Setelah menunggu selama hampir sebulan, akhirnya pengumuman hasil ujian masuk keluar. Kaylee, Wendy serta Nick segera mengecek hasilnya melalui website resmi kampus.
Mereka segera menuju ke halaman pengumuman di forum calon mahasiswa baru. Dari ratusan pendaftar yang mengikuti ujian masuk itu, hanya dua puluh orang yang lolos.
Diantaranya ada nama Nicholas Larson disana. Bahkan namanya ditaruh paling atas menunjukkan dia yang mendapatkan nilai tertinggi diantara ratusan pendaftar.
Wendy serta Nick tersenyum senang merasa sangat puas akan hasilnya. Memang kemampuan Kaylee tidak perlu diragukan lagi.
"Apakah nilainya tidak terlalu sempurna?" gumam Kaylee masih khawatir kedoknya akan terbongkar.
"Kau bercanda? Nilai ini sangat sempurna bagiku." ujar Nick dengan penuh bangga. "Aku memang bisa mengandalkanmu."
Kaylee mengernyit mendengar ini. "Rasanya aku ingin melemparmu ke planet Mars."
Wendy serta Nick tertawa sama sekali tidak menanggapinya dengan serius.
"Baiklah. Karena kau sudah diterima, maka Nick harus pergi ke luar negeri sementara waktu agar penyamaranmu tidak ketahuan."
"Kau mengusirku?" Nick mengerucutku bibirnya berpura-pura tersinggung akan ucapan kakak perempuannya.
"Kau sendiri yang bilang kau ada jadwal konser dengan timmu di Kanada. Kapan kau berangkat?"
"Minggu depan." jawab Nick masih dengan sikap tersinggung.
Melihat wajah lucu yang menggemaskan dari adiknya, Wendy mengacak-acak rambut brunet adiknya sambil tertawa.
"Hei, aku bukan anak kecil lagi ya." gerutu Nick namun tidak bisa menyembunyikan tawanya.
Bahkan Kaylee juga ikut tertawa geli melihat interaksi kakak adik itu.
"Kalau tinggimu melebihiku, aku tidak akan menganggapmu anak kecil lagi." ujar Wendy dengan nada menantang.
"Cih. Mentang-mentang aku masih pendek, kau seenaknya menindasku. Lihat saja ya, aku pasti akan bertumbuh lagi."
"Semoga beruntung." seru Wendy masih mengacak rambut adiknya dengan gemas.
Wendy serta Kaylee sudah berteman sejak masih kanak-kanak. Kaylee bahkan melihat Nick tumbuh dewasa. Langkah pertama Nick, kalimat pertama yang diucapkan Nick, Kaylee turut menyaksikannya.
Karena itulah, Kaylee juga sangat menyayangi Nick seperti adiknya sendiri. Hanya terhadap Nick-lah, Kaylee tidak merasa canggung. Tapi kalau berurusan dengan pria lain, Kaylee akan menjadi diam seribu bahasa dan ingin segera pergi menyingkir dari pria tersebut. Termasuk 'tunangan'nya.
Hari itu disaat Declan mengunjungi rumahnya, Kaylee tidak banyak bersuara. Pertama dia tidak ingin terlalu dekat dengan pria itu. Kedua, dia tidak ingin Declan menyadari bahwa 'Nicholas' yang bermain piano kala itu adalah dirinya.
Sama seperti dirinya, Declan tampak tidak tertarik untuk menjadi lebih dekat. Perjodohan ini murni merupakan pernikahan politik. Itu sebabnya Kaylee sama sekali tidak keberatan jika seandainya Declan akan membatalkan pertunangan mereka.
"Hei, apa yang sedang kau pikirkan?" gugah Wendy membuyarkan lamunannya.
"Tidak ada." jawab Kaylee singkat. "Sepertinya aku harus mengurangi pekerjaanku setelah ini begitu tahun ajaran dimulai."
"Ah, benar. Tenang saja, aku akan membantumu."
"Terima kasih."
Wendy tertawa mendengarnya mengucapkan terima kasih. "Kau tahu kau sama sekali tidak perlu berterima kasih. Nico-lah yang harusnya berterima kasih. Anak tidak tahu diri itu seenaknya saja pergi begitu melihat hasil pengumumannya. Dia sama sekali belum mengucapkan terima kasih."
Kali ini Kaylee yang tertawa. "Tidak apa-apa. Sudah menjadi kebiasaannya kan?"
Keduanya cekikikan bersama. Nicholas terkenal sangat manja, tapi disaat bersamaan juga bisa bersikap sopan dan tahu diri saat berhubungan dengan orang lain. Nico juga terkenal dengan emosinya yang berapi-api jika ada yang membuatnya marah. Tapi hanya terhadap dua 'kakak' perempuannyalah, Nico bersikap seperti anak yang manja dan tidak pernah sungkan untuk meminta sesuatu.
Hari berlalu dengan cepat tanpa terasa hari dimana Kaylee masuk ke kampus menggantikan Nicholas turut tiba.
Kaylee harus bangun jam empat subuh untuk melakukan ritual penyamarannya. Dia memberi alis palsu agar alisnya tampak tebal. Tempelan kulit imitasi di beberapa sisi wajahnya serta rambut hitamnya yang panjang digulung menjadi satu sebelum ditutupi dengan wig bewarna brunet.
Dia juga harus melilit dadanya dengan kain putih agar bulatan dadanya tidak menonjol. Dia memakai kaos T-shirt putih lalu didobel dengan kemeja kotak-kotak berlengan panjang. Dia juga memakai celana jeans sobek-sobek di beberapa sisi dan jadilah transformasinya menjadi seorang Nicholas Larson.
Kini Kaylee berdiri didepan gerbang kampus dengan tatapan ragu. Apakah dia akan baik-baik saja? Apakah penyamarannya ini akan berjalan dengan mulus?
"Hei, Nick. Kita bertemu lagi!"
Sekali lagi seorang anak lelaki merangkul pundaknya dengan kasar.. nyaris memiting lehernya!? Apakah semua pria menyapa teman pria seperti ini? Dan dia harus belajar untuk terbiasa?
"Kau benar. Akhirnya kita berhasil masuk ke sini. Bisakah kau membayangkannya?" Kaylee meniru gaya bicara Nick yang antusias dan bersemangat sambil berusaha melepas diri dari rangkulan 'teman'nya tanpa kentara.
"Aku tahu betul maksudmu. Ini semua bagaikan mimpi. Bayangkan, dari antara lima ratus yang mendaftar, hanya dua puluh orang yang diterima. Dan kita adalah dua puluh orang itu. Coba lihat, tubuhku sangat bersemangat hari ini." anak lelaki itu meloncat-loncat kegirangan untuk menunjukkan semangatnya.
Kaylee tertawa melihat tingkah lucu anak itu yang sangat mirip dengan Nick. Mungkin karena baru lulus dari sekolah SMA, Kaylee bisa melihat sikap kekanakan yang ditemuinya di hampir setiap 'teman' barunya. Karena itu Kaylee mencoba menganggap semua anak lelaki yang akan menjadi teman masa 'kuliah'nya adalah Nick.
Dengan begitu, Kaylee tidak lagi merasa canggung dan bisa berteman dengan mereka semua.