Chapter 2 - Bab 1

Hari ujian masuk...

Kaylee masuk ke ruangan tempat ujian dengan gugup. Dia bukan gugup karena mengikuti ujian ini, tapi dia sangat gugup karena harus merubah kebiasaannya.

Dia ingat adik sahabatnya sangat mudah bergaul dan langsung bisa menciptakan teman dengan mudah... sama sekali bukan dirinya yang cenderung diam.

Untungnya, tingginya dengan adik sahabatnya hampir sama, dan postur tubuh mereka juga kurang lebih mirip. Sehingga tidak akan ada yang curiga kalau Kaylee yang sedang menyamar sebagai adik sahabatnya.

Hanya saja... dia harus memakai wig bewarna brunet seperti adik sahabatnya serta menempelkan kulit imitasi untuk menambah lemak di sekitar wajahnya. Dia juga harus bangun pagi-pagi sekali untuk dipoles oleh make-up artisnya agar dia tampak seperti adik sahabatnya.

Penampilannya sudah oke. Dia memakai kemeja yang dikancing hingga ke atas serta celana kain yang rapi. Meskipun adik sahabatnya pasti akan mengomel melihat penampilannya, Kaylee tidak peduli. Toh, ini adalah ujian. Tentu harus pakaian formal dan rapi untuk mendapatkan kesan pertama yang baik.

Tapi... dia sama sekali canggung dan tidak tahu harus melakukan apa saat duduk di kursi yang ditetapkan.

"Hei! Kau juga akan mengambil jurusan musik?"

Tiba-tiba saja seorang anak lelaki merangkul bahunya dengan kasar membuat Kaylee terperanjak kaget.

"Iya." jawab Kaylee singkat sambil menyingkirkan tangan anak remaja itu dari bahunya. Dia bergidik ngeri tubuhnya sangat dekat dengan seorang lelaki. Selama ini dia tidak pernah dekat ataupun berteman dekat dengan seorang pria sebelumnya.

Kini dia menyesal telah menyetujui permintaan sahabatmya. Jika dia harus menghadapi kedekatan lelaki seperti ini, apa jadinya jika dia harus menyamar sebagai adik sahabatnya selama empat tahun kedepan?

Tidak. Tidak. Dia akan menyelesaikannya dalam waktu tiga tahun. Dia pernah kuliah di universitas ini, dan dia bisa menyelesaikan waktu kuliahnya kurang dari empat tahun. Dia pasti bisa melakukannya lagi.

"Keren! Namaku Jacob, kau?"

"Kay.. Nicholas Larson. Namaku Nick."

"Larson? Kau adiknya Wendy Larson?"

Deg..deg..deg.. orang ini mengenali sahabatnya? Bagaimana ini? Bagaimana kalau penyamarannya ketahuan?

"Kau kenal dengan Wendy?" Kaylee berusaha menjaga suaranya tetap terdengar santai meskipun jantungnya kini berpacu dengan cepat.

"Kau bercanda? Aku adalah penggemarnya. Bukankah dia adalah seorang pencipta lagu yang sering dibicarakan? Segala lagu ciptaannya yang akhirnya dinyanyikan para penyanyi melejit dan menduduki posisi nomor satu di Amerika ini. Aku tidak menyangka aku akan satu jurusan dengan adiknya."

Kaylee tertawa gugup mendengarnya.

"Hei, coba dengar ini. Anak ini adalah adik dari Wendy Larson!"

Serempak semuanya langsung mengerubungi meja Kaylee membuat Kayle panik dalam hati. Dia sama sekali tidak terbiasa dikepung seperti ini apalagi mayoritas dari mereka adalah anak laki.

Meskipun mereka semua jauh lebih muda darinya, tetap saja mereka bukan anak kecil, tapi seorang pria dewasa. Kaylee meratapi keputusannya yang gegabah. Seharusnya dia menolak permintaan Wendy.

