Ini mungkin adalah pertama kalinya semenjak Jiang Yao dan Lu Xingzhi menikah, Jiang Yao patuh kepadanya dan duduk di sampingnya. Lu Xingzhi sulit untuk menyembunyikan ekspresinya yang terkejut. "Ibu sedang mencuci buah di dapur, kamu minum air dulu." Lu Xingzhi mengulurkan tangan dan menuangkan segelas air untuk Jiang Yao. Ketika ia menyentuhnya, ia baru sadar airnya dingin sehingga dia bangun dan pergi ke dapur untuk memanaskan teh.
Ketika Ibu Lu mengambil semangka yang dipotong dan anggur yang sudah dia cuci dari dapur, dia melihat tindakan putranya ini. Tidak banyak ibu yang di dunia ini yang bisa merasa senang ketika melihat putra kesayangannya begitu memanjakan perempuan lain, kalau dibilang dengan kata yang lebih kasar, itu seperti anjing yang sedang menyenangkan pemiliknya.
Jadi, Ibu Lu mendengus sebelum dia berjalan ke arah mereka. Ibu Lu melirik Jiang Yao dan hatinya merasa tidak nyaman. Putranya sangat cinta kepada menantunya ini. Ibu Lu sebagai ibu tahu, tetapi dia sedikitpun tidak tahan melihat Jiang Yao mencintai putranya. Jadi ibu Lu merasa sedih ketika memikirkan hal ini.
"Di hari sepanas ini, mengapa kalian minum air panas?" Ibu Lu bergumam pelan, dan setelah meletakkan buahnya di atas meja, Ibu Lu langsung berbalik ke dapur dan mengambil gelas dari tangan Lu Xingzhi sambil mengomelinya.
"Kamu ini memang... Jiang Yao ini sudah besar, mengapa kamu masih menganggap dia berusia tiga tahun? Semua urusannya harus kamu atur? Kamu masih belum minum sejak kamu pulang rumah, kan? Lihat dirimu yang panas dan berkeringat, orang lain tidak merasa sedih tapi ibumu merasa sedih! Kamu keluarlah dan tunggu di sana. Istrimu, biar ibu yang melayaninya."
"Ibu, dia sedang sakit," kata Lu Xingzhi dengan enggan, sebelum kemudian berkata, "Maaf menyusahkanmu."
Dia sadar bahwa dia tidak bisa berbuat apa-apa walaupun dia berada di sini, sehingga dia pun keluar dari dapur.
Siapa yang mendengarnya juga tahu bahwa kata-kata Ibu Lu itu sedang menyalahkan Jiang Yao yang menjadi istri Lu Xingxhi. Tetapi dia juga tidak dapat berbicara buruk. Setelah selesai berbicara, dia mengangkat wajahnya dan melihat jam besar yang di ruang tamu.
Dia bergumam kenapa putri dan menantunya masih belum juga datang. Namun setelah Ibu Lu selesai bergumam sendiri, ada suara dari luar pintu. Melihat keluar, dia dengan cepat berkata kepada Lu Xingzhi, "Kakak dan kakak iparmu sudah pulang, kenapa kamu tidak keluar menyambut mereka?"
Ketika Lu Xingzhi mendengarnya, dia juga tidak bergerak. Malahan Ayah Lu berkata, "Itu bukan tamu, hanya anak dan menantu kita yang pulang, memangnya perlu disambut?" Jiang Yao merasa agak malu untuk duduk terus, tetapi saat dia ingin berdiri, Lu Xingzhi mengulurkan tangannya dan memeluknya, "Duduk saja, kalau sedang sakit jangan banyak bergerak." Setelah dia berbicara, Lu Yuqing dan suaminya, Zhuang Zong, pun masuk.
Lu Yuqing terlihat tidak bahagia ketika dia masuk. Seorang Ibu paling tahu perasaan putrinya. Ketika Ibu Lu melihatnya, dia langsung bertanya, "Yu Qing, ada apa? Kenapa kamu marah?
"Ibu, jangan tanya aku, tanya saja menantumu yang baik itu!" Lu Yuqing langsung melewati ibu Lu, langsung menuju ke pintu. Ia pun melihat ke ruang tamu, dan ada tiga orang duduk di sofa. Ia berjalan ke arah Jiang Yao, mengangkat tangannya, dan melemparkan barang di tangannya ke wajah Jiang Yao.
Lu Xingzhi tidak menduganya, sehingga ia tidak sempat menghentikannya. Melihat sebuah surat yang dilempar ke wajah Jiang yao dan jatuh di lututnya. Di kulit putih lembut Jiang Yao, ada sebuah garis merah yang muncul akibat sudut tajam amplop itu. Lu Xingzhi pun langsung marah dan bertanya "Lu Yuqing, apa yang kamu lakukan!?"
Lu Xingzhi bahkan tidak memanggil dia kakak dan langsung meneriakkan namanya. Dari sini bisa terlihat betapa marahnya Lu Xingzhi. "Dasar bodoh!" Lu Yuqing marah ketika melihat Lu Xingzhi yang memarahinya, "Kenapa kamu tidak bertanya kepada istrimu yang baik ini apa yang telah dia lakukan?"