Chereads / My Psycho Model / Chapter 23 - bab 19

Chapter 23 - bab 19

Part 19

Ema melajukan mobil nya dengan kecepatan diatas rata-rata, ia baru saja mendapat telpon jika sari masuk rumah sakit. Seseorang menelpon nya katanya mobil yang sari kendarai menabrak pohon.

Ema memarkirkan mobil nya asal, ia tidak peduli jika nanti mobil nya ditabrak oleh mobil lain nya karena ema memarkir mobil nya asa. Yang ada dipikiran ema saat ini hanya kondisi sari, hanya itu. Ema berlari dengan jantung berdetak kencang, dalam hati ema berdo'a semoga sari baik-baik saja. Ema berhenti didepan ruang UGD tempat dimana sari sedang diperiksa oleh dokter dan tak lama kemudian nial datang menyusul ema, jantung nya hampir berhenti ketika menyusul ema dengan kecepatan tinggi, nial sangat khawatir terjadi apa-apa pada ema. Nial mengantur nafas nya lalu memegang kedua bahu ema.

"kau! Sekali lagi kau mengendari mobil seperti orang gila! Kupotong kedua tangan mu!" ujar nya menekan setiap kata-kata yang ia keluarkan.

Ema tidak menjawab nial, ia jatuh kedalam pelukan nial dan disitu lah tangis ema pecah. Nial menghela nafas dalam-dalam lalu membelai sayang kepala ema, menenangkan ema. Nial menutup rapat-rapat mulut nya untuk tidak mengeluarkan kata-kata lagi. Sebernarnya masih banyak sekali amarah yang akan nial keluarkan karena ema mengendarai mobil dengan kecepatan penuh seperti tadi, tidak tahu kah ema jika jantung nya hampir berhenti berdetak. Nial membawa ema kekursi tunggu, selama ia bertemu ema nial tidak pernah melihat ema seperti ini. Apakah jika nial ada diposisi sari, ema akan sekhawatir ini.

Nial melepaskan pelukan nya lalu menghapus sisa air mata ema. Dan tak lama kemudian dokter keluar dari ruang UGD membuat ema dan nial langsung berdiri.

"bagaimana keadaan sari dok?" tanya ema cepat.

"keadaan pasien sudah membaik, dan kepala pasien tidak mengkhawatirkan"

"pasien tidak mengalami gegarotak dok?" celetuk nial membuat dokter tersenyum sambil menggelenglan kepala, sedangkan ema mentap nial malas.

"kau pikir ini drama" ketus ema membuat nial cemberut.

"kalian bisa mengjenguk pasien setelah dipindahkan keruang rawat inap. Saya permisi"

"terima kasih dok"

Setelah dokter pergi nial dan ema mengikuti suster yang membawa sari menuju ruang rawat inap. Ema duduk disofa sambil menatap sari yang terbaring lemas diatas bangsal dengan infus yang mengalir ditangan nya. Lalu ia menatap nial yang duduk disamping nya.

"terima kasi karena telah mengkhawatirkan aku" ujar ema tulus dan tersenyum cerah pada nial.

"jangan diulang! Jika sekali lagi kau melakaukan nya jantungku bisa berhenti berdetak sungguhan" jawab nial serius membuat ema langsung bersandar didada bidang nial. Didalam pelukan nial senyum ema terbit.

"dia sudah seperti adiku sendiri, semenjak aletha direbut paksa oleh oppa aku merasa kesepian lalu aku bertemu sari. Usia mereka sama persis waktu itu bahkan ulang tahun mereka sama. Ayah nya meninggal tujuh tahun yang lalu setelah nya ibu nya juga menyusul ketika melahirkan lala. Jika dipiri, jiak buka aku yang ada disamping nya siapa lagi"

Perkataan ema lagi-lagi membuat dada nial menghangat/

Drtt..drt...

Ema mengdongak kearah nial.

"angkat lah siapa tahu penting" ujar ema tersenyum

Nial mengangguk lalu mengangkat panggilan nya.

"katakan!"

" anda ada meeting 30 menit lagi, sir"

Nial menghela nafas lalu menjawab

"baiklah"

Tut..

"aku..."

"pergilah, cari uang yang banyak untuk ku dan juga dodo" ujar ema tersenyum

"aku pergi, setelah meeting selesai akan ku telpon"

"baiklah, hati-hati"

"aku pergi"

"iya"

"aku pergi"

"iya, sudah sana pergi"

Nial menghampiri ema lalu mencium kening, hidung, lalu bibir ema sekilas.

"aku pergi"

Tbc....