Chereads / Retaknya Sayap Merpati / Chapter 10 - Berjalan-jalan di kota Jogja

Chapter 10 - Berjalan-jalan di kota Jogja

(Nia Pov)

Lajunya kendaraan cukup padat sore ini, meneguk sisa air mineral yang kubeli di supermarket tadi, cukup melepas dahaga setelah seharian memutari jalan malioboro.

Kakiku hampir mati rasa, tapi tidak dengan kaki sahabatku Riri, wajahnya sangat konyol saat dia berusaha menggoda pria bule yang tingginya diatas rata-rata itu, aku mendengus dan mencoba untuk tak melihat wajahnya yang jika tidak kutahan, pasti tanganku sudah menoyor muka polosnya.

"mau minum lagi na?". romeo duduk disampingku dan menawarkan sebotol mineral di depan mukaku, aku mengambilnya cepat dan meneguknya hingga setengah.

"makasih rom". Kataku, lalu mengembalikan botol itu kepadannya.

"rame banget ya rom kalau sore disini". aku masih memperhatikan lalu-lalang orang yang tak ada capeknya memutari beberapa toko.

"ya begitulah namanya juga tempat wisata, selepas magrib kita coba makanannya ya".

"ya, sebenernya perut gue udah teriak minta diisi, tapi tanggung juga bentar lagi magrib". Aku mengecek jam dipergelangan tanganku, 10 menit lagi waktunya sholat magrib, lebih baik aku menunggu 10 menit daripada aku harus makan terburu-buru dan tidak menikmati rasa dari setiap makanan yang akan kumakan nanti.

"Na gue dapet nomor bule tadi eh". Riri datang dengan melompat-lompat tak jelas, otaknya minta di ruqyah emang nih bocah, gak pernah tau tempat kalau lagi kegirangan, gue kan malu diliatin ibu-ibu dan bapak-bapak belum lagi spesies cowok ganteng yang sebelas duabelas samaan sama oppa oppa korea. Walaupun masih gantengan mas surya sih.

"loncat sono di tengah jalanan Ri, tanggung kalau Cuma di pinggiran jalanan begini".

"elah sirik aja loh". Riri menimpali sembari duduk di samping romeo.

"bukannya lu kemarin bilang lagi deket sama cowok Ri". Romeo bertanya dengan melirik kearah Riri.

"gak asik, orangnya kaku, bukan tipe gue". Riri menjawab acuh tak acuh, aku hanya menggelengkan kepalaku heran.

"jadi tipe lu yang bule tadi". Kini romeo mulai memasang wajah jail nya.

"jelas, So Big".

"apanya?". Lanjut romeo yang mulai memancing.

"anu nya lah".

"cuci deh otak lu berdua, mau magrib. Mendingan kita cari masjid buat sholat, buat ngilangin pikiran kotor dari otak lu berdua". Aku bangkit dan mencubit kedua pipi Riri yang tembam itu, ia mengaduh dan melototkan matanya tak suka.

"otak lu cuci, anu nya itu badanya kampret, lu aja mikirnya ke selangkangan mulu". Riri memeletkan lidahnya dan berlenggang pergi. Emang sahabat kurang ajar.

"udah Na, darah tinggi lu bisa naik nanti". Romeo tertawa dan menepuk pundakku singkat.

"lu kata gue nenek-nenek pake acara darah tinggi". Aku menghentakan kakiku sebal, dan mengikuti Riri yang berjalan di depanku, entah dia tau di mana letak masjid atau dia hanya berjalan seinsting nya saja.

*******************************************

Waktu sudah menunjukkan pukul Sembilan malam, saat kami sampai di rumah nenek romeo, selepas magrib tadi kami mencoba beberapa makanan khas jogja.

Tidak terlalu banyak yang kami coba, setelah makan kami langsung bergegas pulang, karena jarak malioboro kerumah Nenek cukup jauh, dan jalan cukup seram menurutku. makanya kita mengejar waktu agar tak terlalu malam saat diperjalanan tadi.

Aku melihat mas surya turun dari tangga dan berlalu kearah dapur, ya saat jalan-jalan tadi mas surya memang tidak ikut, banyak hal yang harus di urus mas surya kata bu devy. Akhirnya hanya aku, Riri, dan Romeo yang keluar sore tadi.

