Chapter 13 - Bab 12

Semenjak kecil Kaylee sering dibilang sebagai anak jenius dalam memainkan alat musik. Disaat masih berusia empat tahun, dia sanggup memainkan lagu Fur Elise dengan lancar. Ketika berusia delapan tahun, Kaylee sanggup memainkan piano sonata karya Beethoven.

Semenjak itu dia memenangkan kejuaraan kompetisi piano dalam skala internasional. Dia bahkan sering mengiringi orkestra dan konser tunggal dalam acara-acara penting.

Barulah ketika dia beranjak dewasa, semua orang mulai tertarik akan latar belakang keluarganya. Kaylee memang suka tampil di atas pangung, tapi dia tidak suka menjadi pusat perhatian para wartawan.

Karena itu dia mulai menyembunyikan identitasnya sebagai putri tunggal keluarga Rusell. Dia sekolah di akademi musik saat SMA lalu berlanjut di universitas yang kini merupakan tempat studi Nicholas.

Semenjak itu, dia tidak lagi memakai nama Michell Russel.. tapi namanya berganti Kaylee Miracle.

Nama ini adalah nama panggungnya termasuk nama perusahaan jasa pelayanannya. Hampir semua orang telah mengenal siapa itu Kaylee Miracle, namun tidak semua orang pernah melihat seperti apa wajah aslinya.

Memiliki dua identitas yang berbeda cukup membuatnya kerepotan. Apalagi kedua orangtuanya tidak suka akan keputusannya yang tidak ingin mengungkapkan latar belakangnya.

Orangtuanya ingin Kaylee menggunakan nama Rusell dan membangun perusahaan musik dengan Kaylee sebagai direktur musiknya. Semua orang pasti akan mencari Kaylee begitu mendengar nama Rusell.

Namun Kaylee sama sekali tidak menyukainya. Dia tidak ingin menggunakan nama keluarganya. Dia ingin menguji dirinya sendiri seperti apakah kemampuannya dalam menghasilkan musik tanpa mengandalkan nama keluarga.

Meskipun hasilnya tidak sesuai harapan, namun Kaylee cukup merasa puas dengan hasilnya. Setidaknya, pencapaiannya selama ini adalah hasil jerih payahnya sendiri. Dia tidak menggunakan nama keluarga sama sekali. Kaylee merasa bangga pada dirinya sendiri. Bahkan kedua orangtuanya juga merasa bangga dan tidak menentang keputusannya lagi.

Untungnya dia adalah anak perempuan, sehingga dia tidak harus meneruskan usaha perbankan milik ayahnya. Ayahnya mungkin memang berharap putri tunggalnya meneruskan usahanya, namun beliau tidak memaksanya.

Kaylee sama sekali tidak begitu pandai dalam bersosialisasi, apalagi melakukan perhitungan yang rumit. Dia lebih senang mengurung dirinya didalam studionya, latihan piano, menciptakan sebuah lagu, atau mengarasemen sebuah lagu.

Dia tidak suka latihannya diganggu. Terlebih tidak suka lagi ada orang yang duduk disebelahnya saat dia bermain piano.

Karena itulah Kaylee sangat jarang memainkan lagu 'Four Hands'. Dia lebih memilih main duet piano daripada four hands.

Kalau duet piano dilakukan oleh dua orang yang memainkan dua piano yang berbeda. Sedangkan four hands dilakukan oleh dua orang yang memainkan satu piano yang sama.

Dalam memainkan four hands, terkadang tubuh dua pemain akan saling bersentuhan atau bahkan tubuh harus bergerak agak miring hingga menempel pada pemain sebelahnya.

Kaylee sama sekali tidak menyukainya. Jangankan berbeda gender, sesama perempuan saja Kaylee juga tidak merasa nyaman. Dia tidak suka orang lain membatasi ruang geraknya.

Namun kini... entah sejak kapan dia mulai terbiasa dengan Declan yang duduk disebelahnya tiap kali dia bermain piano.

"Aku sedang menciptakan sebuah lagu. Coba mainkan dan beritahu pendapatmu." ujar Declan setelah meletakkan buku musik karangannya ke atas stand book piano.

