Chereads / Imperfect relationship / Chapter 15 - 15#Putus Asa

Chapter 15 - 15#Putus Asa

*sudut pandang Davian

Ku minum beberapa teguk anggur hingga menghabiskan beberapa botol, perasaanku tidak karuan. Sampai pada akhirnya Bastian datang menghentikanku meminum anggur.

"Dave!!! katakan padaku apa yang terjadi ?"

"Raisa Bas!!!" aku menangis, berteriak, dan terhuyung karena pengaruh alkohol.

"Raisa kenapa Dave ?"

"Aku menyakitinya, aku membuatnya menangis. Aku menyesal Bas !!!"

"Apa yang kamu lakukan padanya Dave ?"

"Luna kembali Bas!!!"

"Astaga Dave, apa kamu lupa siapa yang membuatmu seperti ini sebelumnya!"

"Bantu aku Bas, kumohon. Aku takut Raisa meninggalkanku. Aku belum sempat mengikatnya denganku Bas!!"

"Tenangkan dirimu Dave!!"

Bastian memapahku dan menidurkan ku ditempat tidur.

"Minumlah Dave" sambil memberikan jus kepadaku.

"Dave, aku harus kembali ke kantor ayahku. Setelah selesai aku akan kemari lagi"

Rasa kantuk mulai menghampiriku, aku tertidur hingga pulas.

Keesokan paginya aku terbangun dan menyadari jika Bastian tidur disampingku. Matahari terlihat sudah tinggi jam berapa sekarang ? shit!! hari ini aku masih ada kelas.

"Bas bangun!!! sial hari ini kita ada kelas" sambil menggoyangkan badan Bastian.

"Berisik banget sih Dave, bolos sekali juga ngga masalah kan!!"

"Bas kamu lupa siapa dosen hari ini?"

"Aku lelah sekali Dave, seharian kemarin aku meeting dikantor ayahku"

"Ya sudah kita bolos saja hari ini, aku juga lelah" Aku merebahkan diri lagi di kasur bersama Bastian.

"Bas ponselmu"

"Kenapa ?"

"Berdering!!! berisik banget!"

"Sial!! Bokap Dave!!" seketika Bastian bangun dan matanya terbuka sangat lebar.

"Angkat cepetan bego!"

Tidak tau apa yang dibicarakan mereka tapi sepertinya penting, Bastian juga memberikan ekspresi khawatir. Jadi sebenarnya apa yang terjadi.

"Dave, mandi sana cepetan"

"Ada apa Bas ?"

"Cepetan mandi, aku pinjam kamar mandi tamu ya ? nanti kita bicarakan dijalan"

Aku menuruti kata Bastian dan bergegas mandi.

"Kita mau kemana Bas kenapa kamu terlihat buru buru ?"

"Kamu mau bertemu Raisa ?"

"Caranya ?"

"Maka kamu diam saja"

Bastian diam sepanjang perjalanan, dia hanya fokus menyetir tidak menjelaskan apapun. Membuatku semakin gelisah saja, kenapa seperti jalan menuju rumah sakit.

"Bas, kita kerumah sakit ?"

"Kamu hanya perlu mengikutiku saja Dave."

"ok"

Berjalan dibelakang Bastian sambil memandangi lingkungan rumah sakit. Setelah menanyakan jalan menuju Ruang Dahlia kepada resepsionis, Bastian semakin cepat berjalan menuju ruangan tersebut.

Sampai akhirnya aku dan Bastian berdiri didepan ruang tersebut.

"Raka, bagaimana keadaannya ?"

"Masih belum sadar Bas" jawaban dari seorang lelaki yang duduk didepan ruang Dahlia, dia terlihat sangat lesu.

Astaga, apakah aku tidak salah mendengar, Bastian memanggil lelaki tersebut Raka, benarkah dia Raka kakak dari Raisa.

"Bas, ini Raka kakak dari Raisa ?"

Bastian hanya menganggukkan kepalanya.

"Raisa dimana ?"

"Kamu Davian ?"

"Iya aku Davian, dimana Raisa ?"

"Jangan panik Dave, Raisa ada diruangan itu sekarang. Dokter masih memeriksa nya."

"Tapi Bas.."

"Duduklah, dia baik baik saja. Hanya penyakit lama"

Aku duduk disamping Raka, aku sama khawatir nya dengan dia. Apakah Raisa sakit gara gara aku ?.

"Boleh aku tau bagaimana Raisa bisa berada disini ?"

"Kemarin aku tidak tau dia pulang jam berapa tapi aku pulang sangat larut, kata asisten rumah tangga kami dia pulang masih sore, dan tidak keluar lagi dari kamar. Besok paginya aku membangunkan dia untuk sarapan, tapi dia tidak menjawab. Karena sangat khawatir aku mendobrak pintunya. Dia seperti sedang tertidur pulas, saat aku menggoyangkan badannya dia tidak merespon."

"Apa aku boleh tau Raisa punya penyakit apa sebenarnya ?"

"Kamu bisa menanyakan langsung kepada Raisa jika dia sudah sadar."

Setelah dokter keluar dari ruangan, Raka langsung menanyakan keadaan Raisa. Aku melihat Raisa dari kaca pintu ruangannya, Ada beberapa selang dipasang ditubuhnya. Dia masih belum sadar.

Sampai pada hari keempat Raisa baru sadarkan diri. Ketika Raisa sadar Raka menghubungi Bastian, aku dan Bastian langsung pergi menuju rumah sakit.

Raisa mengusirku dari ruangannya, aku berusaha untuk tidak pergi dari ruangan tersebut tapi aku hanya bisa pasrah ketika dokter yang menangani Raisa menyuruhku dan Raka keluar dari ruangannya.

Sambil merangkul ku berjalan keluar ruangan Raka mengatakan beberapa hal padaku.

"Kamu harus sabar menghadapi Raisa, aku sudah tau yang sebenarnya. Jelaskan padanya pelan pelan dia akan mengerti."

"Kamu sudah tau ?"

"Bastian menjelaskan semuanya padaku, tentang kejadian sebelumnya antara kamu dan Raisa."

"Terima sudah percaya padaku"

"Tapi maaf untuk hubungan kalian aku tidak bisa membantu apa apa. Itu semua terserah pada Raisa"

"Aku tau itu, terimakasih sudah percaya padaku"

"Sebaiknya kamu pulang sekarang, jika terjadi sesuatu dengan Raisa aku akan memberi tau mu."

"Baiklah, bye"

"Bye.."

Aku melangkahkan kakiku pergi meninggalkan rumah sakit. Berjalan dengan putus asa, apa yang harus aku lakukan sekarang. Bahkan untuk bertemu saja sepertinya Raisa sudah tidak sudi.