Chereads / Kesempatan Kedua / Chapter 4 - Surat Wasiat nya

Chapter 4 - Surat Wasiat nya

"Kapten sangat menyukai kakak ipar, waktu dia sedang tidak ada pekerjaan. Dia sering pergi ke desa untuk melihatmu." Si petugas menunjuk kertas yang berada di dalam kotak kayu kecil itu. Kapten sering ada pekerjaan di luar, jadi surat wasiatnya sudah disiapkan dari dulu. Pada saat itu, kami sering berpikir bahwa saat kapten sudah tua dan kemudian mati, barulah wasiat itu dikeluarkan.

Selesai berbicara, petugas itu juga menangis. "Kapten adalah seseorang yang begitu baik, ini semua salah saya. Kakak ipar, pukul saya saja, saya yang mengakibatkan kematian kapten. 

"Yang mengakibatkan kematian kapten bukan kamu tapi aku." Jiang Yao memegang erat surat wasiat itu, tapi tetap tidak dapat membukanya.

'Aku yang bersembunyi di sini sehingga dia mengejarku sampai sini. Kalau bukan untuk diriku, bukankah dia juga tidak mungkin datang ke base camp ini? Jika dia tidak datang ke sini, juga tidak akan ada kejadian semalam. Jadi, yang mengakibatkan kematian Lu Xingzhi bukan orang lain tapi aku sebagai istrinya.'

Tangan Jiang Yao gemetar saat ia secara hati-hati mengeluarkan barang di dalam surat wasiatnya. Saat dilihat, itu adalah tulisan Lu Xingzhi yang indah yang membuatnya merasa sedih. Tulisan yang indah merupakan salah satu kelebihan Lu Xingzhi. Jiang Yao mengetahui bahwa surat ini merupakan hasil dari latihannya menulis huruf satu per satu.

Jiang Yao, semoga saat kamu membuka surat ini kamu dalam keadaan baik! Pada saat kamu menerima surat ini, aku yakin aku sudah meninggal dunia. Selama menjadi petugas, setiap kali ada tugas yang berat, aku akan meminta kita untuk menulis surat wasiat. Setelah aku menulis surat wasiat ini, aku juga tidak tahu kapan akan diserahkan kepadamu dan aku tetap berharap selamanya surat ini tidak akan diserahkan kepadamu.

Jiang Yao, kalau dihitung, kita sudah menikah selama tujuh tahun ya? Aku tahu bahwa kamu sebenarnya tidak bahagia menikah denganku. Kalau bukan aku yang memaksa untuk masuk dalam kehidupanmu. Kemungkinan kehidupanmu akan sama dengan anak sekolah yang lain, yang mempunyai masa depan yang cerah.

Tapi aku sangat senang dapat menikah denganmu. Aku masih ingat hari pertama pernikahan kita. Seharian aku tidak dapat berbicara sehingga ditertawai oleh orang lain. Tetapi, aku juga tidak merasa marah karena aku yang memilih untuk menikah denganmu, walaupun ditertawakan oleh mereka juga tidak masalah bagiku.

Sebenarnya merupakan kesalahanku karena dari awal aku sudah tahu bahwa kamu tidak suka kepadaku, tapi aku masih tetap memaksakan untuk menikah denganmu. Aku sering memberitahu diriku sendiri bahwa setelah menikah denganmu, aku akan bersikap lebih baik kepadamu sehingga kamu bisa merasakan ketulusanku. Aku tidak berharap kamu juga akan suka kepadaku, karena dapat menikah denganmu dan menjagamu sudah cukup bagiku.

Aku ingat saat pertama kali bertemu denganmu. Waktu itu, umurmu masih enam belas tahun dan sedang belajar di SMA. Saat itu, kamu dengan rambutmu yang dikuncir dua, sedang bertengkar dengan kakak keduamu sampai kakakmu itu sangat marah. Dan pada saat itu aku berpikir bahwa gadis ini sangat menarik. Itu terasa seperti cinta dalam pandangan pertama. Dan sejak saat itu, aku sering memikirkanmu.

Kali kedua aku bertemu denganmu, itu adalah beberapa bulan sebelum kita menikah. Kamu dan teman sekelasmu sedang bergandengan tangan sambil menyanyikan lagu populer di jalan. Nadamu waktu bernyanyi itu tidak benar, sehingga teman sekelasmu juga mengikutimu. Tapi kamu masih tetap bernyanyi dengan senang hati dan tidak mempedulikan orang lain yang menertawakanmu. Pada saat itu, aku berpikir betapa senangnya aku kalau kamu bisa bernyanyi untukku.

Jadi, menikah denganmu adalah keinginan terbesarku. Demi menikah denganmu, aku juga melewati banyak rintangan dan kesulitan, tapi hasilnya ternyata juga seperti yang aku harapkan.