Jika boleh jujur aku sangat merindukanmu Davian, tapi sejak aku melihatmu dicafe kurasa semuanya percuma. Bahkan kamu tidak ada maksud untuk menjelaskan kepadaku.
Tahun ini adalah tahun kelulusan untuk kak Bastian dan Davian, aku hanya berharap mereka berdua lulus dengan hasil memuaskan dan aku juga tidak perlu lagi bertemu dengan Davian dikampus.
Hari ini aku sudah mulai berangkat kuliah, sejak aku dirawat aku sudah meninggalkan beberapa mata kuliahku. Berharap bisa mengejar ketertinggalanku di semua mata kuliahku.
"Nanti keluar kelas langsung telfon kakak ya Sa ?"
"Iya kak, bye.."
Saat memasuki kelas ternyata sudah banyak yang datang dijam yang masi pagi ini. Terlihat juga Alika dan Fany yang sedang asyik mengobrol.
"Hai Al, Fan ?"
"Raisaaa!!" berteriak bersama.
"Kok kaget gitu sih kalian ?"
"Kamu kemarin baru pulang dari rumah sakit, kenapa sekarang sudah buru buru berangkat sih sa ?"
"Aku bosen fan dirumah"
"Iya sudah sa, duduk sini ya. Udah mau datang juga dosen kita."
"Thanks Al"
Ternyata dirumah dan mendengarkan dosen berbicara sama sama membosankan ya hehe. Aku sudah beberapa kali menguap.
ponselku bergetar, tanpa melihat pengirimnya aku langsung membuka pesan tersebut.
"Ngantuk ya Sa ? Aku bawa kamu keluar ya Sa biar nggak ngantuk lagi."
Seketika aku langsung melihat kearah jendela. Davian melambaikan tangannya dan melihat kearahku. Aku langsung membuang muka ketika dia menatapku, tapi setelah aku mencoba melihatnya lagi dia sudah menghilang. Dan tiba tiba-tiba saja ada yang mengetuk pintu kelas.
Tok..tok..!!
"Masuk"
"Permisi pak, saya kesini karena disuruh oleh rektor untuk membawa Raisa menghadapnya"
"Raisa, tolong untuk bisa ikut dengan Davian sebentar."
"Baik pak" aku mengepalkan tanganku, menggertakan gigi. Ini pasti hanya rencana busuk dari Davian.
Aku menggenggam ponselku, dan berjalan keluar dari kelas.
"Aku tau ini semua hanya akal licikmu saja !"
"Sudah jangan berisik lagi ikut aku !" menggandeng paksa tanganku dan berjalan sangat cepat, entah kemana dia akan membawaku.
Suasana kampus yang sangat ramai membuatku menjadi sedikit canggung. Beberapa senior perempuan atau mahasiswi lainnya menatapku dengan tatapan mengumpat, aku menundukkan kepalaku mengikuti langkah kaki Davian yang sangat terburu-buru.
Dia memaksaku masuk ke mobilnya, memakaikan seat belt dan menatapku tajam. Dia terlihat sangat menyeramkan kali ini. Aku hanya terdiam, bahkan untuk melihat wajahnya saja aku tidak berani.
Kemana dia akan membawaku ? rasanya sudah sangat jauh tapi belum juga sampai ditempat tujuannya.
Semakin jauh Davian membawaku, sekarang hanya terlihat pohon pohon tinggi menjulang menutupi sinar matahari disepanjang pinggir jalanan. Davian belum mengatakan apapun.
Mobil berjalan melewati jalan yang lebih sempit, membuat aku semakin bertanya tanya. Apa yang sebenarnya ingin dia lakukan padaku ?
Tiba-tiba mobil berhenti, aku sedikit tersentak Davian menahanku agar tidak terbentur. Mata kami saling menatap, entah apa yang dia pikirkan. Dipikiran ku dia selalu terlihat mempesona, menghangatkan, penuh perhatian, tapi satu hal yang tidak aku lupakan dia bersikap seperti itu kesemua wanita.
"Maaf aku mengagetkan mu"
"Hmmm"
Dia keluar dari mobil, membukakan pintu dan seat belt untukku.
"Ayo turun"
"Apa tujuanmu sebenarnya ?"
"Jika sudah sampai aku akan memberitahumu"
Aku turun dari mobil, karena terlalu lama duduk didalam mobil sepertinya kakiku keram, aku tersungkur ke tanah.
Bruuukk!!
"Arrghh, aduhhh" aku mengerang kesakitan.
"Raisaa!!!"
"Kakiku keram"
"Kenapa tadi tidak bilang sa ?"
"Sudahlah, hanya keram"
Tanpa mengatakan apapun Davian menggendongku, aku tidak menolaknya. Tapi kakiku semakin sakit, aku semakin keras mengerang.
"Bersabarlah sebentar, kita hampir sampai"
Aku diam menunduk mengaitkan tanganku dileher Davian, sambil menggigit bibirku menahan sakit di kakiku.
Tidak terlalu lama Davian menggendongku, lalu menurunkanku disebuah bilik terbuka. Memijat kakiku dengan sangat lembut, meski begitu aku masih mengerang.
"Arrghh, Davian pelan pelan." aku merengek pelan.
"Raisa jangan menggodaku."
"Siapa yang kamu bilang menggoda !!" mataku melotot kearahnya.
"Bukankah kamu dari tadi mendesah menggodaku ?"
