Tepat seminggu aku beserta teman-temanku menetap disini. Dan, agenda kegiatan KKN kami selama seminggu ini berjalan dengan sangat lancar. Kami sangat bersyukur.
Hari ini kami melakukan kegiatan donor darah dan pengecekan golongan darah. Dan melibatkan para siswa SD, SMP, dan SMK disini serta para Ibu-ibu PKK, Staf desa, dan Ibu-Bapak warga setempat.
Dimeja depan bagian registrasi, "Gimana Sri Putri, udah siap form tamu dan peserta?". Tanyaku pada kedua teman ku yang bertugas mencatat register para tamu dan pendonor yang hendak mengikuti kegiatan donor darah dan pengecekan golongan darah ini. "Beres dong, lo kan bawel. Semua harus perfect". Seru Putri.
Yah, aku memang tidak pernah mau melakukan satu hal setengah-setengah. Semua harus rapih, terkontrol, dan sempurna. Dan mereka paham akan sifatku itu. "Bagus, gitu dong kalo kerja jangan setengah-setengah. Harus ikhlas dan sepenuh hati". Ucapku sambil mengacungkan dua jempol pada mereka dan dibalas dengan bentuk Ok dengan jari oleh mereka berdua.
"Itu Mbak Diandra? Cantik yak?! yang sering di ajak-ajak Bian". Ucap salah satu ibu yang sayu terdengar olehku.
"Iya cantik, pantes Bian nempel terus. Cantikan Mbak Diandra daripada calonnya Bian". Jawab salah satu Ibu lainnya.
Sontakku meloneh pada kedua Ibu yang sedang menilaiku, "Calon?" Tanya ku dalam hati.
Astagfirullah. Aku ingat, jangan-jangan yang waktu itu lamaran Bian. Aku kembali mengingat waktu awal aku beserta teman ku kesini dan yah, pada saat itu sedang ada acara lamaran anak bujang Pak Sekdes yang tak kusangka adalah Bian. Laki-laki yang sekarang ini memperhatikanku.
Kesal? Jangan ditanya!. Aku tarik napas dalam mencoba menetralisir emosiku supaya tak mempengaruhi kegiatan ku nanti.
"Huuuuhhh, dasar buaya!" Ucapku dalam hati. Ku berjalan menuju ruangan tempat ngambilan darah akan dilangsungkan, dan bertemu Ka Oci, "kenapa? ditekuk-tekuk begitu mukanya?". Tanya Ka Oci yang menyadari moodku yang tak baik.
"Kesel Ka!" Jawabku ketus
"Iya, tapi kenapa? Sri sama Putri ngeyel?".
"Enggak, mereka tumben nurut hari ini".
"Terus?". Ka Oci membalikan badan menghadap padaku.
"Bian udah lamaran. Mau nikah kaya nya".
"Hah? masa?". Seru Kak Oci tampak tak percaya. Yah, aku pun menolak percaya. Jujur, rasa bahagia mulai muncul ketika Bian memberikan perhatiannya padaku. Seperti saat pagi itu,
"Selamat Pagi Diandra Cantik". Bunyi pesan yang kuterima dari Bian.
"Pagi Bang Bian, pagi-pagi udah SMS. Emang gak siap-siap berangkat kerja?".
"Aku baru mau balik. Masuk malam nih. Eh kamu mau aku bawain apa buat sarapan?".
"Apa ya? Gak usah lah bang. Gak enak ngerepotin terus".
"Enggak dong, gak ngerepotin... Masa sama kamu yang spesial aku repot sih.."
Baper? Pasti sangat baper. Aku orang yang tak pernah mengenal cinta, bahkan untuk sekedar menaruh rasa kagum pada lawan jenis pun jarang dan sekarang mendapat perhatian walau mungkin menurut temanku yang lain yang lebih sering memiliki hubungan dengan lawan jenis menganggap ini biasa. Tapi bagi ku ini luar biasa. Dan pasti, ku tak akan pernah mampu menolak dan mengabaikan detak jantungku yang melantunkan irama cinta. Serta, ku tak mampu menampik bahagia yang dia suguhkan saat ini.
"Iya Kak, tadi ibu-ibu di depan ada yang ngomongin gw gitu! Terus bikang kalo gw yang suka dibawa-bawa Bian.! Terus bilang Bian udah lamaran! iihh kaya jahat gw Kak, mau sama orang yang udah mau nikah.!" Ucapku marah.
"Emang lo mau sama Bian? Lo suka sama Bian? Bisa suka cowo juga ternyata Diandra" Jawab Kak Oci terkekeh geli.
"Iiihhh Kaaaaaaaaakkkk. Jangan ngeledek!" ucapku kesal.
Aku memang orang yang kurang peka terhadap laki-laki. Normalnya seorang pwrumouan akan berterima histerus jika melihat mereka para laki-laki tampan. Tapi tidak dengan ku. Aku akan secara profesional menilai seseorang. Jika mereka good looking akan aku utarakan, dan jika mereka dibawah standart aku akan diam. Karena dinilai melalui fisik itu tak baik, dan akan melukai hati si pemilik fisik. Aku merasakan itu.
"Yah udah jauhin, jangan ribet ah.. Jangan galau. Mungkin Bian deketin lo karena dia pikir lo polos". Saran Kak Oci.
"Susah Kak, aku suka diperhatiin Bian". Ucapku dalam hati karena aku tak mampu mengutarakannya langsung pada Kak Oci.
Kak Oci adalah salah satu teman satu kras ku yang memiliki usia dewasa. Sangat wajar jika dia sering memberi kami masukan-masukan masalah percintaan.
Aku lebih sering menjadi pendengar, karena jujur ini lah kali pertama aku merasa perasaan indah ketika mendapat perhatian lebih dari lawan jenis. Ini pula kali pertama aku mendapat hantaman gelombang aneh namun penuh dengan kebahagiaan jika berdekatan dengan lawan jenis.
Dan dia adalah Bian. Laki-laki yang ternyata telah memiliki calon istri dan akan segera menikah.
"Oh, jadi ini yang nama nya Diandra". Suara seorang perempuan yang berhasil membuat ku dan Kak Oci menoleh pada sumber suara dan ku dapati tatapan sinis dari si empunya suara.