Pagi hari yang sangat cerah mewakili hatinya yang sangat senang. Hari ini adalah hari pertama gadis cantik itu memasuki sekolah barunya. Sudah tigga hari keluarga Mahlewi pindah ke Jakarta. Gadis bernama Indira itu sangat senang ketika keluarganya memutuskan untuk pindah ke Jakarta tepatnya di Kota H.
Indira bergegas menuju ruang makam. Disana sudah ada kedua orang tuanya dan juga kakaknya.
"Pagi semua," sapa Indira sambil tersenyum.
Semua orang tersenyum dan menoleh ke arahnya. Namun tiba-tiba senyum mereka pudar.
"Ra, kenapa rambutmu kusut sekali. Apa kau tak mencuci rambutmu? Ini hari pertamamu sekolah. Kau harusnya merubah penampilanmu. Dan apa itu? Kenapa warna kulitmu berbeda? Kau tidak merencanakan sesuatu kan?" tanya Sinta.
"Ma, aku memang tak mencuci rambutku. Soalnya malas. Dan satu lagi airnya dingin. Dan untuk yang satu itu. Aku tidak akan menjawab Ma," ucap Indira.
"Lihat penampilanmu itu ira. Bajumu juga kusut. Kau tak menyetrikanya," sambung Darma.
"Ayah, aku malas melakukan nya. Lagi pula capek baru pindahan," jawab Indira sambil mengambil roti isi miliknya.
"Kalau kau tak berubah. Pasti jadi perawan tua," ejek Sultan.
"Bukan aku yang jadi perawan tua. Tapi kakak yang jadi perjaka tua," ucap Indira sambil tersenyum dan menjulurkan lidahnya.
Sultan sangat jengkel melihat adiknya. Kalau bukan adiknya, pasti sultan sudah membuang ke Afrika.
"Semuanya, aku berangkat dulu, Bye," ucap Indira sambil meninggalkan keluarganya yang tengah menikmati sarapan nya.
Keluarga Mahlewi tinggal di perumahan elit di kota H. Indira sebenarnya tak mau tinggal di kawasan itu. Alasan nya cuma satu. Dia tidak menyukai tempat sepi.
Indira keluar rumah menuju sekolah barunya dengan berjalan kaki. Jarak antara sekolah dan rumahnya tidak begitu jauh. Semua orang yang berpapasan dengan Indira menatap heran penampilan Indira.
Rambut berantakan. Wajah polos kusam tanpa perawatan, baju yang kusut dan juga penampilan yang aneh. Indira memakai celana olahraga sebelum memakai rok sekolahnya. Karena menurutnya rok sekolahnya sangat pendek. Dia memakai sepatu Sneaker dan juga jaket biru kebesarannya. Dan yang lebih mengherankan lagi dia tak membawa buku sama sekali. Yang dia bawa adalah ponsel dan juga uang 50 ribu di sakunya.
Indira terus berjalan sambil mengunyah permen maret dan memasukkan tangan ke dalam kantong jaketnya. Karena cuaca hari ini sangatlah dingin. Dia kemudian berhenti di depan sekolahan elit yang bernama SMA Harapan.
Semua siswa memandang aneh ke arah Indira. Sekolah elit seperti ini dimasuki oleh seorang gelandangan seperti Indira. Mereka semua mengira Indira adalah seorang gelandangan.
Bug
Tiba-tiba Indira menabrak seseorang di depan nya. Dia tak melihat orang itu karena terlalu asik melihat sekitar sekolah barunya.
Indira jatuh ke tanah. Bajunya pun kotor. Langsung saja Indira berdiri. Dia ingin memaki orang di depannya. Orang yang ditabrak pun berbalik arah. Mereka saling menatap satu sama lain.
"Kau menabrak ku," ucap Joe sambil menyemprotkan seluruh tubuhnya dengan anti bakteri.
Indira mengernyitkan dahinya. Dia heran melihat orang di depannya.
"Kau berhenti mendadak. Dan apa itu? Kau menyemprotkan anti bakteri itu kepadamu. Hallo, aku bukan kuman." Ucap Indira.
Orang yang ditabrak oleh Indira adalah Joe. Joe melihat penampilan gadis di depannya dari atas sampai bawah. Dia bergidik ngeri dan jijik.
"Kau memang kuman yang pantas di enyahkan. Lihat penampilanmu yang sangat tidak bersih sama sekali. Membuatku ingin muntah." Ucap Joe sambil menyemprotkan anti bakteri ke arah gadis di depannya.
