Chapter 12 - Bab 11

Declan Black sedang bersantai di apertemennya ketika sebuah suara notif terdengar dari arah laptopnya.

Declan segera membuka email yang baru masuk. Setelah membacanya, Declan tersenyum miring.

"Menarik sekali. Tunanganku dulu satu sekolah dengan Wendy Larson."

Kemudian Declan mengambil ponselnya dan menghubungi ibunya.

"Mama, sepertinya aku bisa mengabulkan permintaan mama. Tapi, aku membutuhkan bantuan mama."

"Bantuan apa?" tanya Nyonya Black dari seberang.

Declan menjelaskan permintaannya dan dengan senang hati Nyonya Black mau membantunya.

Setelah mengakhiri panggilannya, Declan menyesap kopinya sembari menatap pemandangan kota dari jendela apertemennya. Dia tersenyum tidak sabar menantikan hari-hari kedepannya.

-

Ambil napas panjang.. hembuskan.. napas panjang... Tarik lalu hembuskan lagi. Begitu terus yang dilakukan Kaylee didepan pintu gerbang kampusnya.

Tadinya dia sudah merasa lega kalau Nico akan mau kuliah sendiri hingga lulus nanti. Ternyata.. Nico sama sekali tidak mau kuliah lagi dan menyuruh Kaylee melanjutkan penyamarannya hingga lulus.

Anak nakal itu tiba-tiba lebih memilih tour bersama anggota bandnya ke Los Angeles. Terpaksa Kaylee harus kembali menjadi seorang 'Nicholas Larson'.

Kaylee mendesah pasrah dan pada akhirnya dia kembali memasuki universitas dengan langkah berat. Hari ini dia merasa luar biasa malas untuk masuk kuliah. Belum lagi Nicholas yang beberapa hari lalu bersedia datang ke kampus untuk mengikuti ujian recital telah gagal mencapai tujuannya.

'Maaf, aku tidak sempat mencari tahu apakah tunanganmu seperti yang dirumorkan atau tidak. Dia sama sekali tidak memanggilku ke kantornya. Teman-teman perempuan disana lebih mengasyikkan daripada mendekati tunanganmu.'

Kalau seandainya saja dia tidak ingat didikan orangtuanya yang harus selalu bersikap elegan, dia pasti akan meniru Wendy dan menjitak kepala Nico sekeras-kerasnya.

Yah.. sebenarnya tujuan Nico menggantikannya karena ingin mendapatkan nilai sempurna di ujian gitarnya. Dan dia berhasil. Nilai yang muncul di papan pengumuman merupakan nilai sempurna dan nama Nicholas Larson berada di urutan teratas.

Berkat nilainya yang sempurna itu, Declan tidak lagi memanggilnya untuk mengikuti pelajaran tambahan. Mereka bahkan jarang bertemu karena ujian recital telah selesai yang berarti menandakan pelajaran tambahan khusus dari Declan telah berakhir.

Kini Kaylee hanya perlu fokus untuk ujian teori serta sight reading yang akan diadakan dua minggu lagi.

Sebenarnya dia agak sedikit merasa lega ketika Declan mengakhiri pelajaran tambahan mereka. Namun setelah menjalani beberapa hari tidak bertemu dengan Declan membuatnya menyadari sesuatu.

Rindu. Kaylee sangat merindukan pria itu.

Pada dasarnya, Declan tidak mengajar di kelas yang dia ambil selama semester awal ini, belum lagi kantor pria itu agak jauh dari gedung kelas yang dia ambil. Jadi.. keduanya sangat jarang bertemu.

Bisa melihat batang hidungnya ketika melewati gerbang kampus saja sudah merupakan sebuah keberuntungan. Declan selalu datang siang dimana kelas telah dimulai dan jam pulangnya tidak menentu, sehingga tidak sering Kaylee berpapasan dengan Declan secara kebetulan.

Karena itu, tidak bertemu dengan Declan beberapa hari ini, Kaylee merasa ada sesuatu yang menghilang didalam hatinya. Dia sama sekali tidak tahu bagaimana cara menutupi lubang di hatinya.

