"Fuck" Sunggut Bian.
"Aaarrggggg!" Teriak Bian dibarengin dengan bunyi benda jatuh dari sebuah kamar yang ada diapartmentnya.
Yah, Bian mempunyai tempat tinggal tersendiri yang memang ganya beberapa orang yang tahu tentang itu. Ini adalah tempat persembunyian Bian. Tempat dimana dia biasa menghabiskan waktunya, dan menyalurkan perasaannya. Walau, ia masih pulang kerumah orang tuanya.
"Dont leave me Di" Lirih Bian sambil mejambak rambutnya dengan kedua tangan kokohnya.
Bian mendesah berat, mencoba mengistirahatkan matanya. Menenangkan pikirannya yang entah kenapa menjadi kalut mendapati Diandra yang sadar akan statusnya yang sudah memiliki calon istri.
------------------------
Flash Back
"Siapa tuh?" Ucapa Abrar seraya berdiri dari duduknya pada sebuah kursi kayu disebuah warung kecil dekat Kantor Desa.
"Beeuuuhh bening!"
"Yang dibonceng cakep bener! Mulus! Bukan anak sini kayanya"
"Masuk kearah rumah lo Ian"
Mendengar celotehan teman-temannya, Bian pun menoleh. Dan mendapati dua orang gadis sedang mengamati keadaan didepan mereka disebelah gapura Desa yang bertengger menandai jika mereka sudah sampai didesa yang menjadi tujuan mereka.
Bian menarik sudut bibir keatas dengan amat samar. Sampai tak akan pernah ada yang menyadari bahwa Bian tersenyum melihat gadis dengan balutan jeans abu,kaos abu dibalut dengan outer denim abu pula yang sedang berdiri mengahadap jalan raya mengarah padanya tapi sayang, tatapannya tidak mengarah pada Bian.
Biar mengusap bibirnya dengan jari, menandakan emosinya yang berubah setelah melihat gadis itu.
"Ayo kerumah gw" ajak Bian kepada teman-temannya.
"Tapi acara dirumah lo belum beres Ian?" Cegah seorang teman.
"Gak apa-apa, santai" Ucap Bian
Mereka mengekori Bian menuju tempat tinggal sang Ayah. Sambil sesekali melirik kepada gadis asing yang mencuri perhatiannya.
Entah sedang pada gadis itu? kenapa mengamati kantor desa sampai pada setiap titik sudut kantor desa? ada urusan apa? Bian membatin.
Flash Off
----------------------
Kreeett
Suara pintu terbuka. Bian yang menang sedang berada dikamar mandi tak mendengar suara pintu apartmentnya dibuka oleh seseorang.
Bian keluar dari kamar mandi dan hanya melilitkan handuk berwarna hitam untuk menutup bagian bawah tubuhnya.
"Sayang, aku kangen"
Bian terkejut mendapati suara seorang perempuan menyambutnya, dan memeluknya dari belakang.
"Kamu disini? Emang gak kerja?" Jawab Bian dingin
Sang perempuan berdecih, "Aku kangen kamu, dua minggu setelah lamaran kamu belum ketemu aku dan berkasih sama aku"
Ucap wanita cantik itu dengan nada manja dan genit menggoda Bian.
Bian mengangkat sebelah alisnya. Bian jengah. Hubungan nya dengan Alisa memang dulu berjalan berdasarkan rasa cinta tapi entah kenapa sampai pada saat Bian diminta menikahi Alisa, Bian merasa gamang akan keputusan itu.
"Terus kalo kangen kamu mau apa?" Bian berbalik dan menatap Alisa, menyingkap rambut Alisa menyilipkannya kebalik telinga.
Alisa merona, "Aku mau kamu" Senyum simpul menghias wajah Alisa dan tangannya mulai aktif menyusuri bagian dada Bian yang memang tak tertutup benang sehelaipun.
Bian meremang. Walau sekarang perasaan Bian pada Alisa berubah sedikit, tapi tak bisa dipungkiri sentuhan wanita itu mampu membuat hasrat lelakinya bangkit.
Tubuh Bian merespon sentuhan Alisa. Tangan Bian pun ikut aktif mereba setiap bagian tubuh Alisa yang masih terbungkus kain itu.
Hingga Alisa bergetar ketika tangan Bian mulai meremas lembut bagian depan tubuhnya yang membusung.
Desahan halus lolos keluar dari bibir tipis Alisa. Ia menggeliat menerima setiap sentuhan lembut Bian. Mendesa pada setiap remasan manja Bian. Sampai akhirnya ia mengadahkan kepala dan disambut lumatan kecil pada bibir tipisnya.
Tangan Alisa menyusup pada rambut hitam Bian. Meresapi setiap sentuhan tangan biannyang mulai menyusup dibalik baju yang Alisa kenakan.
Bian menyentuh setiap inci kulit Alisa, menyusuri lembutnya punggung sang kekasih. Sambil mengecap manisnya bibir sang kekasih, dan "Tanda yang kemarin belum hilang?" ucap Bian lirih dengan mata berkabut ia menatap Alisa.
"Iya, tambahin lagi tandanya sayang!" Pinta Alisa
"Hhmm" Bian mengendus.
Mulai membuka tiap kancing baju sang kekasih dengan bibir kembali bertaut dan lidah saling membelit. Tangan kanan masih meraba bagian belakang tubuh Alisa dan berhasil membuka kancing penjaga dibelakang sana dibarengi dengan terbukanya kancing bagian depan baju Alisa.
Bian meremas lembut gundukan sintal milik kekasihnya. Alisa meremang, pangutan bibir Bian berpindah. Mengemut bagian kecil pada gundukan sintal itu.
Tangan Alisa meremas rambut Bian gemas. Bian menghisap gundukan itu seperti seorang bayi yang lama tak mendapat ASI dari sang ibu.
Bian membawa tubuh sang kekasih keatas kasur, ia mulai kembali menghisap, meraba, meremas bagian tubuh lain sang kekasih.
Nafasnya menderu, matanya berkabut. Sampai desahan demi desahan keluar dari bibir mereka. Pasangan kekasih yang sedang mengecap madu kasih.
Sampai akhirnya Bian melepas pungutan pada dada sang kekasih dan berlari cepat kekamar mandi.
********************
bersambung