"Dave ! ini berbeda dengan mendesah!!"
"Tapi kedengarannya sama saja"
kepalaku langsung merespon mundur ketika Davian mendekatkan wajahnya.
Davian bangkit, dan meninggalkanku lalu berjalan menuju ke tepian sungai. Indah sekali pemandangan disini, sungai yang masih asri dengan air yang jernih, banyak bunga tumbuh disepanjang tepi sungai. Sungai ini sepertinya tidak terlalu dalam, pasti segar sekali jika bisa merasakan airnya.
Aku berjalan mendekat ke pinggiran sungai masih berjalan dengan sedikit tertatih. Duduk dengan tenang dengan kaki yang sudah terendam air sungai membuatku merasa lebih tenang. Davian yang dari tadi sudah bermain air tidak tau dimana, meninggalkan kemeja dan sepatunya dipinggir sungai.
"Dorrrr!!" dari arah belakang Davian mengagetkan ku.
"Byurrr!!" karena terkejut aku melompat ke sungai, membuat pakaian yang kubawa basah kuyup.
"Davian!! ngga lucu!!" Aku naik lagi ke tepi sungai, melihat Davian yang tertawa lepas, ingin sekali kujambak jambak rambutnya.
"Aku masih harus kembali ke kampus mengambil tasku, tapi kamu membuatku basah seperti ini!"
"Aku tidak berpikir kamu akan melompat ke sungai haha"
Kali ini aku tidak akan membiarkan Davian menang. Aku berjalan mendekati Davian yang tepat dipinggir sungai.
"Davian.." aku memanggilnya dengan nada menggoda, mendekat ke arahnya semakin dekat dan..
Byurrr!!
"Rasakan haha!"
"Awas kamu Raisa !!" sambil menciptakan air ke arahku.
Aku berjalan menuju mobil, tapi perasaanku kenapa jadi tidak enak. Aku mempercepat langkahku, dan tiba tiba seseorang memegang pinggulku dan menggendongku.
"Davian lepaskan aku!!!" sambil memukul sebisaku
Byurrr..!!
Davian menceburkan dirinya bersamaku, dasar Davian brengsek ! berani beraninya dia mengerjai ku seperti ini.
"Uhuk uhuk uhuk uhuk..!!" sepertinya aku tersedak air sungai karena terkejut.
"Raisa kamu kenapa ?" Davian mulai khawatir, tapi aku terus saja terbatuk-batuk.
Davian menggendongku, membawaku kedalam mobil.
"Ganti bajumu dengan kemejaku, kemejaku cukup panjang untuk tubuhmu. Masih bisa untuk menutupi tubuh bagian bawahmu"
"Uhuk uhuk, kamu keluarlah dulu sebentar. Aku tidak bisa mengganti pakaianku jika kamu masih disini."
Davian keluar dari mobil, dia sedang melihat kebagian belakang mobil. Saat aku hampir selesai mengganti pakaianku, aku melihat ke arah spion dan Davian terlihat dikaca itu dengan senyum nakalnya. Sialan ! Dasar mesum ! aku segera mengancingkan kemeja yang ku kenakan dan keluar mobil berlari ke arah Davian.
"Dasar mesum ! brengsek ! kamu mengintipku !" Aku mengejarnya karena dia langsung lari melihatku keluar dari mobil.
"Aku tidak sengaja Raisa, itu sebuah keberuntungan untukku haha!"
"Davian berhenti ! aku lelah, ayo pulang sebelum sore"
"Baiklah, ayo ! aku akan mengantarkanmu pulang"
Menggandeng tanganku kemobil.
Sepanjang perjalanan hanya ada pohon-pohon yang menjulang sangat tinggi menutupi cahaya matahari, sehingga terasa sangat gelap walaupun masih siang.
Akhirnya mobil kita keluar dari kawasan hutan tersebut, aku sangat lega karena aku sudah melihat langit yang sangat cerah. tiba-tiba saja ponselku bergetar
"Halo Al ?"
"Sa kamu dimana ? sudah jam segini belum juga balik ?"
"Maaf Alika, aku ada sedikit urusan."
"Aku akan mengantarkan tasmu kerumahmu."
"Jangan ! bawa saja tasku bersamamu. Aku akan mengambilnya nanti dirumahmu"
"Baiklah terserah kamu saja."
Untung saja aku mempunyai teman yang sangat pengertian denganku. Aku akan meminta Davian mampir ke rumah Alika dulu untuk mengambil tasku yang tertinggal dikelas tadi.
"Dave ?"
"hmm"
"Bisakah kamu mengantarku kerumah Alika terlebih dahulu, aku ingin mengambil tasku."
"Tapi ada syaratnya"
"Apa ?"
"Cium aku dulu"
"Jangan menggodaku Dave."
"Jika kamu tidak mau, bagaimana jika kita ubah saja aku yang menciummu ?"
"Kamu sedang mengemudi Dave !!"
Davian meminggirkan mobilnya ketepi jalan.
"Dave, kenapa berhenti ?"
Tanpa menjawab pertanyaanku, dia tiba-tiba saja langsung menciumku. Aku mendorong tubuhnya tapi dia malah semakin menekan tubuhku. Dia melumat bibirku dengan lembut dan penuh gairah, aku sedikit menikmati ciumannya. Karena dia menciumku sangat lama, aku hampir saja tidak bisa bernafas, aku menggigit bibirnya agar melepaskan ciumannya.