Kaylee mengerjap tidak mengerti. Kenapa Declan meminta pendapatnya mengenai lagu ciptaan pria itu? Namun Kaylee tidak membantah dan segera memainkan melodi sesuai tulisan di buku tersebut.

"Lagunya indah sekali." komentar Kaylee dengan takjub. Memang kemampuan pria itu dalam mengomposisisi lagu sangat mengagumkan bila dibandingkan dirinya. "Sepertinya lagunya belum selesai?"

"Hm. Aku menemui jalan buntu. Lagipula apa kau merasa lagu ini tidak terlalu maskulin untuk dimainkan seorang wanita?"

"Oh.. kau menciptakan lagu untuk dimainkan oleh wanita?"

"Tidak sebenarnya. Lagu ini sebenarnya dibuat untuk dimainkan dengan teknik four hands."

Kaylee terkejut mendengarnya. Four hands?

"Yang akan memainkannya adalah sepasang kekasih. Jadi kurasa akan lebih baik jika ada sentuhan feminim di melodinya. Bagaimana menurutmu?"

Untuk beberapa saat Kaylee tidak sanggup berkata-kata. Dia merasa bingung kenapa Declan merasa pendapatnya sangat penting.

"Kurasa itu ide yang bagus."

"Baiklah. Aku akan memberimu tugas untuk memberikan sentuhan manis di lagu ini. Kau juga boleh mengubahnya jika menurutmu ada melodi atau chord yang lebih bagus."

Eh?? Kaylee tidak bergerak dari tempat duduknya dan hanya terdiam terpaku melihat Declan mulai membereskan kertas-kertas di buku musiknya sebelum diserahkan pada Kaylee.

Kalau seandainya Declan memintanya sebagai Kaylee Miracle, maka dia bisa mengerti. Kaylee memang terkenal dalam mengomposisi atau mengarasemen sebuah lagu. Tapi saat ini dia sedang menyamar sebagai anak yang baru kuliah di semester awal. Bukankah tidak masuk akal dosen seperti Declan memberikan tugas seperti ini padanya?

"Ini, bawa pulang dan coba pikirkan arasemennya." sahut Declan seraya menyerahkan buku musik miliknya.

Kaylee tidak bergerak dan hanya menatap buku musik tersebut dengan tatapan kosong.

"Larson, apakah ada masalah?"

"Ah, tidak. Tapi.. aku tidak pernah menciptakan lagu untuk four hands sebelumnya. Maksudku.. aku belum pernah memainkan lagu four hands. Mr. Black, apa anda yakin ingin aku yang mengaresemennya?"

Declan tersenyum lembut padanya membuat jantung Kaylee berdetak dengan cepat. Ini pertama kalinya Declan tersenyum! Astaga... Bahkan senyumannyapun begitu menawan.

"Aku yakin akan kemampuanmu. Percayalah pada dirimu sendiri." jawab Declan sambil menepuk pundaknya dengan lembut. "Kenapa wajahmu memerah? Kau demam?"

Kaylee tidak tahu kalau wajahnya merona di saat-saat seperti ini. Tapi dia tahu wajahnya terasa panas. Apalagi ketika telapak tangan Declan menyentuh dahinya dengan lembut membuatnya menjerit kegirangan dalam hati.

"Hm. Agak panas. Sebaiknya kau banyak istirahat. Kau bisa mengerjakannya setelah selesai ujian nanti."

Kaylee tidak berani bersuara. Dia merasa suaranya akan terdengar seperti perempuan jika bicara sekarang. Karena itu dia hanya menganggukkan kepalanya sambil menundukkan wajahnya untuk menyembunyikan rona merahnya.

Dia sama sekali tidak sadar kalau sikapnya sekarang seperti seorang gadis yang malu-malu berhadapan dengan pria yang dicintainya.

"Baiklah, kau boleh kembali."

Kaylee segera berbalik dan berjalan keluar dengan langkah cepat. Dia tidak berani berdekatan dengan Declan lebih lama lagi. Kalau tidak, penyamarannya pasti akan ketahuan.