"gimana Nak Nia, seru jalan-jalannya". Ucapan nenek membuyarkan lamunanku, aku berjalan kearah sofa dan duduk di samping nenek.

"seru nek, makanannya juga enak-enak. Nia sampai bingung mau menghabiskan yang mana, perut Nia hampir meledak tapi mulut Nia ingin mengunyah makanan sampai tandas". Aku tertawa saat bercerita, nenek menimpalinya dengan anggukan dan tersenyum hangat.

"yasudah naiklah ke kamar kalian seharian jalan-jalan pasti capek, Nak Riri juga sudah naik". Kata nenek lembut.

"ya neek, nenek mau Nia antar ke kamar sekalian gak?".

"gak usah nak, nenek mau tunggu devy, dia lagi di taman belakang sedang menelpon seseorang. Nanti juga kemari".

"yaudah, Nia ke kamar ya nek". Aku mencium pipi nenek dan berlalu kearah kamar.

Aku membuka pintu kamar dan melihat Riri sedang berbaring di tempat tidur sambil memainkan gadget nya, sambil sesekali tertawa tak jelas.

"gilaaaa". Kataku berteriak dan melemparnya dengan jaketku.

"elah nyai syrik aja lo liat gue bahagia kek nya, urusin noh mas surya". Riri tetap asyik dengan gadegtnya, padahal ia belum mencuci muka ataupun mengganti bajunya.

"bae bae tuh mulut". Aku berjalan ke samping lemari pakaian dan mulai mengganti bajuku dengan pakaian tidur.

"mulut lu noh banyak banyak baca istigfar, dosa mata lu udah banyak ngeliatin si surya. Kek mau nelanjangin dia".

"bodo". Aku berjalan keaarah tempat tidur dan mulai merebahkan tubuhku di sampingnya.

"dikasih tau juga".

"ehemmmm". Aku memeluknya dari samping seperti guling, lalu mengigit lenganya pelan.

"gue hajar lu Nia". Riri menjauhkan tubuhnya dariku, dan aku hanya tertawa melihat mukanya yang semerah tomat.

"hajar aku bang". Aku meledeknya, dan dia memberikan keteknya tepat di depan wajahku. Aku langsung mendorong kencang dan dia tertawa terbahak-bahak

"makan tuh ketek, yang gak gue gosok seminggu". Aku mendengus dan melempar bantal ke wajahnya, ia balik melemparku.

"gak akan gue bantuin ngerjain skripsi loh, liat aja nanti". tunjukku tepat didepan mukanya langsung, melihat Riri kesal adalah kesenangan tersediri menurutku.

"ngambek nek?, sensitif akut loh akhir-akhir ini". Riri duduk di sofa samping tempat tidur dan mulai memberikan cream malam ke wajahnya, aku memperhatikannya seksama.

"emang gue sensitif apa akhir-akhir ini?". Tanyaku,

"iye, udah kek ibu mau melahirkan anak kembar".

" masa?ciyussss, mie apahhhhh". Kataku menunjukan muka imut yang dibuat-buat.

"mie oleng,mie ebussss, mie miempimu tak kesampaian dengan surya". Riri tertawa terbahak, dan aku hanya mendengus tak suka. Emang otaknya bener-bener sengklek nih orang heran gue. Ada aja mulutnya kalau mau ngeledek orang tuh.

"emang bocah kurang ajar, awas lu kalau suka sama orang trus bertepuk sebelah tangan, gue ketawain sekenceng kencengnya".

"udah bertepuk sebelah tangan kok cinta gue". Riri berucap dengan wajah serius nya, aku terpaku mendengar kejujurannya. Aku hanya bercanda, aku tak pernah tau kalau dia sedang merasakan cinta bertepuk sebelah tangan. Aku jadi tak enak hati.

"sorry Ri, gue gak maksud". Ucapanku terpotong dengan gelak tawanya yang menggelegar. Dia mengerjaiku kurasa.

"ah elah gue makan lu Ri". aku menutup kupingku dengan bantal agar tak mendengar suara tawanya yang menjengkelkan itu, kukira dia benar-benar sedang bertepuk sebelah tangan, lagipula bodoh saja aku yang mempercayai kata-katanya. Mana mungkin Riri bisa jatuh cinta. Sejauh ini dia hanya main-main dengan cinta, itu yang ku tau.