Chapter 14 - Bab 13

Pada hari Minggu, Kaylee terlalu asyik mengerjakan tugas dari Declan di studio pribadinya. Dia bahkan mengesampingkan permintaan jasa dari kliennya. Saat ini otaknya dipenuhi ide-ide yang cocok untuk mengisi lagu yang diciptakan Declan.

Entah sudah berapa lama dia mengurung diri di dalam studionya ketika Wendy menerobos masuk memecahkan konsentrasinya.

"Kaylee, sudah waktunya makan. Kau tidak ingin maagmu kumat lagi kan?"

Dengan terpaksa Kaylee menghentikan aktivitasnya dan menerima tawaran Wendy. Keduanya memutuskan makan di sebuah restoran Itali.

Sebelum meninggalkan gedung studio, ponsel Kaylee berbunyi menandakan seseorang menghubunginya. Rupanya, ibunya yang menghubunginya.

"Halo, mama. Ada apa?"

"Sayang, barusan Nyonya Black menghubungiku. Dia bilang dia ingin bertemu denganmu sekarang."

"Sekarang?"

"Sebentar lagi Declan akan tiba untuk menjemputmu."

"Di tempat studioku?" tiba-tiba saja Kaylee merasa punggungnya terasa dingin. "Mama memberitahu Declan tempat studioku?"

"Tentu saja. Tidak ada alasan menyembunyikan pekerjaanmu dari calon suamimu kan?"

Seketika Kaylee dilanda panik luar biasa. Sejauh ini, hanya keluarga dan teman dekatnya yang mengetahui identitasnya sebagai pemilik jasa layanan KM production.

Bahkan tunangannya serta keluarga Black tidak ada yang mengetahuinya.

Jika sampai Declan datang kemari, bukankah tunangannya akan mengetahuinya? Apa yang harus dia lakukan?

"Wendy, aku harus pergi dari sini."

"Bukannya kita memang akan pergi dari sini?" tanya Wendy keheranan melihat perubahan sikap sahabatnya. "Ada apa?"

"Declan.. dia dalam perjalanan kemari untuk menjemputku."

"Ha? Darimana dia tahu tempat ini?"

"Ibuku yang memberitahunya."

"Lalu? Apa masalahnya?"

"Kau bercanda? Aku sama sekali tidak memberitahunya soal KM production!"

Kalau seandainya dia tidak memiliki perasaan terhadap Declan, mungkin dia tidak akan sepanik sekarang.

Posisinya sebagai pendiri KM production akan diketahui oleh salah seorang direktur musik serta konduktor terkenal... yang merupakan orang yang telah mengambil hatinya; sungguh membuatnya merasa malu sekali.

Dia tidak akan sanggup bertatap muka dengan pria itu setelah ini. Tidak bisa. Dia harus segera pergi dari sini sebelum pria itu datang.

Lagipula, pakaiannya saat ini sangat kasual. Tidak cocok untuk menemui calon mertua.

"Aku harus pergi. Sampai ketemu besok." seru Kaylee sambil berlari ke arah lobi lalu keluar dari pintu utama.

Tepat dia berjalan melewati pintu kaca yang memutar, sebuah mobil sedan jaguar bewarna hitam berhenti tepat didepannya.

Langkah Kaylee terhenti merasa curiga akan pemilik mobil mewah tersebut. Jantungnya bertalu kencang ketika pintu mobil terbuka dan turun seorang lelaki.

Declan Black.

Ternyata pemilik mobil tersebut adalah tunangannya, seperti apa yang ditakutinya.

Yang lebih parah, kenapa pria itu tampak lebih tampan daripada biasanya?

Pria itu memakai kemeja lengan panjang yang ditekuk hingga ke sikunya, serta celana jeans yang dipadu dengan sepatu kulit coklat yang macho.

Jantung Kaylee berdebar dengan kencang menghadapi makhluk yang menawan dihadapannya. Apakah ada manusia bisa sesempurna ini?

Kaya, jenius, dan juga tampan. Apakah Declan tidak memiliki kelemahan? Sama sekali?

'Aku dengar Mr. Black adalah gay.'

Kaylee teringat akan ucapan dari salah satu temannya.

