Dunia ini bukanlah dunia Fantasi karena Dimas belum pernah mendengar atau bahkan melihat makhluk-makhluk yang berhubungan dengan cerita-cerita fantasi jadi dia sama sekali tidak bisa memiliki pilihan alternatif untuk mengubah hidupnya.
Dimas mungkin bisa menjadi tentara tetapi pertama-tama dia perlu tahu dimana itu kota, dan bahkan setelah itu dia harus memiliki uang untuk bertahan hidup disana karena banyak hal yang mungkin dapat terjadi jika saja semua hal terjadi sesuai dengan harapannya.
Lagi pula ini adalah dunia nyata dimana Dimas hanya memiliki satu kehidupan dan semua pilihannya memiliki resiko tersendiri yang akan menentukan bagiamana dia akan menjadi dalam satu bulan kedepan atau tahun depan atau sepuluh tahun kemudian sampai dia meninggal.
Jika bisa dia sangat ingin kembali ke dalam kehidupannya yang sebelumnya walaupun tidak berguna tapi setidaknya lebih baik daripada sekarang, dia bahkan akan bertekad untuk menjadi lebih baik jika itu dikabulkan.
Tapi hal seperti itu sangatlah mustahil untuk terjadi lagi dan Dimas sudah merasakan putus asa.
"Apakah benar-benar tidak ada cheat yang muncul untuk membantuku ? Dewa, dewi atau siapapun tolong berilah aku sebuah cheat, Tidak perlu Op setidaknya aku bisa menjalani hidupku dengan lebih baik." Dimas merasakan ketidakberdayaan dan caranya mengeluh adalah seperti ini karena sama sekali tidak kuat lagi.
Namun tidak ada yang terjadi sama sekali dan Dimas sudah tahu hal itu, dia hanya frustasi dengan semua ini dan ini adalah satu-satunya cara untuk dapat menghilangkan stresnya.
Dimas menghela nafas sambil mengambil langkah keluar dan mengambil cangkul yang ada di samping rumahnya. Sudah saatnya untuk dia pergi bekerja jika tidak maka padinya akan mendapatkan hasil yang buruk saat sudah panen dan harganya akan menjadi turun karena itu lebih baik dirinya pergi tepat waktu.
Di jalan dia bertemu dengan tetanggannya jadi Dimas memutuskan untuk menegornya.
"Selamat pagi paman"
"Selamat Pagi juga, Dimas. Kamu sepertinya ingin pergi ke ladang" Kata Paman Deer melihat cangkul dan topi yang dikenakan Dimas, terlihat dengan jelas bahwa Dimas memang ingin pergi ke lahan pertanian.
Paman Deer adalah teman ayah Dimas sebelumnya dan bisa dikatakan bahwa mereka berdua sangat dekat dan saat Ayah Dimas meninggal, paman Deer sangat terpukul dan bahkan berniat untuk mengurus Dimas tetapi Istri dirumahnya sama sekali tidak setuju dengan alasan bahwa mereka sudah memiliki 2 anak dan tidak bisa lagi mengurusi orang lain karena kondisi mereka juga miskin.
Dimas sangat berterima kasih kepada Paman Deer dan dimatanya paman Deer adalah orang baik. Dia juga memahami alasan Istrinya dan sama sekali tidak marah dengan apa yang dia katakan walaupun sangat menusuk bisa dikatakan, namun dalam dunia nyata sangat sulit untuk bertahan di dalam keadaan seperti ini jadi Dimas menolak tawaran paman Deer yang terus datang hingga akhirnya dia menyerah.
Dimas mengangguk dan membalas"Iya, sebentar lagi akan segera panen jadi aku harus ekstra hati-hati jika tidak akan ada hama yang memakan padiku, aku tidak ingin melihat tatapan mengejek dari kepala desa lagi"
"Kamu benar, Hama paling aktif saat sudah mendekati musim-musim panen seperti ini, kamu harus bekerja dengan sangat keras untuk menghentikan mereka untuk menghancurkan panen, jika saja ada cara untuk memberantas para hama mungkin kamu tidak perlu terlalu lelah menghabisi mereka." Paman Deer menggelengkan kepala sambil menepuk bahu Dimas.
