Bian memperlambat laju mobilnya ketika melihat sosok gadis dengan tinggi badan sedang semampai, berkulit kuning langsat, rambut hitam diikat pony tail, memakai trening dengan kaos lengan panjang maroon ditarik sampai kesiku.
Bian bisa melihat dengan jelas senyum yang tercetak dibibir gadis cantik yang sedang berjalan berlawanan arah dengan laju mobil yang dikendarai bersama sang kekasih didalamnya, yang sedang sesekali bercanda dengan temannya.
Gadis yang sudah beberapa minggu ini mengisi otak Bian dan berhasil membuat Bian tak bisa bila tak sehari pun tak menyempatkan diri untuk bertemu dengannya.
Walau hanya sebatas memandang dari kejauhan seperti saat ini. Ia cukup bahagia melihat gadis itu dari balik kaca mobilnya.
"Kamu cantik Di" rapal Bian dalam hati. Sampai mobil nya melewati gadis itu. Bian tetap mencuri pandang kearah gadis itu melalui kaca spion.
Sampai, "KAMU LIAT APA SIH!?" Jerit sang kekasih yang duduk dikursi penumpang sambil memegang keningnya.
Mendadak Bian menginjak rem sampai kepala Alisa, sang kekasih terbentur dashboard mobil dan menjerit membuat Bian gelagapan.
Selain syok mendengar jeritan sang kekasih, Bian pun kaget karena tak sengaja telah menabrak seekor kambing yang sedang menyebrang bersama gerombolannya.
"Tuh kambingnya ganti" Ucap Alisa kesal
"Turun sana kamu" Alisa mendorong tubuh Bian agar turun dan bertanggung jawab atas nasib buruk yang menimpa sang kambing.
"Iya bentar" Jawab Bian lesu karena masih kaget atas kecelakaan konyol itu.
"Aduuuhh Ian. Emang kemana aja mata nya sampe gak liat rombongna kambing yang lagi nyebrang?" Suara seorang laki-laki menyambut Bian yang baru turun dari mobilnya.
"Ini kambing siapa?" Tanya Bian pada Eko sang sahabat sambil menunjuk pada seekor kambing yang telah tergeletak bersimbah darah.
"Bang Abdul kayanya" Jawab Eko yabg terkekeh melihat Bian Bergidik ngeri melihat bangka kambing korbannya itu.
"Ganti Ian" Sahut Ezar, teman Bian yang lainnya.
"Lo urus. Bilang maaf gw gak liat gitu" Ucap Bian seraya menyerahkan beberapa lembar uang berwarna merah kepada kedua temannya.
"Kalo kurang tolong talangin dulu. Tar gw transfer" Sambung nya.
"Makanya kalo lagi nyetir konsen liat ke depan jangan kesamping mulu" Goda Ezar.
"Hah?" Bian melongo
"Huh Hah Huh Hah" Jawab Eko kekikik, "Gw tau lo tadi pasti fokus kearah kanankan karena liat si cantik lewat?" Ucap Eko seraya memainkan kedua alisnya.
Bian tak mampu menutup senyum samar dari bibirnya. Bian pun memainkan bibirnya untuk menutupi groginya karena alasan kecelakaan konyol ini bisa ditebak dengan tepat oleh teman-temannya.
"Dari mana dia?" Bian bertanya kepada kedua temannya yang sedang nongkrong diwarung dekat minimarket.
" Dari Alfa**rt, beli mie instan atau apalah itu gw gak terlalu merhatiin " Jawab Eko
"Gw yang bayarin tadi" Sambung Ezar dengan senyum licik.
"Jangan sok-sokan lo! Duit masih minta baba lo aja sok-sokan bayarin Diandra!" Jawab Bian ketus dan disambut tawa keras oleh kedua nya.
"SMS berapa gw ganti sekalian duit kambing" Ucap Bian seraya menuju mobil karena Alisa sudah teriak memanggil Bian agar kembali kedalam mobil dan meneruskan perjalanan mereka yang tertunda.
"Lama amat ketimbang ngasih uang ke Eko sama Ezar aja juga!" Ucap ketus Alisa yang merasa kesal karena hany untuk urusan itu saja Bian harus berlama-lama mengobrol dengan teman-temannya itu.
Yah, Alisa memang tak pernah menyukai teman-teman Bian dengan alasan, teman-teman Bian pun tak pernah suka dengan Alisa. Dengan berbagai macam alasan.
Itulah yang menyebabkan perasaan Bian lambat laun mulai memudar terkikis hampir habis untuk Alisa.
Bian memutar mata jengah, "selalu" cicit Bian hampir tak terdengar menanggapi sinisme sang kekasih kepada teman-temannya.
Alisa pun mulai berkoar dengan semangat 45 menyampaikan ketidak sukaannya kepada teman-teman Bian.
Bian terlalu malas menanggapi sang kekasih yang terlalu mengekang kedekatan dirinya dengan para sahabat sedari kecilnya itu.
"Udah sih... Emang kamu gak cape apa selalu ngomel kalo aku lagi kumpul sama temen aku?!" Saut Bian ketus dan berhasil membuat Alisa makin kesal.
************************
"Tadi kayanya dimobil Fortuner Hitam bang Bian deh Kak Di" Ucap Ziya. Temanku yang hanya beda usia satu tahun tapi karena perawakannya yang mungil ia memanggilku dan yang lain kakak.
Aku senang, karena aku merasa memiliki adik sungguhan. Yah, aku anak tunggal jadi aku banyak menganggap teman-temanku sebagai adik dan kakakku seperti Ziya dan Ka Oci yang sudah ku anggap kakak dan adikku sendiri. Sama halnya mereka terhadap ku.
"Masa? emang Bian punya mobil?" Aku malah balik bertanya
"Ck. Lo mah parah. Kemaren gak tau nama, sekarang gak tau kalo bang Bian punya mobil" Jawab Ziya jengah.
Aku tertawa, "Mana gw tau Zi... Kan selama ini gw cuna liat dia bawa motor kalo lagi ngajak pergi dan main ketempat singgah" yang mendapat anggukan persetujuan dari Ziya.
"Mana mie nya?"
Suara cempreng menyambut kami dirumah singgah.
***************
Bersambung...