"Hei, apa yang kau lakukan? Singkirkan benda itu dariku,"teriak Indira sambil melindungi wajahnya nya dengan semprotan anti bakteri tersebut.
Semua siswa dan siswi yang sedang berjalan menuju kelasnya berhenti ketika mendengar teriakan Indira. Mereka berkumpul menyaksikan kejadian itu.
"Sial! Semua pada kesini! Ini orang rada gila kali ya! Aku harus cari cara supaya bisa kabur darinya. Kalau begini terus wajah dan rambutku bisa basah," batin Indira.
Indira memikirkan cara supaya orang di depan nya berhenti menyemprotkan anti bakteri kepadanya. Lagi pula dia bukan kuman yang harus di basmi. Tak lama kemudian dia mendapat ide untuk menghentikan orang tersebut.
Indira maju kedepan. Dia menginjak kaki orang itu dengan keras. Seketika, alat semprot itu jatuh kebawah.
"Gadis menyebalkan. Dia menginjak sepatu mahal ku. Lihat lah sepatunya, pasti itu sangat kotor," batin Joe sambil meringis kesakitan.
"Sakit kan! Lebih sakit mana. Dihina sama diinjak. Kata-katamu harus di saring dulu bung. Ganteng-ganteng aneh. Dasar gila kebersihan." Sambil menyenggol bahu Joe dan langsung pergi.
Joe langsung menyemprotkan anti bakteri di bahu yang di senggol oleh gadis itu. Dia mengeluarkan ponselnya untuk mengetik pesan dan mengirimnya pada seseorang seseorang untuk membawa sepatu ke sekolahnya.
"Gadis kuman yang menyebalkan, seharusnya dia enyah dari muka bumi ini," gumam Joe sambil melihat gadis itu pergi.
Joe bergidik jijik melihat sepatunya yang kotor. Dia sungguh tak tahan. Semua siswa masih berkumpul melihatnya. Satu sekolahan semua kenal dengan Joe. Banyak siswa putri yang ingin menjadi pacar Joe. Walaupun mereka tahu Joe playboy, tapi mereka tetap gencar mengejar Joe. Joe mendengar semua siswa berbisik-bisik dan menatap nya. Dia menghela nafas kasar. Hari ini hari yang sangat sial untuknya.
"Bubar! Ini bukan pasar," teriak Joe menggema.
Semua siswa langsung bubar. Lagi pula mereka tak ingin pujaan hati mereka marah kepada mereka.
"Sial! Siapa gadis itu? Merusak hariku saja. Lihat sepatuku! Warnanya jadi seperti ini. Aku tak tahan memakainya. Kenapa juga Antonio lama sekali?" gumam Joe sambil berjalan ke arah taman.
Sedangkan Indira merasa sangat kesal. Hari pertama masuk dia disambut dengan hadiah semprotan anti bakteri. Wajah dan jaket kebesarannya basah semua. Untung seragamnya tak basah. Sekarang dia berada di dalam toilet. Dia membersihkan dirinya sambil bergumam tak jelas.
"Hais, Basah semua. Oh Tidak! Rambutku kenapa jadi begini? Lupakan, sekarang aku harus mencuci muka ku. Awas saja! Orang gila itu nanti akan ku balas.
Indira membasuh kasar wajahnya. Dia mengibas-ngibaskan rambutnya yang basah. Tiba-tiba ada 2 orang siswa yang datang. Mereka langsung menjerit karena melihat rambut Indira yang menutupi wajahnya.
"HANTU!" teriak mereka bersama dan lari keluar toilet
Indira membenahi rambutnya. Dia melongo tak percaya. Dirinya di kira hantu.
"Menyebalkan! Kalian yang hantu," ujar Indira.
Kini penampilan Indira sudah lebih baik. Walaupun penampilan nya tidak rapi tapi wajahnya sangat cantik. Indira berjalan menuju ruang guru. Para siswa laki-laki terpesona akan kecantikan Indira.
Tadi sebelum berangkat ke sekolah wajah putih Indira di semprot dengan warna kulit sawo matang. Agar terlihat kusam. Dia sengaja melakukan nya untuk melihat respon para siswa.
Karena banyak rumor yang mengatakan. Bahwa sekolah elit ini banyak kasus bully terhadap siswa yang berpenampilan jelek dan mendapatkan beasiswa. Namun, rencananya gagal gara-gara orang gila yang tak jelas itu.