengkaran kecil kami.
"mommy emang selalu gitu nek, makannya romeo males curhat sama mommy, ada aja pasti waktu untuk ngeledek anaknnya ini". aku memeletkan lidah ku kearah mommy ku itu lalu terkikik geli saat kulihat wajah mommy yang siap mengeluarkan taringnya.
"awas ya kamu rom, mommy kutuk kamu makin ganteng, dan awas aja kalau kamu merengek-rengek minta saran mommy".
"sudah rom gak usah bales perkataan ibu kamu, mendingan kamu naik kekamar dan istirahat sebentar, katanya sore mau jalan-jalan. Sudah sana langsung naik". Aku mencium pipi nenek dan mencubit pipi mommy ku itu.
"romeoooo!!!!". Teriak mommy aku terkikik dan aku langsung berlari menaiki tangga dan berbelok sebentar kearah kamar yang di tempati Nia.
sepertinya berbicara dengan Nia lebih baik, dibanding terus-menerus meledek Mommy.