Chapter 8 - Bab 7

"Kaayleeee.." rajuk Wendy memanggil Kaylee karena Kaylee tampak melamun. "Kau kenapa? Seharian ini kau tidak seperti biasanya."

"Tidak apa-apa." jawab Kaylee memberikan senyuman tipis.

"Kau sakit?" Wendy menempelkan telapak tangannya di dahi Kaylee yang tertutup oleh poni hitamnya. "Kau tidak sakit." gumam Wendy. "Apa yang sedang kau pikirkan?"

Kaylee menyerahkan majalah yang baru saja dibacanya pada Wendy. Dia tidak begitu tertarik dengan majalah atau semacamnya. Tapi saat ada foto Declan yang menjadi kover majalah tersebut, Kaylee tertarik melihatnya.

Ternyata... di majalah itu...menyangkut pertunangan mereka berdua... yang ingin sekali disembunyikannya dari media masa.

"Pertunangan antara Declan Aroland Black dengan Michell Kaylee Rusell." ucap Wendy membacanya dengan suara lantang. "Jadi kalian memutuskan untuk mengumumkan pertunangan kalian? Kupikir kau tidak masalah dengan pilihan orang tuamu."

"Hm. Aku memang tidak masalah. Yang jadi masalah adalah Declan merupakan dosenku di kampus." jawab Kaylee membuat Wendy tersedak akan minumannya.

"Mr. Black adalah dosen di kampusmu? Kebetulan sekali!"

"Dan akhir-akhir ini dia berusaha menyudutkanku. Kurasa dia ingin menendangku dari universitas agar aku tidak mencoreng nama baik kampus."

"Memangnya apa yang kau lakukan?"

"Aku sengaja menurunkan nilai sempurnaku. Declan sama sekali tidak suka kalau nilaiku semakin turun tiap harinya."

Oh, menarik sekali. Pikir Wendy.

"Lalu apa yang dilakukan Mr. Black?"

"Dia menyuruhku menghadiri pelajaran tambahan khusus, dan dia sendiri yang akan mengajariku."

"Lalu?" Wendy berusaha keras menahan tawanya.

"Aku menjawab asal-asalan membuat dia frustrasi. Aku tahu jawabannya yang sebenarnya, jadi aku memperhitungkan jawaban yang akan kuberikan agar mendapatkan nilai yang kuinginkan."

"Lalu?"

"Kau tahu apa yang dikatakannya kemudian?"

"Apa?"

"Dia bilang... 'Kau sengaja melakukannya.'".

Wendy tertawa terbahak-bahak mendengarnya. Dia bahkan harus menghapus air matanya karena tertawa terlalu lepas.

"Kenapa kau tertawa?"

"Kau ini ya... hahahaha... lucu sekali." Wendy berusaha meredakan tawanya. "Coba pikirkan. Selama ini kau mendapat nilai sempurna. Kau akan menjadi tertekan kalau tidak mendapatkan nilai sempurna. Sejak kecil kau selalu begitu. Bahkan hanya mendapat nilai B saja, kau tidak bisa makan seharian dan malamnya kau tidak bisa tidur karena ingin belajar. Sekarang kau malah rela menurunkan standar kesempurnaanmu."

Kaylee menyadarinya. Dia memang tidak rela jika nilainya tidak sempurna, tapi dia terpaksa melakukannya kalau ingin menjalani kehidupan kampus yang damai.

"Aku terpaksa melakukannya."

"Apakah kau menyadarinya?"

"Menyadari apa?"

"Nilaimu memang tidak sempurna, tapi kau memusatkan pada kesempurnaan yang lain."

"Maksudmu?"

"Kau memikirkan nilai apa yang cocok untuk dijadikan 'tidak sempurna'. Kau memperhitungkannya dengan teliti, sehingga meski nilaimu turun, tapi nilaimu tidak tetap termasuk tidak jelek."

"Apa yang salah dengan itu?" tanya Kaylee tidak membantahnya karena memang itulah yang dilakukannya.

"Justru itulah kelemahanmu sayangku. Mr. Black bukan orang bodoh. Dia mewaris kepekaan yang luar biasa dari ayahnya. Kalau tidak, mana mungkin mereka memiliki ratusan tanah kosong serta puluhan perumahan elit? Meski Mr. Black menekuni dunia musik, dia masih mengurus bisnis keluarganya disaat dia tidak mengajar di kampus. Kupikir kau tahu itu."