Jika Declan memang gay, maka bukankah itu akan menjadi kelemahan terbesarnya? Wanita manapun akan menjadi ilfeel begitu mengetahui Declan adalah gay tidak peduli seberapa tampan atau seberapa besar kekayaannya.

Apakah termasuk Kaylee?

Entahlah. Karena hingga detik ini, jantungnya tidak mau tenang. Malahan semakin berlonjak kegirangan saat melihat Declan menghampirinya.

"Lama tidak bertemu." sapa Declan dengan senyuman tipis. "Ibuku mengundangmu makan bersama. Aku harap kau tidak keberatan."

"Kaylee.. kau ini! Kenapa larimu cepat seka... Oh, Mr. Black?"

Tiba-tiba saja Wendy muncul menghilangkan kesempatan Kaylee untuk menjawab permintaan Declan.

"Kaylee?" Declan mengangkat sebelah alisnya mendengar nama asing yang disematkan untuk tunangannya.

Kaylee dan Wendy langsung sama-sama sadar bahwa Declan tidak tahu akan nama Kaylee. Selama ini keluarga serta teman-teman Kaylee memanggilnya dengan nama depannya dan bukan nama tengah. Karena itulah Declan hanya tahu namanya saat ini adalah Michell.

"Bukankah namamu Michell?"

"Benar. Kaylee juga adalah namaku. Lebih tepatnya nama tengahku."

"Kaylee.. seperti Kaylee Miracle?"

Deg.

"Jadi Kaylee Miracle Production adalah milikmu?"

Glek! Kaylee menelan ludah dengan susah payah. Jawaban seperti apa yang harus diberikannya?

"Apakah ada masalah Mr. Black? Bukankah anda merasa bangga memiliki calon istri yang begitu menakjubkan?"

Rasanya Kaylee ingin sekali bersembunyi mendengar ocehan sahabatnya.

"Alih-alih menggunakan nama keluarganya, dia memilih untuk menguji kemampuannya. Dia bisa berhasil seperti saat ini karena hasil jerih payahnya sendiri tanpa bantuan keluarga. Aku rasa kau tidak akan menemukan wanita tangguh seperti dirinya."

"Hm. Aku setuju."

Jawaban Declan membuat wajah Kaylee merona.

"Benar kan? Kau tidak akan menyesal meni..kah dengannya." Wendy tampak kesusahan melanjutkan kalimatnya karena Kaylee mencubit pinggangnya dengannya keras. "Kalau begitu aku tidak akan mengganggu kencan kalian. Sampai jumpa."

Hanya seperti itu.. Wendy pergi meninggalkannya sendiri begitu saja. Dia pergi tepat sebelum Kaylee akan mencubitnya lagi.

Dasar pengkhianat! Mulai sekarang, Kaylee akan putus hubungan dengan Wendy kalau dia mati dalam 'peperangan' ini.

"Kalau begitu kita pergi sekarang." sahut Declan membuka suara terlebih dahulu.

Sebagai seorang gentleman, Declan membuka pintu mobilnya untuk Kaylee. Dengan ragu Kaylee mendekat sambil menundukkan kepalanya. Dia masih belum berani menatap lurus mata pria itu.

"Uhm.. apakah aku perlu ganti pakaian? Kurasa baju yang kupakai saat ini kurang cocok."

Bukannya tidak cocok. Saat ini dia memakai terusan sederhana bewarna abu-abu. Warna yang cukup suram untuk menemui calon mertua. Ditambah lagi, Kaylee merasa ini bukanlah penampilan terbaiknya.

"Kau cocok memakai baju apa saja." lagi-lagi ucapan Declan membuatnya merona.

Kenapa hari ini Declan tiba-tiba begitu pintar dalam memuji? Bahkan pertemuan terakhir mereka di rumahnya beberapa bulan lalu, pria itu tidak banyak bicara. Jangankan memuji, pria itu tampak tidak tertarik untuk berbicara dengannya.

"Lagipula, warna baju kita sama. Aku suka dengan kebetulan ini."

Ha?

Kaylee melirik ke arah kemeja pria itu dan baru sadar memang warna kemeja pria itu senada dengan baju terusannya.

Kaylee tersenyum kecil mengetahui dirinya juga menyukai akan kebetulan kesamaan warna baju mereka. Tapi, apa maksud ucapan pria itu yang mengatakan dia suka akan kebetulan ini?