Hari ini pelajaran mengenai pembahasan literatur jenis musik berjalan dengan baik. Semua mahasiswa memperhatikan dosen dengan seksama dan memastikan mencatat hal-hal penting yang sekiranya akan muncul di ujian nantinya.

Semuanya fokus pada pelajaran kecuali satu... yaitu Kaylee.

Dia sama sekali tidak bisa fokus. Kenapa? Itu karena orang yang sedang membimbing mata kuliah saat ini bukanlah dosen yang biasanya.

Seharusnya yang mengajar mereka adalah Prof. Hathway, lalu kenapa Declan yang mengajar mereka?

Cara pria itu mengajar, caranya bergerak dan juga suaranya yang seperti celo.. sama sekali tidak bisa membuat Kaylee berkosentrasi.

Dia bahkan lupa untuk mencatat hal penting yang disampaikan Declan. Dia terlalu sibuk menikmati wajah tampan tunangannya, jemari pria itu ketika menulis di papan dan juga ketika pria itu bergerak.

Kaylee menopang dagunya diatas kedua tangannya yang bertumpu di atas meja sementara ekspresinya seperti seorang gadis yang sedang jatuh cinta. Kaylee mengemban senyum tanpa memutuskan pandangannya terhadap tunangannya.

Bagaimana bisa ada seseorang terlihat begitu tampan, menawan, gagah di tiap apapun yang dilakukannya?

Tangannya sama sekali tidak bergerak untuk mencatat atau memberi post-it di buku mata kuliahnya.

Ketika Declan tanpa sengaja melirik ke arahnya, Kaylee langsung salah tingkah dan segera mengalihkan perhatiannya pada buku mata kuliahnya. Jantungnya bergetar hebat karena takut ketahuan kalau dia tengah memperhatikan gerak-gerik pria itu.

Entah kenapa wajahnya juga terasa panas disaat kedua mata mereka saling bertemu. Mata hitam pekat seperti bulatan hitam di tulisan not musiknya, membuatnya seakan bisa mendengar sebuah melodi lagu di pikirannya.

Ah, apakah otaknya sedang bekerja menciptakan sebuah melodi saat ini? Rasanya dia ingin segera ke studionya dan memainkan melodi yang kini memenuhi otaknya.

"Larson.."

Kaylee mendongak kaget ketika Declan memanggil namanya.

"Setelah ini datang ke kantorku."

Sepasang mata hitam Kaylee melebar ketika mendengar kalimat tunangannya... dosennya.

Bukankah Declan bilang mereka tidak perlu melakukan pelajaran tambahan lagi? Bukankah Declan sudah merasa puas dengan hasil akhir ujian recitalnya?

Lalu kenapa Declan memintanya datang menemuinya lagi?

Seharusnya, Kaylee merasa was-was dan waspada dengan apa tujuan Declan sebenarnya memanggilnya. Namun, entah kenapa dia merasa hatinya berbunga-bunga mendengar nada perintah itu.

Kalau Kaylee yang dulu, mungkin dia akan menghindar dari dosen nyentrik yang satu ini. Tapi kini dia mengenal perasaannya sendiri, dia tidak bisa tidak merasa senang, bahkan antusias untuk menghabiskan waktu berdua dengan pria itu.

Hanya saja.. dia berharap, seandainya dia bisa bersama dengan Declan sebagai Michell Kaylee Rusell, alangkah bahagianya dia. Dan bukan sebagai 'Nicholas Larson', anak remaja ingusan yang tidak suka serius dalam menghadapi sesuatu.

Meskipun begitu, Kaylee tetap merasa senang. Setidaknya mereka akan bertemu lagi. Mereka akan berduaan lagi seperti dulu. Kali ini Kaylee ingin memanfaatkan waktu kebersamaan mereka sebaik mungkin.

Dia akan mencoba mengenal Declan lebih baik lagi. Lagipula, suatu saat nanti keduanya akan menjadi suami-istri. Mereka akan menghabiskan waktu seumur hidup mereka bersama hingga maut memisahkan.