"Aku tidak tahu. Bagaimana kau bisa tahu?"

Wendy menepuk keningnya. Lha, bagaimana bisa tunangannya sendiri tidak tahu, tapi orang luar yang mengetahuinya?

"Kau ini ya. Mr. Black adalah tunanganmu, seharusnya kau tahu hal-hal sepele ini. Semua orang saja juga tahu kalau Mr. Black adalah penerus bisnis keluarganya. Dia hanya mengajar di kampus karena kesukaannya sebagai musisi dan ingin membimbing generasi muda menjadi musisi profesional."

"..." Kaylee diam seribu bahasa. Tampaknya sahabatnya ini malah lebih banyak mengetahui soal tunangannya dibandingkan dirinya.

Ah, dia tidak peduli. Yang dia pedulikan sekarang adalah menyelesaikan penyamarannya dan menuntaskan pekerjaan dari kliennya.

Hanya saja... sikap Declan akhir-akhir ini membuatnya bingung setengah mati.

Seperti saat ini... Declan memanggilnya lagi hanya untuk.. makan siang bersama??

"Apa yang kau lakukan berdiri disana? Cepat makan." perintahnya membuat Kaylee terpaksa menurutinya. "Bagaimana permainan gitarmu? Ada perkembangan?"

"Lumayan. Setidaknya Mr. Wells cukup puas dengan permainanku."

"Hm. Baguslah."

"Mr. Black? Kenapa anda mengundangku makan? Kupikir kita akan membahas pelajaran tambahanku?"

"Nanti kau akan mengetahuinya."

Kaylee tidak bicara lagi. Dia menghabiskan makanannya dengan perlahan-lahan tanpa sadar dia bersikap elegan saat menyuapkan sesendok makanan ke dalam mulutnya.

Ketika melihat sebelah alis Declan terangkat kearahnya, Kaylee langsung menyadari kesalahannya. Dia segera menyendokkan makanannya lalu memasukkannya hingga mukutnya terasa penuh.

"Hmmm.. hafat hehahi." ucap Kaylee tidak jelas karena mulutnya penuh dengan makanan.

"Aku tidak bicara bahasa alien. Habiskan makananmu dulu, baru bicara."

Nyuuutt... Rasanya sakit sekali. Kaylee tidak pernah merasa dihina seperti ini sebelumnya. Tentu saja, dia tidak bisa menyalahkan pria itu. Lagipula, dia menyantap makanannya dengan liar... persis seperti yang akan dilakukan Nico.

Kaylee berusaha menelan makanannya dengan susah payah. Karena mulutnya sangat penuh, dia jadi kesusahan mengunyahnya. Seketika dia merasa kenyang hanya dalam beberapa sendok. Dia tidak sanggup menghabiskan makanannya. Tapi.. dia merasa tidak sopan jika tidak menghabiskan makanan yang sudah diberikan.

Pada akhirnya dia memaksakan dirinya untuk menghabiskannya... membuat perutnya bergejolak minta dikeluarkan.

Setelah selesai makan, Declan menyerahkan buku musik miliknya dan meminta Kaylee untuk mempelajarinya.

Ternyata buku tersebut berisi karyanya. Ada lagu Fever yang sangat melegenda semenjak sepuluh tahun yang lalu, serta lagu favoritnya berjudul Laugh in Sorrow.

"Kau yang menciptakan lagu Laugh in Sorrow? Lagu itu adalah lagu favoritku sepanjang masa." seru Kaylee tanpa sadar menunjukkan antusiasme yang berlebihan.

"Oh? Sangat langka seorang anak kecil berusia tujuh tahun mengenal lagu ini."

Ups... uang sebenarnya Kaylee berusia empat belas tahun waktu mendengar ini. Sementara Nico yang berusia tujuh tahun masih suka mendengarkan lagu anak-anak seperti Shark's family atau walking into the jungle.

Kaylee tertawa gugup menanggapinya. "Hanya lagu itu saja yang membuatku terkesan."

Untungnya Declan tidak membahasnya lagi. Kaylee harus lebih berhati-hati tiap kali bicara dengan pria ini. Entah kenapa tiap kali dia bersama pria ini, dia selalu lengah dan hampir membongkar identitasnya sendiri.