Chereads / Imperfect relationship / Chapter 8 - 8#Bramantyo family party

Chapter 8 - 8#Bramantyo family party

Aku tidak tau seberapa jauh tempat acara tersebut diselenggarakan, tapi mamah bilang mungkin akan memakan sedikitnya tiga puluh menit.

Meskipun ada mamah dan papah disampingku, tapi jika mereka sibuk dengan ponsel masing masing, aku tetap merasa kesepian didalam mobil. Jika saja ada kak Raka, pasti rasanya sangat berbeda. Setiap menghadiri acara jika mengharuskan satu keluarga ikut, aku berada satu mobil dengan kak Raka dan Mamah papah berada dimobil yang berbeda.

"Mah kenapa kak Raka ngga ikut juga sih mah ?" kalimat pertama ku untuk memecahkan keheningan.

"Nanti kalau sempat kakakmu akan menyusul" tanpa mengalihkan pandangan dari ponselnya mamah merespon pertanyaanku.

Mobil berhenti tepat didepan pintu masuk hotel Horizon. Hotel yang sangat mewah tempat dimana acara acara penting sering diselenggarakan, Aku juga sering diajak mamah dan papah menghadiri acara di hotel ini, sepertinya mamah pernah bilang hotel ini milik keluarga besar Bramantyo, dan salah satu pewarisnya seniorku dikampus.

Banyak sekali tamu yang diundang, beberapa juga banyak orang yang aku sering temui dikampus.

"Selamat datang Tuan Dinata" Seseorang bertubuh sedikit gempal datang dan berjabat tangan dengan papahku.

"Selamat ulang tahun Tuan Bramantyo, senang sekali bisa hadir diacara ulang tahun anda"

"Selamat malam Raisa, masih ingat Tante ?" wanita cantik yang menggandeng lengan Tuan Bramantyo.

"Selamat malam Tante Wika, Mana mungkin Raisa bisa lupa dengan Tante Wika yang selalu hangat dengan Raisa."

"Nyonya Dinata, anda terlihat sangat awet muda"

"Terimakasih nyonya Bramantyo, Anda juga sangat mempesona malam ini."

Jujur saja ini membuatku sangat bosan. Aku meninggalkan mereka berdua untuk berbincang, aku pergi ke balkon mencari udara segar. Jika saja ada kak Raka mungkin aku tidak akan menjadi sebosan ini.

"Selamat malam nona Raisa" suara lelaki yang berjalan mendekatiku.

"Selamat malam malam tuan Bastian." aku berbalik dan melihat Bastian Bramantyo berdiri didepanku sekarang.

"Apa kabar nona Raisa ?"

"Baik, anda sendiri bagaimana kabarnya ?"

"Jika kabar saya tidak baik, saya tidak akan berani menemui nona Raisa."

Aku hanya melempar senyum padanya.

"Apakah nona Raisa mau ikut dengan saya, ada tempat tersendiri untuk tamu tamu yang masi muda seperti anda."

Sepertinya lebih baik aku mengikuti Bastian ini, daripada bosan sendirian disini.

"Baiklah tuan Bastian" Berjalan berdampingan dengan Bastian menuju tempat tersebut.

Ruangan tersebut tidak jauh dari tempat sebelumnya. Aku masi berdampingan dengan Bastian. Menurutku tempat ini lebih mirip dengan Bar untuk kalangan atas, tempat yang sangat mewah.Bastian masi saja berjalan seperti menuju ke suatu tempat.

"Raisaaaa!!" suara yang tidak asing memanggilku dari arah meja bar.

"Vanya, Desy !" ternyata mereka berdua juga berada disini.

"Aku hampir tidak mengenalimu, ini seperti bukan kamu. kamu sangat cantik malam ini"

"Mamahku yang mengatur semuanya untukku"

"Maaf nona Vanya, tapi hari ini nona Raisa adalah tamu saya" Sambil mengisyaratkan untuk segera mengikutinya.

"Vanya, Desy nanti kita lanjutin, bye" melambaikan tangan dan segera mengimbangi Bastian.

"Silahkan masuk, anda bebas memilih mana saja yang ingin anda minum"

Ternyata tempat penyimpanan anggur pribadi milik keluarga Bramantyo. Ada beberapa orang juga didalamnya, entah apa tujuannya Bastian mengajakku kesini, dan aku juga masi mengikutinya.

Sambil melihat lihat beberapa anggur, mataku tertuju kepada seseorang yang sedang duduk melamun dipojok ruangan.

"Sial!! itu benar Davian, kenapa aku bisa lupa kalau Bastian adalah teman baik Davian" gumamku dalam hati.

"Silahkan duduk, aku akan membawakan anggur terbaik untukmu nona Raisa"

"Terimakasih tuan Bastian"

Aku duduk dengan tenang, sambil merasakan suasana tenang di ruangan ini. Ada beberapa orang lagi selain aku, Bastian dan Davian.

"Raisa!!" seseorang berjalan cepat menghampiriku.