Dimas tentu saja tahu caranya karena dia pernah membacanya di Internet tetapi tidak ada penyemprotan pembunuh hama di dunia ini dan juga dia sama sekali tidak tahu bagaimana membuatnya.
Dimas hanya bisa tersenyum masam mengingat bumi yang merupakan dunianya dulu, tapi dia sama sekali tidak tahu bagaimana untuk mendapatkannya.
"Mungkin dimasa depan akan ada orang yang menemukan cara untuk memberantas hama"
"Kamu benar, lagipula dunia terus bergerak maju maka seharusnya apa yang kamu katakan itu benar. Aku akan pergi bekerja, jika ada sesuatu maka jangan sungkan bicara kepadaku" Paman Deer tersenyum dan menepuk pundak Dimas lagi.
Dimas mengangguk dan memandangannya yang semakin jauh ke depan meninggalkannya sendirian di jalan, dia adalah pria baik bahkan dalam keadaannya yang miskin paman Deer tetap saja bersikap baik terhadapanya.
"Jika aku menjadi kaya aku pasti tidak akan melupakan paman Deer"
Dimas menggelengkan kepalanya dan menghilangkan pikiran bodoh yang tidak mungkin untuk digapai seperti itu, lebih baik jika dia melupakan fantasinya dan menjadi lebih realistis saja.
Dimas melanjutkan kembali perjalanannya menuju ladang sambil merasakan suram untuk masa depannya.
....
Malam Hari
Tidak seperti biasanya Dimas merasakan bahwa dia sulit untuk tidur, dia belum pernah merasakan sulit tidur lagi sejak berada di dunia ini dan hal ini adalah pertama kalinya Dimas merasakan sulit untuk tidur.
Dimas berguling kanan dan kiri diatas kasurnya yang keras mencari posisi yang nyaman sehingga bisa membuat dirinya tertidur kembali.
" Apa yang sebenarnya terjadi padaku? Aku mulai merasakan perasaan aneh ini sejak di ladang, perasaan ini semakin kuat sehingga aku tidak bisa tidur. Rasanya seperti ada yang mengembung di dalam diriku dan badanku menjadi seperti sebuah lumpur bahkan aku menjadi cukup kesulitan untuk berjalan" Dimas mengerutkan keningnya saat memikirkan apa yang menimpannya hari ini. Dia sama sekali belum pernah merasakan perasaan seamacam itu bahkan tidak ada gejala-gejala yang muncul hari sebelumnya.
Semua ini hanya terjadi seperti air yang berada di baskom ditimpakan kepadanya namun air tersebut memiliki keanehan yang membuatnya menjadi berat dan mengembun tanpa ada alasan yang jelas.
"Apakah mungkin aku dikutuk ? Tidak mungkin, sihir tidak ada di dunia ini seharusnya tidak ada semacam kutukan yang muncul, jika bukan itu maka apa" Apa yang membuatnya menjadi seperti ini ? Atau siapa yang membuatnya mengalami hal ini.
Dimas tidak tahu apapun bahkan tidak ada petunjuk tentang mengenai apa yang terjadi terhadap dirinya, semuanya hanya terjadi tanpa ada peringatan bahkan dia sama sekali tidak bisa merasakan apapun.
Dimas sama sekali tidak menyukai perasaan ini dan dia merasakan bahwa dirinya sudah salah terlahir kembali ke dunia ini.
"Mungkin seharunya aku hanya pergi ke akhirat bukannya muncul di dunia lain ini lagi, apakah ini akan menjadi akhirku dan akhirnya aku bisa terbebas"
Istilah mati masih membuat Dimas merasakan takut tetapi dia juga lega karena bisa lepas dari kesengsaraan hidup dunia ini, baru dua bulan dia di dunia ini tetapi Dimas sudah menjadi muak dengan semua ini.
Dia merindukan kehidupan modern dan kenyamanan yang ditawarkan.
"Tapi Jika aku masuk neraka bagaimana ?" Memiliki pikiran bahwa dirinya akan pergi ke neraka dan mengalami siksaan yang menyakitkan membuat tubuh Dimas gemetar tapi dia merasakan bahwa kesadarannya semakin berat dan berat lagi seakan dia ditarik ke dalam sebuah kegelapan.