Chereads / Y.O.U / Chapter 4 - Sun Rise

Chapter 4 - Sun Rise

"Woooaamm" Akupun menggeliat,merah-raba sisi kanan dan kiri ku dan ternyata sudah tidak ada teman-teman sekamar ku disana. "udah pada kemana? tumben?!" aku mendudukan diri sambil berpikir dan, "Astagfirullah Sholat subuh" segera ku bangkit menyambar handuk dan berlari menuju kamar mandi.

"Cepet wooiii lo manda kaya perawan heran lama bener! Daki lo 5kg ya?" teriak ku kepada teman yang ada di dalam kamar mandi

"Iiihhh kebiasaan deh Diandra kalo udah bangun rusuh! tidur lagi sana lo, gw masih lama mandi nya!!" jawab Sofi dan Nia yang sedang ada didalam kamar mandi. "Lo mandi disumur balai desa aja sih ada Sri sma Ka Oci, Putri juga disana." Saran Nia.

"Dasar lo dou Daki." sungutku

Dan yang di dalam hanya tertawa.

"Tuh bocah berdua heran kalo mandi gak pernah cepet! Air nya di tanya dulu kali yak mau apa enggak dipake buat guyur badan dia, kalo gak mu di bujuk kaya nya air." Ocehku seperti orang gila sambil berkelakar.

"Buuuuggg". Malu, sungguh cuma malu yang kurasa saat badanku terjun bebas mencium aspal jalan depan rumah yang memisahkan rumah kontrakan dengan balai desa, dan terlebih malu adalah "Hahahahahahaha, makanya bangun subuh langsung sholat jangan misuh-misuh sendiri gak jelas kaya orang gila. Jalan gitu aja ampe jatoh." Ardi meneriaki serta menertawakan ku.

"Sini" kulihat lengan kokoh terulur kearahku mencoba membantu ku bangun, kutengok "aaahh abang" wajah ku memerah malu karena yang hendak membantuku bantu ku bangun adalah Bian. "Ya Allaaaaaaahhh.... Begini amat ya Allah." Runtukku dalam hati menyesali kecerobohanku.

"Makasih bang" Ku gapapai lengan kokohnya.

"Bangunin woi jangan cuma ketawa doang, sakiiit ini." omelku pada teman-temanku.

"Mau mandi ya?"

"Iya, Abang mau ke musholah ya?"

"Udah beres neengg... Sholat subuh nya nyalip Dhuha sih" jawabnya sambil tertawa kecil dan akupun cuma nyengir malu-malu kucing.

"Kamu mau mandi disumur belakang?" tanya nya sambil menunjuk kearah belakang balai desa. "Iya" jawabku sambil mengangkukan kepala.

"Sana buruan, mumpung rame ada temen kamu yang lain. Kalau sepi soalnya sering ada penampakan." "Nahh loh jiper gw" sungutku dalam hati.

"apa daahh, jangan suka nakut-nakutin entar saya keringetan terus bang." jawabku ketus.

"Hahahaaa"

"Diiiihh malah ketawa bikin kesel iihhh!." jawabku kesal sambil berlalu. Dan ternyata dia meraih lenganku sampai aku berbalik karena hentakan tangan nya yang kuat. "Mandi, sholat subuh abang tunggu di depan."

"Mau apa dah?" tanyaku

"Nyari uduk pake jengkol." Dan kami pun tertawa bersama.

"Wooiii mau nitip gak?? Gw mau beli uduk yang ada jengkolnya nih." teriak ku didalam rumah dab mendapat respon "Pagi-pagi belo uduk dimana dah Di?" Jawab Novi.

"Di abang es campur Vi, cepet mau nitip enggak?!" seru ku.

"Mana ada tukang es campur pagi begini Di." jawab Novi sambil memoleskan skincare pagi nya kekulit wajah cantiknya.

"Tuh tau!" sarkasku. "Hidup sekarang gak cuma harus cantik Vi, tapi pinter juga NOVI jangan telmi." Sungutku tak percaya gadis secantik dia tapi telmi nya Masha Allah.

"Eeehh iya yak." Jawabnya sambil berkelakar.

"Mau beli uduk dimana?" Tanya Kak Oci.

"Gak tau, diajak bang Bian Kak." Jawabku santai.

"Neng Siti, Neng Fitri kalian jadwal masak ya?"

"Iya kak, kenapa?" tanya Fitri yang memang sedang duduk tak jauh dari kami.

"Gak usah bikin sarapan, kita sarapan gratis pagi ini" Ka Oci tersenyum dan di sambut sorak sorai kegembiraan dari teman-temanku.

"ammmsssiiiyyyoonnng" ucapku.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Di..." Panggil Bian.

"Heemm?" Respon ku sambil menaiki motor Bian.

"Bisa gak boncengannya jangan kaya gini? berasa bawa nenek-nenek!"

"Hahaha, maaf bang. Gak bisa saya."

"Aahh waktu pertama kali kesini sama Sri boncengannya bisa gak kaya gini ah." Jawabnya kecewa.

"Hah?"

"Apa hah hah?"

"Abang tau waktu pertama kali aku kesini?"

"Tau lah, kan kamu ketemu Bapak!" Jawabnya ketus.

"Bukan, soal aky boncengan sama Sri?" tanyaku penasaran.

"Eeehh... hehehe. Tau Diandra, aku liat kamu dari pas baru sampe gapura desa." Jawabnya jujur.

"Oh" Jawabku.

"Ayo tuker, biar romantis. Masa dari tempo hari aku bonceng kamu gini terus". Rajuknya.

"Maaf bang, aku bisulan." Jawabku terbahak, dan "Auu gelap." Jawab Bian terkekeh.

##########~~~~~~~~~~~~~~#######

"Tukang uduk macam apa yang jualan di pinggir pantai?" tanya ku heran. Karena setauku Bina mengajakku pagi ini untuk membeli nasi uduk pake jengkol.

"Iiiisst, iya kali aku beneran mau ajak kamu beli nasi uduk Diandra." Jawabnya.

"Lah kalo bukan?"

"Tuh liat". Jawabnya sambil mengajarkan wajahku menghadap pantai dan "Masya Allah, cantiiiiikkk bang." Seru ku terkesima dengan pemandangan didepanku yang menggambarkan indahnya matahari pagi. "Iya, cantik ya?!" Jawabnya. Lalu, "Lebih cantik kamu tapi."

Bluuussshhh wajah meronaku menoleh menghadap pada nya, dan "Kamu cantik Diandra." Tatapan kami bertemu, irama detak jantung terlantun indah walau tak beraturan bersautan dengan debur ombak pantai pagi ini, membuat pagi ini berbeda. Dengan warna dan energi jingga.