"Ada apa ?" singkatku tanpa melihatnya. seseorang yang memanggilku adalah Davian, aku tidak ingin lagi menemuinya.

"Apa kau masih marah denganku ?"

"Atas alasan apa saya marah kepada tuan Davian ?"

"Raisa apa kau benar benar sudah lupa ? bagaimana jika aku mengingatkanmu dengan kesalahan terakhirku, tapi kukira kau juga menikmatinya waktu itu. apakah itu bisa dikatakan sebuah kesalahan ?" kali ini Davian dengan beraninya berposisi seperti ingin menciumku seperti waktu itu.

"Maaf tuan Davian, tapi malam ini nona Raisa adalah tamuku" sambil membawa satu botol anggur dan dua gelas anggur.

"Bas, lalu kenapa kalau dia tamumu. Aku mengenalnya, apa aku salah berbicara dengannya ?"

"Dave, sopan lah sedikit. disini ada beberapa orang mengawasi kita. Bagaimana jika kita mulai minum saja, aku sudah membawakan anggur tahun 89" tanpa diberi aba aba Bastian menuangkan anggur. "Untukmu nona Raisa"

"Terimakasih tuan Bastian"

"Raisa jangan minum"

apakah Davian sedang mengingatkanku ? tapi aku tidak peduli. aku menenggak anggur nya sampai habis lalu berdiri dan berpamitan.

"Terimakasih tuan Bastian, saya sangat menyukai pesta dan anggurnya. Saya rasa hari ini cukup. Selamat malam."

"Minumlah beberapa tenggak lagi, aku yakin akan membuatmu nyaman"

"Bas hentikan" Davian meneriaki Bastian

"Baiklah tuan Bastian tolong isi penuh gelas saya, setelah itu izinkan saya pulang" aku meminumnya kembali sampai habis. Ketika berjalan menuju pintu rasanya kepalaku pusing sekali. Aku bersandar didekat pintu huff untung saja tidak sampai terjatuh.

"Raisaa!! kamu sudah mabuk ?" sambil memegang pundakku.

"Davian lepasin aku mau pulang" berdiri dengan tidak stabil.

"Arrghh brakkk!!"

Mencoba berdiri dengan stabil aku berjalan terhuyung-huyung dan jatuh. Karena aku akan terjatuh tanganku refleks menarik baju Davian, bermaksud agar aku tidak terjatuh tetapi malah aku terjatuh bersamanya.

Dia jatuh tepat diatas tubuhku, kenapa aku bisa sesial ini. Davian menatapku beberapa saat.

"Raisa kamu cantik sekali" setelah mengatakannya Davian tiba tiba saja menciumku.

"Umm lepaskan!!" berusaha melepaskan ciumannya dan memukul tubuhnya tapi dia tidak peduli bahkan semakin menggila saja ciumannya. Aku hampir tidak bisa bernafas, Davian merasakan nafasku yang terengah-engah, melepaskan ciumannya dengan sangat lembut.

"Maaf, aku tidak tahan"

"Minggir, brengsek!!" aku lagi lagi hampir terjatuh.

"Aku akan mengantarmu pulang." sambil memakaikan jasnya kepadaku.

"Tidak perlu" menepisnya.

Dia tidak mengatakan apapun dan tetap memakaikan jasnya, aku seperti terhuyung kembali kepalaku benar benar pusing. Davian menggendongku, aku tidak berontak, karena jika aku berjalan aku akan mempermalukan diriku sendiri.

Dia membaringkanku didalam mobilnya. Aku masih sadar tapi memang benar benar pusing. Sepanjang perjalanan menuju rumah sesekali dia mengusap rambutku. Jantungku berdegup kencang, aku takut dia juga menyadarinya. Saat mobil berhenti aku berusaha bangkit.

"Kenapa bangun ?" Davian berusaha membaringkanku kembali. "Kamu tidak perlu bangun, aku akan mengantarkanmu sampai ketempat tidurmu." kali ini dia tersenyum aneh.

"Aku hanya sedikit mabuk, bukan lumpuh!"

"Sudahlah, malam ini kumohon biarkan aku menggendongmu sekali lagi" tanpa meminta persetujuanku dia langsung menggendongku.

"Davian brengsek!! turunin aku"

Dia tetap tidak bergeming.

Dia benar benar menggedongku sampai tempat tidur. Setelah membaringkanku dia mengusap rambutku dan mencium keningku, aku langsung memalingkan wajahku, aku yakin kali ini pasti wajahku sudah memerah.

"Raisa, aku pulang dulu ya" bisikan ini membuatku merinding saja.

Setelah Davian keluar dari kamarku, bibi masuk membawakan jus untukku

"Nona Raisa, ini jus yang disarankan tuan Davian" meletakan diatas meja dekat tempat tidurku.

Setelah meminum jus tersebut aku sedikit merasa badanku tidak selemas tadinya, tapi malam ini sudah cukup, aku lelah sekali. Aku tidur dan masih menggunakan gaun pesta tadi.