Chereads / Y.O.U / Chapter 3 - Nama

Chapter 3 - Nama

"Eehh... ngomong-ngomong si abang nama nya siapa Di?" Tanya Putri

"Uhuukk... aahh apa? nama?"

"Hahahaha.... Diandra gak tau nama abang neng." Jawabnya berkelakar

"Aaaiiiihhh Sopan kali anda, gak tau nama orang yang menteraktir" Seru bang Jack

"Hehehe.... Ini mau gw tanya niat nya tapi kepiting lebih menggoda jadi lupa buat tanya nama. monmaap" Jawabku sambil terkekeh.

"Jadi abang siapa namanya?" tanya Sri.

"Bian Putra Aziz, panggil aja Bian." Jawabannya memerkenalkan diri. "eehh kita tuh kaya nya sebaya deh, umur abang batu 23tahun kalian pasti paling baru 20 21 an kan umurnya?" .

"Iya bener bang, wah ternyata masih muda yak, kirain seumuran bang Jack yang mau kepala 4!" Jawab Putri. "Eeehh sembarang, kepala 3 woi." Jawab bang jack pura-pura merajuk. "lah cuma beda 1 pelit amat." Dan semua tertawa dengan.

Begini lah kami, baru bertemu kurang lebih 2 minggu pada masa pengenalan dikampus tapi sudah dapat membuat keakraban yang sangat hangat satu sama lain. "Diandra orang mana?" tanya Bian. "Orang gila dia mah." Jawab Bayu. Bian pun mengerenyit bingung, "soalnya kalo udah ngobrol sama dia 2 3 kali pasti bakal geser karena ketawa terus." ucap Annisa sambil tertawa terbahak-bahak yang sialnya malah di Iyakan ole temanku yang lain. Aku pun bersemu malu. "sial,temen macam apa inj menjatuhkan pasaran gw aja!" runtukku dalam hati.

Terlihat Bian ikut tertawa dengan candaan teman-temanku dan "waah, berarti asik dong Diandra anaknya?".

"Bukan lagi bang, dia mah biang rusuh. Ada aja yang bisa diketawain. Apalagi ada Abng Jack waaahh udah makin kacau. Hahaha". Jawab yang lain menimpali

"Lah, ini kenapa jadi gw yang di bully?" jawabku pura-pura merajuk.

"Lo g pantes di bully." timpal Bayu.

"Trus, pantesnya diapain?" tanya Putri

"Pantesnya di sayang jadiin pacar." Tukas Bian dan sontak membuat semua temanku membelalakan mata heran. Tak nyaman dengan kondisi seperti ini langkah seribu yang ku ambil adalah "Hahahahaha, bang Bian bisa aja bercandanya. Cocok tuh sama bang Jack." Jawabku menghindari. Dan berhasil semua ikut tertawa dan melanjutkan adegan makan kami dengan hikmat sambil diselingi dengan canda tawa.

"Pulangnya Diandra sama abang aja ya? boleh gak?" tanya Bian pada teman-temanku.

"Boleh bang,asal inget anterin yak jangan sampe enggak." Jawab Sri.

"Pasti Sri, nanti abang anterin koq."

"Jangan malem-malem bang, gak enak kami nya nanti." Jawab Bang Yusuf mengingatkan.

"Kalo gitu pagi aja sekalian yak, biar g malu? hehehee"

"Wadoohh pergi berdua bisa-bisa pulang bertiga itu sih." Jawab Putri terkekeh menanggapi candaan Bian.

"Kalian sibuk ngatur jam pulang gw. Udah nanya yang bersangkuta belum mau apa enggak dianter pulang?" Tanyaku mengejek.

"Eeehhhh, Hahahah" Kompak semua tertawa.

**********************************************

"Diandra,kamu orang mana?"

"Orang sana bang"

"Sana mana neng? sana banyak"

"Orang Kecamatan Mangga Bang." Jawabku serius.

"Beneran?? koq kaya orang Bandung? Bapak orang kamu orang Bandung kali?!" Jawabnya tak percaya.

"Salah nanya nya." ucapku

"Hah?" Kuyakin Bian mengerenyit bingung.

"Bapak kamu tukang remot ya? gitu harus nya pertanyaannya." Jawabku berkelakar.

"Hahahha... Bisa aja... Koq kamu tau?" Jawab Bian menimpali candaanku.

"Habis kamu mampu mengontrok perasaanku"

"eeeeeeeeeaaaaaaaaaa" jawab kami berbarengan.

Jalan Raya desa tak terlalu padat dimalam hari membuat percakapan sepedan motor kami berwarna. Pertanyaan serius sampai yang tidak serius bahkan tak bermutu pun terlontar dari kami berdua hingga tak terasa kami sudah sampai didepan rumah kontrakanku.

"Makasih bang."

"Untuk?"

"Traktirannya."

"Sama-sama. Dan, makasih juga."

"Untuk?"

"Nama, No Hp, dan..."

"Hobby" Jawabku cepat memotong perkataan Bian.

"Hahahahahaha... Kamu lucu, kamu Asik, Kamu juga cantik."

"Woooww demi apa gw dibilang cantik?"Ucapku dalam hati sambil tertunduk malu.

"Eehh kenapa itu mukanya merah? alergi kepiting gak?" Dia nampak Khawatir.

"Sial, perasaan ini lampu g terang-terang amat kenapa masih keliatan! Malu gw sumpah!" Runtukku dalam hati.

"Diandra?" Tanya Bian memastikan. "Enggak bang, ini effect ngantuk.. hehehee" Jawabku sekenanya. "Ya udah masuk sana, udah malem dingin. Ini daerah pesisir jaga kesehatan takut kamu gak bisa kena angin malam apalagi angin laut kaya gini." Ucapnya memberi perhatian sukses membuat jantungku melantunkan irama tak menentu. "Iya bang, entar masuk kalo abang sudah pergi" Jawabku yang berhasil membuat Bian tersipu malu merasa tersindir dan terusir kurasa. (Kurang sopan memang mbak ini, sudah ditraktir tapi malah ngusir.. hehehee).

" Ya, udah. Abang pulang ya? Dan, makasih sekali lagi yaa."

"Hati-hati bang, dan sama-sama makasih. Heheheee." Jawabku dan disambut dengan senyum dan anggukkan kepala oleh Bian yang menandakan kita harus berpisah karena malam yang semakin larut dan angin laut yang semakin kencang.

"Bye" Ucap kami berbarengan.