Chereads / My Psycho Model / Chapter 18 - bab 14

Chapter 18 - bab 14

Part 14

Saat ema terbangun dari tidur nya ia kaget karena ia tidur didalam pelukan nial. Belum lagi ketika ia melihat jam didinding kamar nial, pukul 13.00. Ema sama sekali tidak menyangka jika ia bisa tertidur selama itu dan lagi seharus nya pagi tadi iia ada pemotretan, dengan ragu-ragu ia membuka ponsel nya dan banyak sekali panggilan tidak terjawab dan pesan masuk dari sari. Ema menatap nial sekilas lalu kembali menatap ponsel nya dan kemudian ia mematikan ponsel nya. Ia tidak mau peduli orang yang harus ia salah kan adalah nial karena tidak membangunkan nya. Alih-alih membangunkan dan mengomel pada nial, ema malah meneliti wajah nial. Mulai dari kening, alis, mata, hidung hingga bibir nial.

Sexy!

Seakan sadar, ema langsung menarik tangan nya dari bibir nial. Dan terlambat, nial membuka mata dan langsung menahan tangan ema.

"kau terpesona em?" ujar nial menggoda ema. Ema langsung menarik paksa tangan nya lalu meggelengkan kepala nya.

"tidak!"

"kau, iya!"

"aku tidak!" ema cepat-cepat bangkit dari tidur nya tapi dengan gerakan cepat juga nial membawa ema kedalam pelukan nya.

"mau kemana hm?" tanya nial tepat ditelinga ema membuat ema merinding.

"aku mau mandi" jawab ema cepat mencoba keluar dari pelukan nial, bukan nya semakin melonggar pelukan nial semakin erat.

Nial menyikap anak rambut yang menutupi sebagian mata ema, dan seketika jantung ema tidak bisa diajak kompromi. Jantung nya berdetak sangat kencang, dalam hati ia berdoa semoga nial tidak bisa mendengar suara degub jantung nya.

Nial terpesona menatap lembut mata ema, entah dengan dorongan apa nial langsung mencium bibir merah muda ema. Ema kaget, namun nial melumat bibir nya dengan lembut membuat nya mengikuti ritme ciuman nial. Nial melumat dengan lembut membuat ema terhanyut didalam nya, ema bahkan tidak sadar tangan nial sudah menyelinap masuk kedalam kaos nya. Mereka saling melumat satu sama lain.

Drt...drtt...

Ema tersadar langsung mendorong nial menjauh dari nya.

"ada telpon" ujar nya pelan.

Dalam hati nial menggerutu siapa yang berani mengganggu nya sekarang.

"kenapa?"

"hari ini jadwal bapak bertemu dengan cheff lita"

Amarah nial mendadak hilang seketika.

"baiklah, tiga puluh menit lagi"

"baik pak"

Nial menutup panggilan nya dengan tersenyum dan itu membuat ema penasaran.

"kenapa?"

"tidak, aku mandi duluan. Tolong siapkan pakaian ku"

"oh, oke"

Selagi nial membersihkan diri, ema memilih pakaian apa yang cocok dipakai nial hari ini.

Ema merasa tidak perlu ambil pusing dengan pilihan kemeja atau pun jas atau setelan yang lain karena isi lemari nial hanya bewarna hitam dan putih tidak ada warna lain. Kalau dipikir-pikir lagi, nial dan diri nya sangat lah berbeda. Ema sangat menyukai warna sedangkan nial tidak, seperti nya hidup nial selalu hambar tidak bewarna.

Nial keluar dari kamar mandi hanya dengan memakai handuk dipinggang nya sehingga menampakan perut kotak-kotak menggoda iman.

Nial langsung memakai setelan yang disiap kan oleh ema.

"aku tebak pasti hidupmu sangat membosan kan" komentar ema membuat gerakan membuka handuk nya terhenti.

"kata siapa?"

"aku. Dilihat dari warna yang ada dilemari mu hitam dan putih. Dan apartemen ini isi nya juga hitam dan putih, sangat membosankan"

"tutup mata mu, aku akan berganti pakaian"

"kenapa harus? Aku sudah melihat ratusan pria tidak berpakain" yang dikatakan ema tidak sepenuhnya benar, ia memang pernah melihat pria naked sewaktu pemotretan berlangsung.

Nial tidak menjawab ema ia melepaskan handuk nya begitu saja didepan ema, dan ema merasa sedikit risi, maksud ema naked dengan masih menggunakan celana dalam atau apa sejenis nya tapi tidak seperti nial sekarang ini.

"kenapa? Katanya kau pernah melihat ratusan pria seperti ini" ejek nial

"memang" jawab ema mencoba santai.

Jika sekarang nial tidak sedang buru-buru pasti ia akan berada disini menggoda ema lebih menyenangkan.

"tolong pakaikan dasiku"

Ema menurut lalu memasangkan dasi nial.

"done"

"aku pergi" ujar nial mencium kening ema

"hm."

Tbc....