"Apakah itu benar? Wendy Larson adalah kakakmu?"

"Kalau dilihat-lihat sekarang bukankah mereka memiliki kemiripan yang sama?"

"Kau benar?"

"Hei, siapa namamu?"

"Alat musik apa yang kau mainkan?"

"Apa kau juga bisa menciptakan sebuah lagu?"

Begitu banyak pertanyaan yang ditujukan kearahnya dan Kaylee sama sekali tidak tahu apa yang seharusnya dia lakukan.

Kaylee memejamkan matanya berusaha mengingat apa yang sudah dipelajarinya selama seminggu ini sebelum mengikuti ujian masuk ini. Benar. Dia menghabiskan satu minggu ini untuk mempelajari sifat serta kebiasaan Nick, adik sahabatnya. Dia selalu mengikuti Nick kemanapun dia pergi dan mencoba meniru gaya bahasanya serta caranya berjalan.

Bahkan dia juga mencoba memainkan gitar sesuai dengan gaya Nick yang ternyata tidak sesulit dugaannya.

Setelah menenangkan diri sendiri, Kaylee mengambil satu napas terpanjangnya hari itu lalu mulai melakukan aksinya.

"Hei, pelan-pelan dulu. Pertama-tama, namaku adalah Nick, dan Wendy memang adalah kakak perempuanku. Aku bisa bermain gitar tapi aku tidak bisa menyanyi. Soal menciptakan lagu, aku sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan kemampuan kakakku." kemudian Kaylee menaruh sebelah sikunya di atas meja untuk menopangkan dagunya dengan miring. "Bagaimana dengan kalian?"

Satu per satu mulai saling mengenalkan diri dan hanya dalam waktu singkat Kaylee mendapatkan teman baru. Ada beberapa anak perempuan yang juga ingin berteman dengannya dan hampir seluruh calon mahasiswa datang menghampirinya hanya untuk berkenalan dengannya.

Kaylee akan kesusahan menghapalkan nama teman-temannya, namun setidaknya ada beberapa yang sudah diingatnya.

Mereka masih berbincang selama beberapa menit sebelum dua orang dewasa yang diduga penguji mereka masuk ke dalam ruangan. Mereka membawa dua amplop coklat tebal.

Salah satu pengujinya menerangkan segala peraturan dan sistem ujian yang akan mereka hadapi.

Ujian dibagi tiga macam. Ujian tertulis, ujian recital dan ujian membaca cepat. Selama ujian, segala macam bentuk elektronik harus dimatikan. Tidak boleh ada kecurangan dalam bentuk apapun serta tidak boleh ada suara bisikan selama ujian berlangsung.

Ujian tertulis diadakan selama dua jam penuh yang berisikan lebih dari seratus pertanyaan mengenai teori musikal.

Bagi Kaylee yang sudah lulus dari universitas ini, pertanyaan ini sangat mudah baginya. Dia yang pertama kali selesai mengerjakan soal ujiannya dan diizinkan keluar ruangan untuk beristirahat sebentar.

Kaylee memanfaatkan kesempatan ini untuk bernostalgia. Dia juga mencoba menguji penyamarannya dengan menemui salah satu staff keuangan yang dulu pernah menangani beasiswanya.

"Halo.." Kaylee merendahkan suaranya dan menyapa seorang wanita yang tengah sibuk mengerjakan sesuatu di komputer kerjanya.

"Halo, ada yang bisa saya bantu?"

"Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?" Kaylee sengaja memasang senyuman lebar serta menggerakkan kedua alisnya dengan jahil... meniru kebiasaan Nick yang terkadang suka menggoda wanita yang lebih dewasa darinya.

"Apakah kau mahasiswa disini?

Bagus. Wanita ini sama sekali tidak mengenalinya.

"Bukan. Tapi aku akan menjadi mahasiswa disini beberapa bulan lagi." jawab Kaylee dengan penuh percaya diri.

