Hufft, tidak terasa Senin depan aku sudah mulai ujian semester. Padahal seperti baru saja kemarin aku mengikuti ospek. Dalam hampir satu semester ini aku sudah banyak mengalami kejadian kejadian yang tak terduga. Banyak hal yang sama sekali tidak pernah terpikirkan olehku.
Disini aku mengenal lebih banyak orang dan karakter, ini menjadi pembelajaran yang sangat berharga untukku dimasa depan. Dalam dunia bisnis banyak sekali orang orang cerdas atau licik dengan berbagai karakter.
**
tok tok tok !!
"Non Raisa ada tamu diruang tamu, mencari non raisa"
"Siapa bi ?" sambil membuka pintu
"Temennya non Raisa katanya"
"Alika bi ?"
"Bukan non, laki-laki ganteng, tinggi"
"apakah dia pernah kesini sebelumnya ?"
"Emm.. pernah non, yang waktu itu nganterin non Raisa pulang malem-malem sambil gendong non raisa"
Mendengar perkataan bibi tadi, aku yakin tamu yang dimaksud bibi adalah Davian. Aku turun dan menemui Davian, yang sudah duduk diruang tamu.
"Hai kak Davian"
"Hai Raisa."
"Ada apa mencariku ?"
"Aku rindu padamu Raisa, kenapa akhir akhir ini kamu sulit untuk ditemui ?"
"Aku sedikit sibuk dengan kuliahku kak"
"Benarkah ? bukan karena ingin menghindari ku ?"
Aku menggelengkan kepalaku, aku memang sangat sibuk dengan kuliahku. Karena aku sudah berjanji kepada papah dan mamahku akan menyelesaikan kuliah S1 ku kurang dari 3,5 tahun. Tapi sudah hampir satu semester aku belum ada kemajuan apapun, aku akan berusaha. Mulai semester depan aku akan lebih giat lagi dan akan menambah jam kuliahku.
Tiba-tiba saja aku merasakan ada yang mencium keningku, karena aku melamun jadi aku tidak menyadari jika sedari tadi Davian menatapku yang diam saja.
"Apa yang kamu pikirkan, sampai aku menyentuh tanganmu tapi kamu tetap tidak menyadarinya ? beruntung aku langsung mencium keningmu jadi kamu cepat tersadar"
"Bukan apa-apa, itu alasan kamu saja agar bisa menciumku kan ?"
"Kenapa kamu sangat menggemaskan ketika sedang menggerutu" sambil menarik kedua pipiku.
"Lepaskan !! sakit!!" sambil kujambak rambut Davian.
Saat aku sedang bertengkar kecil dengan Davian, tiba tiba saja kak Raka dan kak Bastian masuk tanpa mengetuk pintu dan melihat apa yang sedang kulakukan dengan Davian, mereka melihat kearahku dengan tatapan bingung.
"Apa yang sedang kalian lakukan ?"
"Kakak lihat kan tadi kak Davian menarik kedua pipiku sampai memerah" sambil mengelus pipiku yang sudah seperti tomat.
"Tapi Raisa juga menjambakku" Davian memasang ekspresi yang sama menderitanya denganku.
"Hei Dave, kenapa kamu bersikap sama menggemaskannya dengan Raisa"
"Apa kamu bilang bas !"
"Aku lupa kalau orang yang sedang jatuh cinta bisa berubah 360 derajat"
"Siapa yang sedang jatuh cinta !" secara tidak sengaja aku dan Davian mengatakannya dengan bersamaan.
Davian menatapku tajam, begitu juga denganku tidak kalah tajamnya menatap wajahnya. Tapi kakakku dan kak Bastian malah menertawakan aku dan Davian sambil berjalan meninggalkan ruang tamu.
"Pulang saja sana jika tidak ada kepentingan !" usirku
"Kamu sangat tega Raisa" Davian yang memasang wajah memelas tidak menggoyahkan hatiku.
Aku menarik lengan Davian dan membawanya keluar, tapi belum saja sampai pintu depan kakakku memanggil Davian.
"Kenapa buru-buru Dave, asisten rumah tangga kami baru saja selesai menyiapkan makan siang untuk kita. Makanlah dulu bersama, baru kamu boleh pergi"
"Tidak kak, kak Davian sudah makan tadi sebelum kesini. iya kan kak Davian ?" sambil melirik kearah Davian mengisyaratkan agar dia pulang saja.
"Sudahlah Dave mari ikut denganku" kak Raka merangkul Davian dan meninggalkanku yang masih tidak percaya dengan kelakuan kak Raka.
Trik apa yang digunakan Davian untuk mengambil hati kakakku sehingga kakiku sendiri yang menyuruhnya untuk tetap tinggal.
