"Lu Xingzhi, dasar Idiot, dari mana kamu mendapat begitu banyak alasan. Dia hanya ingin bersembunyi darimu! "Lu Yuqing sudah tidak bisa mendengar kata-kata Lu Xingzhi, "Kamu kenapa masih begini bodoh dan mencari begitu banyak alasan buat dia? "
"Sudah Kak! Ini urusan kami, dan kami yang akan membuat keputusan sendiri. Untuk istriku, hanya aku yang berhak untuk membuat keputusan. Jika dia ingin pergi ke Nanjiang, aku juga tidak berkomentar apa-apa. Mengapa kamu yang berkomentar? "Lu Xingzhi sudah tidak sabar, jadi dia langsung berteriak kepada Lu Yuqing.
Ayah Lu sudah tahu dan mana mungkin Lu Xingzhi tidak tahu. Hanya saja, walaupun dia tahu, dia juga tidak ingin mengakuinya. Dia masih membantu Jiang Yao mencari alasan karena tidak ingin keluarganya menyalahkan Jiang Yao karena ketidakpatuhannya. "Bagaimana denganmu?" Ayah Lu memandang kepada Lu Xingzhi. "Kenapa aku?" setelah Lu Xingzhi bertanya, dia baru menyadari apa yang ditanyakan ayahnya. "Hanya empat tahun, itu akan berlalu dengan cepat. Setelah empat tahun, istriku juga akan menjadi lebih tua. Pada saat itu dia akan pulang ke utara di sini dan bekerja. Aku juga akan merasa lebih tenang."
Sambil berbicara, Lu Xingzhi mengambil sepotong semangka dan menyerahkannya kepada Jiang Yao dan berkata dengan nada yang menggoda, "Tetapi, orang ini, yang pagi tadi baru bilang bahwa dia merindukanku, kalau pergi ke Nanjiang dan merindukan aku lagi, mungkin dia sudah tidak bisa melihatku lagi karena jaraknya terlalu jauh dan butuh waktu yang lama untuk bertemu lagi.
Nada kasar beserta kata-kata yang menggoda itu, seolah-olah menjadi kata-kata yang sangat serius. Dengan sifat Lu Xingzhi, dia tidak pernah menggoda orang, dan ini mungkin pertama kalinya. Jadi, setelah berbicara. Dia sendiri juga merasa kurang mahir, menundukkan kepalanya dan pura-pura membaca koran.
"Cheh, kamu bicara seperti orang ini sangat menghargaimu. Kamu tidak tahu betapa senang hatinya ketika dia mendengar kata-katamu ini!" Lu Yuqing benar-benar marah sampai dia menendang kaki Lu Xingzhi dan menarik ibunya pergi ke dapur. Dia akhirnya tahu bahwa adiknya terpesona oleh Jiang Yao dan tidak dapat mendengar apa yang dia dikatakan.
Setelah Lu Yuqing dan Ibu Lu pergi ke dapur, Lu Xingzhi baru mengulurkan tangannya dan mengambil sepotong semangka kepada Jiang Yao yang disampingnya. "Jika kamu benar ingin pergi Nanjiang, maka pergilah. Makanlah sepotong semangka dulu dan sebentar lagi sudah waktunya untuk makan.
Saat Lu Xingzhi berbicara lagi, sepertinya dia sudah tidak khawatir tentang surat penerimaan Jiang Yao, sehingga nadanya kembali menjadi normal. Ia pun mengambil surat penerimaan di lantai dengan tangannya yang tidak terkena air. Setelah menepuk debu di atasnya dengan lembut, ia pun secara hati-hati meletakkannya di depan Jiang Yao dan berkata, "Surat penerimaan ini kamu menyimpannya dengan baik. Tetapi saat kamu masuk universitas, aku pasti tidak sempat pulang untuk mengantarmu ke universitasmu. Jadi pada saat itu, mintalah kakakm untuk mengantarmu untuk mendaftar."
Jiang Yao melihat surat penerimaan berwarna merah itu dan penyesalannya sudah tidak bisa terjalin dengan kata-kata. Alangkah baiknya jika dia bisa kembali ke hari dia mendaftarkan diri sehingga setiap akhir pekan dia bisa pergi bertemu Lu Xingzhi. "Setelah makan siang, kamu ingatlah untuk pergi ke desa Jiang dan memberitahukan kabar baik ini kepada keluargamu. Mereka pasti akan sangat bangga mendengar kamu telah diterima di Universitas Kedokteran Nanjiang! Jiang Yao, apakah kamu adalah satu-satunya mahasiswi di desa kalian? Apakah ada teman sekelasmu yang diterima di universitas itu? Saat kamu pulang, kamu boleh bertanya, apakah masih ada universitas di mana kalian masih bisa bersama-sama mendaftarkan diri.
Ayah Lu suasana hatinya sedang baik, dia tahu sifat putranya sendiri itu keras kepala dan tidak mendengar bujukan orang lain. Dia juga tahu jelas betapa penting Jiang Yao di dalam hati Lu Xingzhi sebagai istrinya. Ayah Lu benar-benar merasa bahwa Jiang Yao sebenarnya adalah anak yang sangat baik, tetapi ia masih terlalu muda dan mungkin masih belum bisa beradaptasi. Seiring bertambahnya usianya, dia akan memahaminya.