Chereads / Imperfect relationship / Chapter 17 - 17#Pengagum Kak Bastian

Chapter 17 - 17#Pengagum Kak Bastian

Sekarang aku sudah berada didapur, meminta bibi asisten menyediakan sedikit makanan untukku. Sambil memandangi bibi asisten aku mencoba untuk membantunya.

"Bi, aku bantu sedikit ya ?"

"Jangan nona Raisa, nanti kotor. Nona Raisa baru sembuh tunggu dan duduk saja. Saya takut nona Raisa akan kelelahan."

"Masa membantu begini saja aku capek sih bi" aku berusaha meyakinkan bibi asisten agar aku bisa sedikit membantunya.

"Baiklah, tapi kalau nona Raisa merasa lelah langsung duduk saja ya?"

"Ok bi"

Hanya mengambil beberapa sayur saja aku sudah banyak yang salah mengambilnya , apalagi jika harus membedakan bumbu bumbu yang banyak sekali jenisnya dan memiliki wujud yang hampir sama.

"Wah Raisa, lagi belajar masak ya ?" suara lantang dan sedikit terkekeh terdengar dari belakangku.

"Aku cuma membantu mengambil beberapa sayuran untuk bibi kak !"

"Sekarang sudah mulai suka sayur Raisa ?"

"Hanya beberapa kak, berhentilah menggodaku kak !!"

Aku berbalik melihat sayuranku, sedangkan kak Raka dan kak Bastian berbicara dengan berbisik disertai dengan suara tawa yang sangat keras. Aku yakin kak Raka sedang membicarakan tentang aku.

Setelah masakan bibi asisten matang, aku menikmati nya seorang diri dimeja dapur. Karena bibi asisten tau aku tidak begitu menyukai sayur, bibi hanya menjadikan sayur sebagai pendamping masakannya.

Aku sudah selesai makan, bibi memberikan ku obat. Aku segera meminumnya, aku meletakkan piring dan gelas yang baru saja aku pakai dan mencucinya. Meskipun bibi menahanku aku bersikeras mencucinya. Aku hanya ingin sedikit belajar mandiri saja.

Didalam kamar aku menatap layar ponselku, ada beberapa pesan masuk dan panggilan tidak terjawab. Saat akan membalas pesan dari Alika, bibi asisten mengetuk pintu kamarku..

"Nona Raisa, ada teman teman nona Raisa dibawah"

"Iya bi, aku kebawah sekarang"

Aku bergegas keluar dari kamar dan turun menemui mereka.

"Haiiii kalian"

"Aaaaaaa Raisaaaa !!" seketika mereka memelukku.

"Maaf merepotkan kalian"

"Engga kok sa" mereka berkata serentak. Ada Fany, Alika, Vanya dan Desy.

"Ayo masuk kita ke taman belakang rumahku aja yuk" tanpa berkata apapun, aku dan teman temanku menuju taman belakang. Aku juga sudah meminta bibi asisten untuk mengantarkan beberapa makanan untuk kami.

"Raisa kak Raka dimana ?"

"Apa sih Vanya, kamu kesini mau ketemu kakakku atau aku sebenarnya ?"

"Dua duanya sih sa hehe"

"Dasar vanyaaaaaaaa!!!!" sambil mengacak-acak rambut Vanya.

Ketika aku dan teman-temanku sedang asik mengobrol dan bercanda, tiba-tiba kakakku dan kak Bastian menghampiri.

"Raisa, banyak cewek disini kok nggak bilang kakak sih ?" sambil mencubit hidungku

"Aku aja nggak tau kakak lagi dimana tadi"

"ini kak Bastian mau pamit, tadi nyariin kamu dikamar nggak ada ternyata disini sama cewek cewek."

"Kak Bas udah mau pulang ya ?"

"Iya Raisa, kamu jaga kesehatan ya Sa"

"Iya kak Bas hati hati dijalan kak"

"Iya Sa"

"Sa kakak anterin kak Bastian kedepan dulu"

Kak Bastian dan kak Raka yang tiba tiba datang membuat teman temanku terpana, entah karena pesonanya, atau karena kegenitan kakakku tadi.

"Kok pada bengong gitu sih ?"

"Sa, itu kak Bastian senior kita kan ?"

"Iya Desy sayang" Alika menjelaskan

"Kenapa bisa dia disini ?"

"Dia temen kakakku Des, dan keluarga kami sudah sangat akrab."

"Enak banget jadi Raisa, punya kakak ganteng, gebetan ganteng, sekarang ada kak Bastian juga yang ganteng banget itu"

"Apa sih Desy!!!!"

"Kamu harus jelasin ke aku dikampus kenapa kamu bisa begitu dekat dengan kak Bastian."

"Iya Des, kamu mau penjelasan apa nanti aku jelasin"

Setelah membahas kak Bastian, aku dan teman temanku mengobrol membicarakan semua yang terlintas dipikiran kita. Sampai lupa akan waktu, langit yang sudah mulai gelap dan sedikit mendung. Pada akhirnya mereka harus berpamitan sebelum hujan mengguyur.

Aku kembali kedalam kamar, mengambil handuk dan baju ganti. Setelah menyiapkan air hangat aku merendam diriku, menempatkan diriku dengan serileks mungkin.

Tiba tiba terlintas dipikiranku tentang Davian, apa dia tidak tau aku sudah pulang kerumah ? kenapa dia tidak datang ? apa dia masih marah setelah aku mengusirnya dari rumah sakit waktu itu. Tidak, aku yang seharusnya marah, dia sudah punya pacar tapi masih berani mendekatiku.

Aku segera menyelesaikan mandi karena pikiranku mulai dipenuhi Davian lagi. Semakin aku berusaha melupakannya semakin aku terbayang akan wajahnya.