Aku memakan makananku dengan tenang, sedangkan tiga laki-laki tersebut terus saja makan sambil mengobrol tentang wanita. Aku yang merasa diacuhkan memilih untuk menyudahi saja makan siangku.
"Ahh aku sudah kenyang"
"Kamu baru memakan 3 suap sudah bilang kenyang ? Astaga Raisa bagaimana bisa kamu tetap masih hidup dengan makanmu yang sangat sedikit"
"Kak apa yang kamu katakan"
"Apa kamu mau aku yang menyuapi ?" Davian yang duduk di sebelahku menawarkan diri dan menatapku dengan senyum nakalnya.
"Astaga kalian ! Aku kenyang mendengar ocehan kalian bertiga"
"Apa Raisa mau kita bertiga menyuapi Raisa secara bergantian ?"
"Kak Bas !"
Aku yang muak, pergi meninggalkan meja makan dan berjalan ke kamarku.
"Apa yang mereka lakukan, kenapa mereka bertiga begitu tidak waras ! membuatku muak saja." gerutuku dalam hati.
Aku memasang earphone ku, mendengarkan lagu lagu kesukaanku sambil tidur tengkurap dan memejamkan mata.
"Kenapa aku merasa ada yang mendekatiku, tapi aku tidak mendengar ada yang mengetuk pintu" ucapku dalam hati sambil melepas satu earphone dari telingaku.
Aku membalikan tubuhku dengan hati-hati, saat aku membalikan tubuhku, mata yang sangat indah dan tajam sudah menatapku hanya berjarak beberapa centimeter saja dengan wajahku. Aku yang terkejut ingin segera bangkit, tidak sengaja menepis tangan Davian yang berada disamping kepalaku. Davian hilang keseimbangan karena hanya bertumpu pada satu tangan saja, dan tubuhnya yang tegap dan tinggi itu langsung jatuh diatas tubuhku.
Aku tidak mengerti perasaan apa ini, jantungku berdegup kencang, aku juga bisa merasakan detak jantung Davian yang sama kencangnya denganku. Nafas Davian yang berhembus di leherku membuat pikiranku berkecamuk, rasanya aku ingin mengerang. Nafasku juga makin tidak teratur, dan tubuhku juga berkeringat.
"Raisa kenapa dengan nafasmu ?" Sambil mengangkat sedikit badanya dan memandangi wajahku.
"Kamu sangat berat Dave !" aku mencari alasan yang paling tepat.
"Benarkah ? maafkan aku Raisa. Tapi kenapa wajahmu memerah ?" Davian yang sudah bangkit juga membangunkanku diposisi duduk.
"Benarkah wajahku memerah ?" aku berlari kearah kaca, benar saja wajahku sedikit memerah, mungkin ini karena aku tadi sangat gugup. Aku merasa lebih tenang sekarang, berjalan mendekati Davian yang sekarang duduk diatas ranjangku.
"Kenapa kamu masuk kekamarku tanpa mengetuk pintu ?"
"Aku sudah mengetuk pintu tapi kamu tidak menjawab apapun, jadi aku langsung masuk saja. Aku berencana mengagetkan mu tapi kamu sudah kaget sebelum aku menjalankan rencana ku."
"Dave! kamu sangat kekanakan. keluar dari kamarku Sekarang ?"
tok..tok..
Belum sempat Davian keluar, ada seseorang mengetuk pintu kamarku. Apa yang harus aku lakukan.
"Dave, kamu sembunyi dibelakang pintu!" mengatakan dengan suara sangat pelan sembari menarik lengannya.
"Raisa apa kamu didalam ?"
"Iya kak, ada apa mencariku ?" aku membuka pintu sambil berpura pura melepaskan earphone dari telingaku.
"Apa Davian kemari ?"
"Ti..tidak, kenapa mencari dia kak, bukankah tadi bersama kakak ?"
"Tadi dia bilang mau ke toilet"
"Mungkin masih ditoilet"
"Tapi kenapa lama sekali ?"
"Mungkin dia sakit perut kak, sudah ah cari dikamar mandi saja sana kak. Aku mau melanjutkan kesibukan ku"
"Dasar sok sibuk"
Setelah menutup pintu aku mengelus dadaku yang sedari tadi sangat gugup berbohong didepan kak Raka.
"Sudah pergi sa ?" dengan wajah yang sangat tidak merasa bersalah.
"Keluar kamu sekarang dari kamarku !"
"Aku tidak akan keluar sebelum kamu menciumku"
"Dasar tidak tau malu" saat aku ingin melemparkan pukulan ke badan Davian, Davian menangkap tanganku dan menariku kedalam pelukannya. Astaga, aku masuk kedalam perangkapnya lagi.
Nafas Davian yang seperti sedang diburu, berhembus hangat disekitar tengkukku, membuatku merasa tidak nyaman.