Ugh! Dia tidak pernah bersikap seperti ini sebelumnya. Dia selalu merendah dan tidak sombong dihadapan orang lain. Kenapa dia bisa bersikap seperti ini dengan mudah?

Sungguh. Mengikuti Nick selama 7x24 jam membawa pengaruh buruk baginya.

"Well, semoga beruntung. Ujian masuk disini tidak mudah seperti yang kau kira."

"Aku selalu beruntung, madam." lanjut Kaylee dengan suara berat sebelum akhirnya pergi berbalik. Dia tidak ingin bersandiwara lebih lagi.

Dia harus merendahkan suaranya, dia juga harus berjalan dengan langkah lebar sambil berputar dan bersiul senang. Belum lagi dia harus mengumbar senyum ramah yang sangat khas pada tiap-tiap orang asing yang ditemuinya... membuatnya luar biasa sangat lelah.

Kaylee merasa akan didatangi mimpi buruk tiap malam jika dia harus menjalani kehidupan Nick selama tiga tahun kedepan.

Setelah menunggu selama hampir satu jam, akhirnya ujian recital dimulai yang langsung disusul dengan ujian membaca atau yang sering disebut dengan Sight Reading.

Alih-alih bermain gitar, Kaylee lebih memilih bermain piano karena memang pianolah keahlian utamanya. Karena itu dalam ujian kali ini, dia memutuskan untuk memainkan piano demi mendapatkan nilai sempurna.

Dia juga sudah meminta izin pada Nick dan pemuda itu memberinya izin dengan cuek.

Yang sebenarnya Nick sama sekali tidak berniat kuliah. Dia ingin langsung menjadi musisi dan mengadakan tur dengan bandnya sendiri. Namun kedua orangtuanya memaksanya untuk kuliah dan tidak akan mengizinkannya pergi kalau tidak mendapatkan gelar apapun dari sebuah universitas.

Itu sebabnya, Wendy yang sangat menyayangi adiknya meminta bantuannya untuk masuk ke universitas yang terkenal akan kesenian musiknya untuk menggantikan Nicholas.

Berbeda dengan ujian tertulis yang dilakukan di sebuah ruangan tertutup, ujian recital ini diadakan disebuah hall utama dengan grand piano diatas panggung. Ada juga sebuah drum di atas panggung bergerak yang bisa dibawa keluar masuk dari belakang panggung.

Untuk peserta yang hendak memamerkan kebolehannya di alat musik gitar, biola atau alat musik tiup; mereka harus membawa instrumen miliki mereka sendiri dari rumah.

Nama peserta akan dipanggil satu per satu untuk memainkan sebuah lagu terbaiknya dengan waktu maksimal lima menit.

Kaylee duduk di kursi piano dengan elegan dan penuh aura begitu namanya terpanggil. Kemudian dia langsung memainkan sebuah lagu yang sangat dikuasainya. Liebestraum no 3 karya Liezt. Lagu yang sangat romantis dengan alunan lembut menghanyutkan.

Segala ornamen yang sulit pada lagu Liebestraum dimainkannya dengan sempurna. Para anak perempuan yang menyaksikannya terpesona akan karisma yang keluar pada Kaylee.

Saat ini Kaylee berpenampilan seperti lelaki, karena itu karismanya membuat para anak perempuan jatuh cinta pada Kaylee. Bahkan para anak lelaki juga terpana akan performance Kaylee. Mereka merasa terpesona sekaligus merasa iri.

Bagaimana mungkin anak seusia mereka bisa sanggup mendalami sebuah lagu dengan penuh penghayatan seperti ini?

Di ruangan itu hanya ada satu orang yang memiliki pendapat lain.

Orang itu bertanya-tanya didalam benaknya. Bagaimana bisa seorang anak lelaki bisa memunculkan aura feminim pada dentingan piano yang dimainkannya?