*sudut pandang Davian
Aku merasa sangat bahagia akhir akhir ini, sejak Raisa lebih sering berada didekatku aku merasa lebih bahagia dari sebelumnya. Aku bisa melupakan masa laluku yang pahit tentang wanita itu dengan hanya melihat wajah Raisa. Aku selalu ingin berada didekatnya, meskipun dia selalu dingin tapi aku yakin Raisa juga memiliki perasaan yang sama denganku, aku akan lebih berusaha untuk meyakinkannya.
Ponselku berdering membuyarkan lamunanku, nomor asing ? Sepertinya ini bukan nomor lokal.
"Halo, Dave ?" suara perempuan yang tidak asing ditelingaku.
"Iya"
"Dave, ini aku Luna. Kamu dimana Dave ?"
"Luna ?" Tiba-tiba saja semuanya seperti mimpi, seseorang yang mengecewakanku dimasa lalu datang disaat aku menemukan orang baru yang membuatku merasa berarti lagi.
"Dave..!! kenapa kamu diam ? kamu pasti merindukanku kan ? Bagaimana jika kita bertemu sekarang ? aku baru saja keluar dari bandara."
"Aku jemput kamu di bandara sekarang, tunggu aku" sambil berjalan menuju mobil.
"Aku akan menunggumu Dave, bye"
Entahlah aku harus bahagia atau sedih, semua seperti diluar dugaanku. Aku ingin menjauhi Luna, tapi sepertinya dia masih saja menempati ruang kecil dihatiku. Tapi rasa kecewaku tidak kalah besarnya. Raisa maafkan aku, semoga ini hanya ucapan selamat tinggal untuk aku dan Luna.
*Bandara kota S
Aku turun dari mobil dan menghampiri Luna yang sedang menungguku.
"Dave akhirnya kamu datang, aku sangat merindukanmu" datang dan memelukku dengan erat.
"Luna, lepaskan aku" mencoba melepaskan pelukannya.
"Dave kamu kenapa ? kamu masih marah denganku ?"
"Aku malu disini sangat ramai"
"Baiklah, kita lanjutkan saja dimobil hehe"
"Biar kubawakan kopermu"
"Terimakasih Dave" sambil mencium pipiku dan berlari menuju mobilku.
Aku terdiam, mengapa pikiranku hanya ada Raisa, aku takut Raisa kecewa denganku.
"Dave, apakah kamu baik baik saja ?"
"Iya"
"Terus kenapa kamu diam dari tadi aku tanya ?"
"Aku lagi fokus nyetir Lun"
"Kita kecafe tempat kita dulu sering makan yuk Dave ?"
"Iya kita kesana sekarang"
Kenapa otaku hanya dipenuhi Raisa, aku sampai hampir lupa jika ada Luna disampingku.
Tanpa bertanya, Luna menggandeng lenganku sepanjang jalan masuk ke cafe. Aku sedikit risih sebenarnya, tapi Luna bersikeras menggandeng lenganku. Aku memang tidak tegas dengannya.
"Dave mau pesan apa ?"
"Terserah kamu saja ?"
"Ok, aku selalu ingat makanan kesukaanmu Dave tenang saja."
"hmm"
Sepertinya seseorang sedang memandangiku, tiga orang gadis memandangiku. Satu diantaranya aku mengenalnya dengan baik, Astaga itu Raisa. Apa dia melihatku ? sialan ! kenapa bisa kebetulan seperti ini. Apa yang dipikirkan Raisa sekarang jika dia melihatku dengan Luna seperti ini.
Kenapa Raisa berlari keluar cafe, kenapa dia terlihat terburu buru, dan bahkan meninggalkan kedua temannya ?
"Luna, aku ada urusan" Aku berlari mengejar Raisa. Aku tidak tau harus mulai menjelaskannya dari mana.
Aku berlari mengikuti Raisa, dan memeluknya dari belakang dengan erat.
"Raisa maafkan aku"
"maaf..maaf"
"maafkan aku, kumohon" air mataku menetes perlahan dan Raisa terus saja memberontak.
"Lepaskan aku!!!" dia berteriak dan terisak, aku tidak menyangka dia bisa menangis sehisteris ini.
Perlahan dia tidak memberontak lagi, aku juga tidak seerat tadi memeluknya. Tapi Raisa langsung kabur dan masuk ke mobilnya, aku tidak bisa menghalanginya lagi, dia memacu mobilnya dengan sangat cepat. Aku khawatir dengannya, tapi aku percaya Raisa tidak seceroboh itu.
Aku kembali ke cafe, melihat Luna yang sedang memandangiku didepan pintu cafe.
"Kekasihmu ?" Dia memeluk lenganku lagi Sambil berjalan menuju meja.
Aku tidak menjawab apapun, aku juga tidak tau apa hubunganku dengan Raisa sekarang. Tapi aku benar-benar ingin memilikinya.
"Makanlah, setelah ini aku akan mengantarmu pulang"
"Baiklah, tapi kamu juga harus makan"
"Aku kenyang"
"Jika kamu tidak makan, aku juga tidak mau makan"
"Terserah jika kamu tidak ingin memakannya, tapi kamu bisa pulang sendiri nanti !"
"Dave, kenapa kamu berkata seperti itu ? kenapa kamu tidak selembut dulu ? Kenapa kamu sedingin ini denganku Dave ?" Luna sedikit berteriak ketika mengatakan aku orang yang dingin.
"Bukankah kamu yang mengajarkan semua ini" Aku berlalu meninggalkan Luna.
Pikiranku sangat kacau, kenapa aku tidak mengikat hubungan dengan Raisa dari awal. kenapa aku sebodoh itu!! aku marah dengan diriku sendiri!!
"Bas, kamu dimana ?"Aku menelfon Bastian, tiba tiba saja aku ingin mengatakan semuanya kepadanya.
"Aku sedang dikantor Ayahku, aku akan mengikuti meeting setengah jam lagi. Ada apa Dave ? suaramu terdengar seperti wanita menangis"
"Datang ke apartemenku nanti setelah kamu selesai meeting."
"Baiklah"
Aku pulang ke apartemenku, dan berenang agar sedikit mendinginkan pikiranku. Sudah satu jam lebih aku berenang dan berendam, tapi pikiranku masih sama saja.